Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan lahan pemukiman di kota-kota besar membuat sebagian perusahaan pengembang berpikir keras untuk membuat konsep rumah yang layak huni. Bahkan tidak hanya layak huni saja, melainkan dapat memberikan nilai artistik yang menjual.
Satu faktor penyebab terbatasnya lahan untuk hunian dipicu tingginya angka laju urbanisasi. Indonesia pernah mencapai angka pertumbuhan 5,4 persen kurun 1980-1990. Angka tersebut melampaui angka rata-rata pertumbuhan nasional dalam periode waktu yang sama yaitu sebesar 1,97 persen.
Jakarta, yang dulu sempat dibanjiri kaum urban, ternyata sudah mulai berkurang. Laju urbanisasi kini dialami di Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) yang meningkat rata-rata 4 persen setiap tahun. Bukan karena Jakarta tak populer lagi, tetapi karena wilayahnya sudah terlalu padat.
Advertisement
Zenin Adrian, Arsitek muda lulusan Universitas Harvard AS menuturkan, rumah dengan desain tiga lantai masih sangat berpotensi menjadi tren rumah masa depan masyarakat menengah perkotaan di Indonesia.
“Desain rumah tiga lantai sebenarnya bukan tren baru di Indonesia. Namun memang baru rumah perorangan dan beberapa perumahan cluster yang dibangun pihak pengembang. Saya kira pengembang mungkin belum cukup familiar dengan desain ini, terutama dalam hal cost yang tinggi dan ukuran yang tidak terbatas,” ujar bapak satu anak ini yang dikutip dari Rumah.com, Kamis (25/2/2016).
Ia menjelaskan tiga kelebihan apabila membangun rumah dengan desain tiga lantai. Pertama, koefesien bangunan bisa lebih kecil. Hal itu dipicu karena ketinggian rumah yang mencapai 12 meter.
Rumah yang tinggi bisa memberikan sistem ventilasi silang, sehingga memberikan penerangan secara alami dan juga sirkulasi udara menjadi lancar.
Kedua, tren dari rumah tiga lantai adalah ukuran rumah yang bersifat padat. Sehingga menghasilkan ruang yang sedikit. Dengan begitu secara tidak langsung bisa menghemat perawatan rumah.
Ketiga, dengan model rumah tiga lantai akan membuka lahan hijau dan resapan air tanah. “Penghuni bisa memiliki taman tidak hanya pada satu bagian saja. Melainkan dua bagian depan dan belakang rumah,” tambahnya.
Disinggung tentang biaya membangun rumah tiga lantai, Arsitek yang sudah membuat proyek perumahan Kebagusan Terrace ini menjawab, untuk biaya struktur lebih besar sedikit sekitar 1/3 dari biaya konstruksi rumah.
Dan tambahan dari biaya struktur sebesar 15 persen lebih besar. Biaya tersebut menjadi kompensasi dari kondisi kolom yang berbeda. Bila rumah dua lantai kolom bisa lebih kecil, sedangkan tiga lantai lebih besar.
“Namun, jika dilihat dari total harga rumah tentu sangat fleksibel. Sebab ada hal yang harus diperhatikan secara detail, terutama dalam mengatur area tangga dan peletakan kamar mandi”, tutur Zenin.
Dia menyarankan, pembuatan rumah tiga lantai seharusnya memiliki syarat fungsional. Area tangga minimal memiliki luas minimal 2,5m x 6m. Kemudian, peletakan kamar mandi harus diperhatikan agar pipa tidak belok.
Tren Properti di Berbagai Negara
Selain di Indonesia, tren model rumah tiga lantai sudah diterapkan di beberapa negara seperti di Singapura, Jepang, Hongkong, dan Amerika Serikat.
Masing-masing negara mengalami hal yang serupa dengan Indonesia. Hong Kong misalnya. Keterbatasan lahan yang ada membuat infrastrukturnya padat. Sehingga beralih pada bangunan vertikal.
Atau seperti di Amerika Serikat yang sudah menjamur rumah tiga lantai dalam bentuk townhouse dan condotel yang memiliki lebar rumah 4,5 meter.
Jadi, sangat memungkinkan juga bila rumah dengan desain tiga lantai itu dapat menjamur di pemukiman masyarakat perkotaan Indonesia, di tengah kondisi lahan yang terbatas.(Kantri Maharani/Nrm)
Feature picture: Perumahan Kebagusan Terrace