Liputan6.com, Yogyakarta - Festival Kesenian Yogyakarta ke-28 (FKY 28) kembali digelar di Taman Kuliner Condongcatur pada 23 Agustus sampai 9 September 2016 mendatang. FKY kali ini berbeda dengan acara-acara sebelumnya.
"Perbedaan pertama dimulai dengan pembukaan yang dilakukan oleh gubernur dan Dirjen Kebudayaan di Titik Nol Kilometer sebagai tanda awalnya festival," ujar Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono dalam jumpa pers di Taman Kuliner Condongcatur, Senin 15 Agustus 2016.
Selain itu, tutur dia, pawai FKY juga diikuti oleh partisipan dari luar Yogyakarta. Setidaknya, sudah tujuh provinsi mendaftar untuk berpartisipasi. Porsi kegiatan pemutaran film juga diperbanyak yang ditandai dengan workshop dan pemutaran film dan diikuti sineas dari Jakarta, Bekasi, Surabaya, Pekalongan, dan sebagainya.
Ia mengaku sempat ada kekhawatiran jumlah pengunjung akan menurun karena FKY diadakan di Taman Kuliner, tapi hal itu tidak terbukti. "Bahkan, jumlah pengunjung tahun lalu mencapai 230.000-an orang," tutur dia.
Umar mengungkapkan, FKY 28 juga berorientasi pada lingkungan karena untuk pertama kalinya diadakan di Tebing Breksi Sambirejo Sleman berupa Panggung Masa Depan. Menurut dia, acara terkait dengan program penyelamatan tebing yang hanya tersisa 25 persen.
Penyelenggaraan FKY 28, kata dia, juga dilakukan di Taman Budaya Yogyakarta untuk stan perupa muda dan stan gratis bagi masyarakat yang ingin memamerkan kerajinan maupun UMKM. Stan kuliner di FKY 28 juga lebih sedikit ketimbang tahun lalu, sekitar 30 persen dari total stan 137 buah.
"Lebih banyak memamerkan kerajinan kreatif," ucap Umar.
FKY tahun ini juga lebih spesial karena melibatkan AusIndoArch, sebuah program yang diinisiasi oleh Andrea Nield yang bertujuan mengembangkan hubungan erat antara Indonesia dan Australia di bidang arsitektur. Kerja sama ini diperlihatkan dengan banyaknya instalasi dari bambu yang menghiasi tempat acara.
Baca Juga
Ketua Umum FKY 28 Ari Wulu menjelaskan tema acara tahun ini adalah "Masa Depan, Hari Ini Dulu". Tema ini bermakna meneropong suatu masa dengan fenomena kebudayaan sebagai titik acu ide.
"Harapannya, apa yang disuguhkan bukan hanya sebatas tontonan, tetapi juga menjadi cara pandang dan pemicu partisipasi masyarakat mengenai masa depan kebudayaan," kata Ari.
Ia menerangkan logo FKY 28 diberi nama Awoh Aweh yang terinspirasi dari sembilan jenis tanaman yang terdapat di lingkungan keraton Yogyakarta, yaitu Waringin (beringin), Tanjung, Gayam, Sawo Kecik, Asem, Kemuning, Bodhi, Kepel Watu, dan Jambu Dersana, yang divisualkan dalam wujud daun dan pohon dalam wujud tipografi FKY.
Wujud pohon di logo ini merepresentasikan tiga masa, yakni dulu, kini, dan nanti. Sementara, ranting-rantingnya merepresentasikan cabang-cabang kesenian yang diakomodasi oleh FKY.
Filosofi sembilan tanaman di lingkungan keraton Yogyakarta yang divisualkan menjadi logo diharapkan dapat menjadi payung pemikiran dan capaian dalam perhelatan FKY tahun ini. ini sekaligus sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan kesenian sebagai elemen kebudayaan.