Menangkap Gelombang untuk Indonesia Terang

Zamrisyaf dari Padang bertahun-tahun menggeluti penelitian sumber energi listrik alternatif dari gelombang laut. Menuai beragam penghargaan.

oleh Erinaldi diperbarui 01 Sep 2016, 12:02 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 12:02 WIB
Energi Gelombang
Eksperimen warga mengembangkan gelombang laut untuk energi listrik alternatif (Liputan6.com / Erinaldi)

Liputan6.com, Padang - Kok takuik dilamun galombong, jan barumah di tapi pantai. Kok pandai mamainkan galombang, energinyo samo jo saribu baterai.

Sebait tembang lawas 'Gungguanglah Denai' yang dipopulerkan Wisye Pranadewi ini dimodifikasi Zamrisyaf (58) sesuai dengan seleranya.

Sejak 15 tahun silam, Zamrisyaf seperti tak pernah berhenti memikirkan energi listrik yang dihasilkan gelombang laut. Pak Zam--sapaan akrabnya--telah memulai penelitian yang diyakininya mampu menutupi kekurangan pasokan energi nasional sejak awal tahun 2000.

Ia tergolong peneliti yang rajin untuk melakukan serangkaian percobaan. Persinggungannya dengan energi listrik berawal dari kesenangannya mengutak-atik kincir penumbuk padi. Tamatan Sekolah Teknik Menengah (STM) Muhammadiyah Padang tahun 1976 ini berhasil menghasilkan listrik memanfaatkan energi mekanik dari kincir enam tahun pasca menamatkan sekolah.

"Saya masih ingat waktu itu, desa Sitalang tempat saya tinggal sudah dialiri listrik tahun 1982, sedangkan ibu kota Agam, Lubuk Basung, masih gelap gulita," ujar Zamrisyaf pada Liputan6.com, di kediamannya, Perumahan Mega Permai I Blok C-1 Nomor 4, Koto Tangah, Kota Padang, Selasa 30 Agustus 2016.

Keberhasilan temuannya ini membawanya masuk ke Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) setelah diganjar penghargaan Kalpataru dari pemerintah pada 1983. Pemikirannya tidak  berhenti sampai di kincir air. Di pertengahan 1990-an, perjalanannya ke pulau Sinakak, Kepulauan Mentawai,membawanya pada penelitian baru, energi listrik dari gelombang laut.

Lonceng di Kapal Motor Kuda Laut -alat transportasi dari Padang-Mentawai- mengingatkannya akan potensi besar energi yang dihasilkan dari gelombang laut.

"Kapal saja bisa diombang-ambing, berarti energinya sangat kuat," ujar dia.

"Lonceng kapal ini memberi tanda pada awak kapal untuk mengetahui besar-kecilnya gelombang. Semakin keras bunyi lonceng menandakan gelombang semakin besar."

Sejak itu, ia memulai penelitian Bandul Energi Sistem Teknologi Terpadu (BEST Teknologi Terpadu). Ia tergolong pemikir yang rajin untuk melakukan serangkaian percobaan. Percobaan pertama dilakukannya di awal 2000. Percobaan ini masih jauh dari kata berhasil namun mulai melihatkan tanda-tanda positif.

"Lampu sudah berkedip, dan ini menandakan energi itu bisa dihasilkan," kata dia.

Panjang lengan bandul dan kemiringan ponton sebagai rumah bandulan menjadi kajian seriusnya untuk memaksimalkan gerak bandul sampai 360 derajat.

Pada 2002, ia mendapatkan angka pasti untuk panjang lengan bandul dan mendaftarkan patennya dengan nama sendiri. Baru pada 2009, paten pembangkit listrik tenaga gelombang sistem bandul keluar dengan nomor HAKI P00200200854.

Sejak penemuannya dipatenkan, intensitas penelitiannya diperbanyak. Serangkaian uji coba tak pernah berhenti dilakukan hingga penyempurnaan di setiap hasil penelitiannya. Keterlibatan perguruan tinggi untuk melakukan uji laboratorium memperkuat hasil temuan.

"Di rumah pun saya sering membalikkan roda sepeda untuk mendapatkan kemiringan dan putaran maksimal dari bandulan," kata dia.

Pada 2007, uji coba yang dilakukannya di perairan Pantai Padang mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Dari uji coba di peraiaran Ulak Karang ini, teknologi yang diusungnya mampu menyalakan lampu 300 watt. Hasil ini membuat perusahaan tempat dia bekerja mau membiayai penelitiannya, namun terhenti di 2008.

Pada 2010, keseriusannya mendapat sokongan dari Institut Teknologi Surabaya (ITS). Fakultas Sistem Perkapalan ITS membantunya untuk menyempurnakan bentuk ponton yang berfungsi sebagai pelindung bandulan.

Saat ini, ponton yang baru selesai dibangun memiliki ukuran 12 meter X 6 meter dengan tinggi mencapai sekitar 1,8 meter. Dengan ukuran ponton tersebut, satu unit pembangkit ditargetkan bisa menghasilkan 5 Kw sampai 15 Kw.  

"Dalam waktu dekat, saya akan mempatenkan bentuk ponton, ini berkaitan dengan kemiringan yang dihasilkannya karena berpengaruh pada perputaran bandul," ujar dia.

Inspirasi Lonceng Kapal

Energi Gelombang
Eksperimen warga Padang mengembangkan gelombang laut untuk energi listrik alternatif (Liputan6.com / Erinaldi)

Banyak keunggulan dari teknologi temuan lulusan STM ini yang diyakininya mampu mengatasi persoalan energi nasional. Dengan panjang pantai mencapai 99.093 kilometer, berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG) 2013, teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang sistem bandulan (PLTG-SB) sangat mungkin untuk dikembangkan di Tanah Air.

Secara matematis, perhitungannya menunjukkan setiap 1 kilometer panjang pantai bisa menghasilkan 2,5 MW sampai 10 MW. Jika 10 persen dari total panjang pantai tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, ia percaya teknologinya mampu menghasilkan 100 ribu MW.

"Kita tinggal memproduksi tiga bentuk yang disesuaikan dengan gelombang di perairan selatan Jawa (besar), barat Sumatera (sedang), dan Riau yang ombaknya relatif kecil," kata dia.

Dari sisi lingkungan, teknologi terbilang akrab dan ramah lingkungan. Ponton yang dipasang di sepanjang pantai, menurutnya, bisa mengatasi persoalan abrasi pantai yang kerap membayangi kawasan pesisir.

Ponton akan menyerap energi yang dihasilkan gelombang dan mengubahnya menjadi energi mekanik penggerak dinamo untuk menghasilkan energi listrik. Pemasangan ponton secara zik-zak mampu menyerap energi lebih efektif dan mengurangi daya hempas gelombang ke bibir pantai.

"Ponton tempat beroperasinya bandul ini bisa dipindah-pindahkan sehingga tidak ada lahan yang dibebaskan untuk mengoperasikannya," kata dia.

Pengembangan ke depan, ponton akan dibangun kedap air dari bahan plastik sehingga lebih ringan dan mampu menggerakkan bandul secara maksimal.

Selain terhindar dari karat, ponton juga bisa menghasilkan kemiringan maksimal. Dengan ukuran ponton terbaru yang konstruksinya baru saja selesai dibangun tahun ini, berat maksimalnya mencapai 54 ton.

Cara Kerja

Sistem kerja dari (PLTGL-SB) terinspirasi lonceng kapal (bandul). Pada konstruksi temuannya, satu ponton disiapkan menampung lima bandul. "Makanya namanya sistem bandulan karena terdiri dari beberapa bandul," ujar dia.

Satu unit bandul disiapkan mampu menghasilkan daya mencapai 100.000 watt. Teknologi ini berbeda dengan yang dikembangkan sejumlah negara karena tidak satu pun peralatan dalam teknologi terkena air laut, termasuk turbin.

Satu set bandul diprediksi mampu menghasilkan energi listrik sebesar 25,2 KW. Atas dasar ini diprediksi satu set PLTGL-SB menghasilkan energi tak kurang dari 125 KW dengan perhitungan berat bandul 10 kg, panjang lengan bandul mencapai 2 meter, periode gelombang laut 3 detik dengan ketinggian rata-rata 1,5 meter.

Teknologi ini akan menghasilkan energi listrik saat gelombang mengombang-ambingkan ponton pengangkut bandulan. As bandul yang terkoneksi dengan as dynamo (generator) yang bergerak dari putaran bandul mengubah energi mekanik menjadi energi listrik secara stabil.   

Inovasi Minus Dana

Energi Gelombang
Warga Padang mengembangkan gelombang laut untuk energi listrik alternatif (Liputan6.com / Erinaldi)

Sejak fokus menggarap penelitiannya, ratusan juta rupiah dihabiskan Zamrisyaf untuk melakukan serangkaian uji coba untuk mendapatkan presisi. Mulai dari 2002 hingga 2015, serangkaian uji coba telah dilakoninya.

Jumlah itu terbilang kecil dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari teknologi temuannya. "Kalau dihitung, sudah habis sekitar Rp 500 juta. Sumbernya, dari kantong saya dan bantuan sejumlah teman," ujar dia.

Sejumlah perusahaan BUMN sempat menawarkan bantuan dana untuk penelitian ini dengan konsep proposal. Hal ini yang dianggap Zamrisyaf sebagai kendala karena keterbatasannya membangun proposal dan pertanggungjawabannya yang terbilang seperti penggunaan dana proyek.

Menurut dia, kondisi ini tidak sejalan dengan konsep penelitian yang jauh berseberangan dengan keyakinannya. "Penelitian ini tidak semerta-merta berhasil, apa yang tertulis tidak sepenuhnya baku, kan ada perubahan dari setiap proses uji coba," keluh dia.

Saat ini, ia baru saja menyelesaikan pembangunan ponton baru yang telah mengalami penyempurnaan bentuk berdasarkan hasil uji coba panjang sebelumnya. "Kita masih menunggu bantuan dana, jika ada, ini akan menjadi uji coba terakhir."

Ponton ini sekarang parkir di kantor pemuda di muara pantai Ujung Batu, Pasia Nan Tigo, Koto Tangah, Kota Padang. Masyarakat di sini akrab dengan teknologi temuan Zamrisyaf.

"Pak Zam sering ke sini, kalau nggak pagi, sore-sore pasti sudah ada di sini," ungkap Eri (38), ketua pemuda setempat.

Apalagi, sejak dua tahun belakangan, Zamrisyaf resmi pensiun dari PT PLN. Waktunya dihabiskan untuk memikirkan temuannya. "Kita di sini kasihan, banyak yang datang, dari pejabat negara, pejabat daerah, tapi gitu-gitu aja," ujar dia lagi.

Terbaru, Ketua DPD RI Irman Gusman didampingi dengan sejumlah pejabat kementerian dan Dirut PT Semen Padang mengunjungi show room penelitiannya di Ujung Batu.

Zamrisyaf mengakui, dirinya sudah kenyang dengan sejumlah janji-janji dari banyak pihak. Diakuinya, investasi untuk alat ini lumayan besar namun keberhasilannya melebihi konsep energi mikro hidro yang sulit diprediksi karena tergantung dengan ketahanan air.

"Investasi untuk satu unit sekitar Rp2 miliar, namun bisa diprediksi untuk ribuan tahun ke depan," kata dia.

Diganjar Penghargaan

Banyak penghargaan yang telah diraih Zamrisyaf dengan temuannya. Terbaru, dia memenangi penghargaan dari ASEAN Energy Business Forum 2016. Dalam surat resmi ASEAN Energy Award (AEA) tertanggal 23 Agustus 2016, ia dinyatakan memenangi penghargaan bidang energi terbarukan (renewable energy) kategori special submission.

Penghargaan ini akan diserahkan panitia pelaksana dalam Gala Dinner pada 21 September 2016 di Hotel Grand Amara, Myanmar. "Ini seperti meraih medali emas di ASEAN Games bidang teknologi, tapi saya belum pasti bisa datang," kata dia.

Persoalan dana menjadi alasannya untuk bisa hadir di malam penghargaan tersebut. "Dari pada menghabiskan biaya untuk menerima secarik kertas penghargaan, lebih baik uangnya saya gunakan untuk merampungkan penelitian," ujar dia tertawa.

Keikutsertaan Zamrisyaf di ajang ini tidak terlepas dari bantuan teman-teman yang mendaftarkan temuannya ke panitia AEA. A Wave Marine Energy Power Plant-Pendullums/Balls Method, akhirnya diakui sebagai teknologi kreatif di ajang tersebut.

Saat ini, metode ini pun sudah dikembangkan sejumlah negara maju sepeti Amerika Serikat, Denmark, dan Korsel. Pihak Neptune Wave power (AS) sempat mengklaim temuan Zamrisyaf mirip dengan apa yang dikembangkan perusahaan tersebut.

"Mereka baru mendaftarkan patennya tahun 2006 (internasional), ke luar tahun 2011, saya lebih dulu mematenkan ini," kata dia.

Zamrisyaf berharap, pemerintahan Jokowi memenuhi janjinya 'menghadap ke laut' untuk mewujudkan Jalesveva Jayamahe.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya