30 Persen Pasien Puskesmas di Yogya Alami Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa yang dialami pasien puskesmas itu bukan berarti gila.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 06 Okt 2016, 12:45 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2016, 12:45 WIB
Mengenali 3 Tanda Depresi
Gangguan jiwa berupa rasa sedih yang berlebih atau depresi berisiko tingkatkan upaya bunuh diri. (Foto: stylonica.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan puskesmas di Sleman dan Yogyakarta menempatkan satu psikolog di masing-masing fasilitas layanan kesehatan primer di dua daerah tersebut.

Tujuannya adalah untuk mendeteksi pasien yang mengalami gangguan jiwa melalui keluhan fisik yang sama dan berulang.

"Selama ini, pasien yang mengalami keluhan fisik yang sama dan berulang hanya diberi obat untuk menyembuhkan. Dengan adanya psikolog, dokter bisa merujuk pasien datang ke psikolog untuk berkonsultasi," ujar Diana Setiyawati, Direktur Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM dalam jumpa pers Kegiatan Hari Mental Sedunia, Rabu sore, 5 Oktober 2016.

Sekitar 25-30 persen pasien yang berkunjung ke puskesmas, kata dia, ternyata mengalami gangguan jiwa. Menurut dia, seringkali gangguan mental yang dirasakan oleh pasien yang bertandang ke puskesmas bersembunyi di balik manifestasi gangguan fisik.

Contohnya, seorang pasien datang lima kali dengan keluhan maag, ada kemungkinan ia mengalami gejala gangguan jiwa depresi atau stres. Gangguan jiwa yang dimaksud bukan berarti gila, melainkan bisa berupa psikosomatis.

Ia menyebutkan sebanyak 28 psikolog ditempatkan di puskesmas Jogja, sedangkan 25 psikolog disebar di seluruh puskesmas di Sleman. Sementara, tiga kabupaten lainnya di DIY belum menerapkan hal yang sama karena masih mempertimbangkan anggaran.

"Ini pakai dana APBD," ucap Diana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya