Cara Petani Isi Perut Sambil Tunggu Banjir di Sawah Surut

Mayoritas petani penggarap tidak bisa bercocok tanam karena sawah mereka tergenang banjir sejak beberapa waktu lalu.

oleh Yanuar HFelek Wahyu diperbarui 15 Nov 2016, 10:21 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2016, 10:21 WIB

Liputan6.com, Grobogan - Banjir yang menggenangi area persawahan di Kecamatan Penawangan memaksa petani harus berhenti bercocok tanam meski saat ini sudah memasuki musim tanam. Padahal, para petani yang mayoritas penggarap itu mengandalkan sawahnya sebagai sumber pendapatan utama guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Sawah tenggelam air banjir, jadi enggak bisa tanam," kata Sutrisno,buruh tani asal Desa Winong, Kecamatan Penawangan, Grobogan, Jateng, Senin, 14 November 2016.

Jika bisa bekerja, ia bisa membawa pulang uang Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu sebagai upah. "Sawah sendiri tidak bisa ditanam karena kebanjiran. Kerja menanam juga tidak bisa karena sawah orang lain juga kebanjiran, jadi enggak bisa dapat uang untuk beli lauk," kata dia.

Sutrisno kemudian memutar otak agar dapur di rumah bisa tetap mengebul. Sutrisno bersama Muko Siing dan 10 tetangga lainnya memilih menjala ikan yang diikatkan di bambu.

"Lumayan dari pada nganggur. Ikan yang didapat bisa dibuat lauk dengan digoreng kering atau dibuat rempeyek," kata Sutrisno.

Kepala BPBD Provinsi Jateng Sarwa Permana kepada Liputan6.com menjelaskan, banjir di Kabupaten Grobogan sudah berlangsung lama dan luasannya telah meliputi hampir semua wilayah pertanian di Grobogan.

"Kebanyakan yang tergenang ada di sekitar sungai. Air juga menggenangi ratusan hektare area pertanian," ucap Sarwa.

Angin Kencang

Sementara itu, musim hujan di Yogya diwarnai angin kecang hingga menumbangkan beberapa pohon pada Senin siang, 14 November 2016. Angin kencang juga membuat 15 rumah di Desa Tamantirto, Kasihan, Bantul, rusak ringan dan dua rumah rusak sedang.

"Dari 15, ada dua rumah yang rusak sedang. Kondisinya atapnya rusak, lainya rusak ringan. Tidak sampai menimbulkan korban jiwa," ujar Kepala BPBD Kabupaten Bantul Dwi Daryanto saat dihubungi kemarin.

Menurut Dwi, BPBD Bantul bersama relawan langsung mendatangi lokasi untuk membersihkan pohon yang tumbang. Upaya ini dilakukan dengan cepat setelah informasi masuk ke BPBD Bantul. Melihat kondisi rumah yang tertimpa pohon, BPBD Bantul sudah berupaya memasang terpal di atap rumah.

Pihaknya terus mengimbau agar masyarakat tetap waspada selama musim hujan ini hingga puncak musim hujan pada Januari-Februari 2016. Selama musim hujan ini, potensi hujan disertai angin kencang masih akan terjadi.

"Informasi dari BMKG puncaknya bulan Januari 2017," kata Dwi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya