Suramnya Nasib Museum Peninggalan Sejarah Palembang

Kondisi Museum SMB II Palembang cukup memprihatinkan. Tidak hanya mengalami banyak kerusakan, namun juga kotor dan kurang terawat.

oleh Nefri Inge diperbarui 04 Apr 2017, 06:32 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 06:32 WIB
Bangunan Museum SMB II Palembang (Liputan6.com/Nefri Inge)
Bangunan Museum SMB II Palembang (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II merupakan satu-satunya museum milik Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, Sumatera Selatan, yang menyimpan beragam sejarah dan adat istiadat Keraton Palembang Darussalam.

Namun, kondisi museum yang terletak di kawasan Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang ini suram dan kurang terurus.

Saat Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang Fitrianti menggelar inspeksi mendadak (sidak) pada Senin pagi, 3 April 2017i, banyak ditemukan ruangan di museum yang sudah rusak dan bisa mencelakai para pengunjung museum. Bahkan, beberapa barang peninggalan sejarah tidak diurus dengan baik.

Di kawasan museum, Wawako Palembang menemukan banyak tumpukan kayu dan sampah yang terkesan dibiarkan saja. Penempatan ruang teater Dewan Kesenian Palembang (DKP) juga kurang terawat.

Bahkan, dua unit meriam peninggalan Kolonial Belanda juga diletakkan di pekarangan belakang museum secara tidak terawat. Kondisi meriam ini pun sudah berkarat dan berlumut.

Di dalam museum berlantai dua ini tak kalah buruknya. Lantai kayu yang digunakan di lantai dua sudah banyak yang goyang dan berlubang. Ada juga salah satu ruangan di sudut museum dengan kondisi lantai kayu yang bobrok dan berbahaya untuk dilewati.

Kondisi diperparah dengan banyaknya atap museum berlubang dan rusak, baik di lantai satu maupun di lantai 2. Fasilitas pendingin ruangan dan CCTV yang tidak berfungsi dan penerangan kurang membuat suasana di dalam museum terlihat menyeramkan.

Finda, sapaan akrab Wawako Palembang juga menemukan beberapa barang bersejarah yang diletakkan sembarangan. Seperti lukisan kuno yang dibuat pada tahun 1821 dan guci antik.

Lukisan bergambar perang kapal di perairan tersebut disimpan di dalam gudang museum. Sedangkan guci antik yang diduga peninggalan Kolonial Belanda juga digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.

Wawako Palembang juga berkunjung ke Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Palembang yang lokasinya berdekatan dengan Museum SMB II Palembang.

Di lokasi bersejarah tersebut, Finda juga melihat beberapa fasiitas yang kurang mendukung, seperti kurangnya pendingin ruangan, penerangan hingga dinding ruangan yang dibiarkan rusak dan berlubang.

"Bagaimana berminat (berkunjung) jika kondisinya kotor dan tidak nyaman," ucap Wawako Palembang kepada Liputan6.com.

"Atapnya saja rapuh, kayu lantainya sudah keropos, banyak kayu dan bebatuan di mana-mana. Tadi juga saya ketemu guci yang punya sejarah tinggi tapi diletakkan sembarangan saja," kata dia.

Melihat buruknya perhatian dinas terkait terhadap perawatan Museum SMB II Palembang, Pemkot Palembang akan lebih turun tangan. Salah satunya dengan mengawasi dan mengucurkan dana khusus untuk perbaikan fasilitas museum SMB II dan Monpera Palembang.

Jejak Keraton Palembang Darussalam

Pemkot Palembang juga akan memanggil para arkeolog Palembang untuk mencari jejak peninggalan Keraton Palembang Darussalam yang masih tertinggal di kawasan tersebut.

"Memang sulit jika peninggalannya di dalam (sudah terkubur). Tapi kalau ada informasinya, kita akan mengeceknya," ujar dia.

Nyimas Ulfa selaku Kepala Seksi (Kasi) Permuseuman dan Bangunan Bersejarah Dinas Kebudayaan (Disbud) Palembang mengatakan, Museum SMB II Palembang yang didirikan oleh Kolonial Belanda pada tahun 1823-1825 ini dibangun di atas bekas bangunan Keraton Palembang Darussalam.

"Setelah kekalahan Kesultanan Palembang Darussalam oleh Belanda di tahun 1821, seluruh bangunan keraton dibumihanguskan. Yang tersisa tinggal fondasi bangunan yang sudah terkubur di dalam gedung ini," kata dia.

Bangunan Museum SMB II Palembang ini digunakan sebagai Rumah Dinas (Rumdin) Residen Belanda di Palembang. Saat penjajah Jepang masuk dan mengalahkan Kolonial Belanda, bangunan tersebut digunakan sebagai markas penjajah Jepang.

Pasca-kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan museum digunakan sebagai Markas Kodam II Sriwijaya. Akhirnya berpindah kepemilikan ke Pemkot Palembang dan dijadikan museum.

Bangunan ini juga dinamai dengan raja Palembang Darussalam yang terkenal, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II.

Museum SMB II Palembang mulai dibuka untuk umum tahun 2004. Ada sekitar 669 koleksi bersejarah Palembang Darussalam, mulai dari uang kuno, patung arca, kain songket dan alat tenun hingga furnitur antik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya