Seba Baduy, Tradisi Adat Berusia Ratusan Tahun

Dalam acara adat Seba Baduy ini kunjungan wisatawan ditargetkan sebanyak 8.000 orang.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 27 Apr 2017, 07:01 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2017, 07:01 WIB
20160513-Tradisi-Seba-Baduy-Kecil-Banten-FP
Masyarakat Suku Baduy Luar tiba di pendopo dengan hasil bumi berupa pisang, beras dan gula aren di Kabupaten Lebak, Banten (13/05). Mereka beristirahat semalam untuk menyiapkan fisik menuju Pendopo Serang. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Lebak - Suku Baduy Dalam dan Luar kini bersiap-siap menggelar prosesi adat Seba Baduy 2017 yang masuk ke dalam Seba Gede. Suku Baduy yang lebih senang disebut sebagai orang atau urang Kanekes ini akan mengunjungi Ibu Gede, Bupati Lebak pada 28-29 April 2017 dan Abah Gede, Gubernur Banten, pada 29-30 April mendatang sembari memberikan oleh-oleh berupa hasil bumi.

"Ya, sekarang lagi Seba Gede, kang. Ya, sekitar kurang lebih dua ribu orang," ucap Tiwin dari Suku Baduy Luar, saat dikonfirmasi Liputan6.com melalui pesan singkat, Rabu (26/04/2017).

Prosesi adat Seba Baduy ini akan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya dari Kabupaten Lebak. Seba Baduy diharapkan akan mendatangkan banyak wisatawan domestik dan mancanegara ke Banten.

"Persiapan sedang dilakukan oleh Dispar (Dinas Pariwisata), karena ini terkait dengan banyaknya kunjungan wisatawan yang ingin melihat Seba Baduy secara langsung," ujar Eka Prasetyawan selaku Kepala Bagian (Kabag) Humas Kabupaten Lebak, saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya, Rabu (26/4/2017).

Menurut dia, target kunjungan wisatawan di Seba Baduy sebanyak 8.000 orang. Adapun prosesi adat Seba sendiri telah berlangsung selama ratusan tahun lampau.

Meski belum terdapat catatan resminya, prosesi tersebut diyakini telah berlangsung sekitar tahun 1526 Masehi. Saat itu, Kerajaan Demak memperluas wilayah kekuasaannya ke Banten dan mendirikan Kesultanan Banten.

Upacara adat Seba digelar setelah Urang Kanekes melaksanakan Puasa Kawalu selama tiga bulan dan musim panen tiba. Selama tiga bulan itulah masyarakat luar dilarang memasuki wilayah Baduy Dalam, yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana.

Urang Kanekes hingga saat ini tetap kokoh mempertahankan adat dan menjaga alam. Setidaknya tercermin dalam melalui pepatah mereka: "Lojor teu meunang dipotong, pendek teu meunang disambung" (Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung).

Pepatah lawas Suku Baduy ini memiliki makna bahwa hidup harus sesuai ketetapan Tuhan. Serta, menjaga apa yang telah diberikan oleh Tuhan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya