Pembelaan Guru yang Dituduh Picu Siswa Minum Racun

Ada pengakuan berbeda soal pangkal masalah yang membuat guru tersebut marah pada siswa, sehingga siswa nekat meminum racun.

oleh Ola Keda diperbarui 11 Sep 2017, 10:01 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2017, 10:01 WIB
Ilustrasi Korban Miras Oplosan
Ilustrasi korban miras oplosan (Liputan6.com/Nafisco)

Liputan6.com, Kupang - BB, guru yang dituduh menghina siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), angkat bicara. Dia membantah mengeluarkan kata-kata kotor seperti yang diceritakan siswanya, FK, hingga menyebabkan sang siswa mencoba bunuh diri dengan minum racun rumput pada 31 Agustus 2017.

"Saya memang marah, tetapi tidak keluarkan kata-kata kotor. Kata-kata saya itu hanya nasihat dan pesan," ujar BB kepada Liputan6.com, Sabtu, 9 September 2017.

Dia mengakui jika dirinya memang marah. Menurut dia, ucapan yang disampaikan kepada siswanya itu akibat anaknya dilecehkan secara seksual oleh Lori, kakak kandung korban.

"Saya pesan ke korban pulang sampaikan ke orangtuanya supaya ajar Lori, dia sudah lecehkan anak saya. Sebagai ibu saya marah, tetapi saya tidak keluarkan kata-kata sadis," kata BB.

Setelah menitip pesan di ruang kelas, kata BB, dirinya memanggil korban dan meminta maaf. "Saya kaget sorenya, keluarga korban datang dan ngamuk di mess karena FK minum racun gara-gara saya," ujar BB.

BB juga mengakui pernah memukul siswa sebanyak satu kali, bukan sering seperti yang dituduhkan. "Memang pernah pukul pakai ekor pari, tetapi itu sudah diselesaikan. Kenapa mereka ungkit lagi?" ucapnya.

Dia menyampaikan maaf kepada korban dan keluarga besar FK. Dia juga mengaku siap menerima sanksi dari pihak sekolah.

"Saya pasrah, apa pun sanksi dari sekolah saya siap terima. Anggap saja selama tujuh tahun saya mengajar sebagai tenaga honor bentuk pengabdian saya," kata BB.

Sebelumnya, motif penghinaan guru terhadap seorang siswa sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), terkuak.

Ayah kandung korban, Yosep Lango (61), mengaku anaknya yang berumur 16 tahun tersebut dihina lantaran sang guru tak terima kakak korban berpacaran dengan anak pelaku.

Pada 28 Agustus 2017, kakak dari FK ke mess guru tersebut dan bertemu dengan anak pelaku bernama Natalia Sola, yang juga merupakan teman kelas FK. Hal itulah yang disebut memancing kemarahan BB.

"Kenapa FK yang dihina, apalagi sampai keluarkan kata-kata sadis di depan kelas dan itu dilakukan berulang-ulang," ucap Yosep di RSUD WZ Johannes, Kupang, beberapa hari lalu.

Menurut Yosep, racun yang ditelan anaknya tidak banyak karena sebagian disembur keluar. Proses pengobatan anaknya sudah menelan banyak biaya dan ditanggung sendiri. Dia meminta guru yang menghina anaknya turut bertanggung jawab.

"Saya minta dipecat karena tidak pantas jadi guru. Dia juga harus kembalikan seluruh biaya pengobatan anak saya," Yosep menambahkan.

Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan, mengatakan pihak sekolah akan menggelar rapat dengan Komite Sekolah guna menentukan nasib BB. "Intinya pihak sekolah tetap memberi sanksi, yang paling berat dipecat," Bernadus menegaskan.

Kronologi Hinaan Guru Berujung Minum Racun

Kasus perisakan nyaris merenggut nyawa seorang siswa SMP Negeri 2 Satu Atap Waiwaru, Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Siswa berinisial (FK) itu dilarikan ke rumah sakit setelah mencoba bunuh diri dengan minum racun.

FK nekat menenggak cairan racun rumput karena merasa malu dihina oleh gurunya berinisial BB selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

"Sudah dua kali dia menghina saya. Pertama waktu saya bawa handphone ke sekolah. Kejadian ini dilakukan juga di depan kelas, di hadapan teman-teman," ucap FK kepadaLiputan6.com, Sabtu, 2 September 2017.

Puncaknya pada 31 Agustus 2017, guru Bahasa Indonesia tersebut kembali menghina FK. Sang guru mengeluarkan kalimat hinaan yang membuat siswa kelas III SMP Satap Waiwaru tersebut merasa malu.

"Dia bilang saya punya rumah seperti kandang babi. Lalu, saya keturunan atau anak dari orangtua tidak jelas," tutur korban.

Tak hanya itu, sang guru juga menghina makanan yang dikonsumsi muridnya tersebut. "Makanan saya seperti makanan babi. Dia hina saya di depan murid lainnya dalam kelas, selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung," FK membeberkan.

Bahkan saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru itu bukan menjelaskan tentang materi pelajaran, melainkan terus menghina FK. Saat jam pelajaran usai, FK langsung kembali ke rumah dan nekat menenggak racun.

Beberapa siswi yang datang menjenguk FK di rumah sakit mengatakan, saat guru tersebut menghina korban, mereka semua ikut menangis. "Penghinaan itu terlalu sadis. Karena kasihan, kami ikut menangis dalam kelas," tutur salah seorang siswi yang meminta namanya tidak ditulis.

Terkait kasus perisakan yang berujung siswa nekat minum racun rumput, Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan mengatakan, guru tersebut berstatus honorer. Dia pun pernah menegur guru itu karena kerap berperilaku kasar terhadap siswa.

"Yang bersangkutan pernah saya tegur, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, salah satu siswa dirawat rumah sakit karena ulah dia," ujar Bernadus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya