Liputan6.com, Cirebon - Musik dangdut tak lekang oleh zaman. Penggemarnya terus setia mendendangkan atau sekadar mendengarkan musik yang memancing badan bergoyang ini. Meski secara umum sama, masing-masing daerah di Indonesia punya musik dangdut khas, demikian juga daerah pantai utara Jawa (pantura).
Di Cirebon, penikmat musik dangdut pantura tidak pernah surut. Berawal dari musik Tarling (Gitar Suling), dangdut pantura terus hidup dan juga membawa berkah bagi seluruh kalangan.
Sarni, penyanyi pantura jalanan, salah satu contoh sosok yang hidup dari dangdut pantura. Dia rela naik turun bus di sepanjang pantura Jawa Barat dan Jawa Tengah hanya untuk mengamen.
Advertisement
Sambil menggendong tape yang sudah dimodifikasi flashdisk dan tersambung dengan mic, Sarni mulai menghibur para penumpang. Suara merdu Sarni dengan ciri khas panturanya itu membuat penumpang terhibur.
Baca Juga
Bahkan, sesekali sang sopir ikut berjoget jika lagu yang dinyanyikan Sarni enak dan bisa dibawa joget. "Biar tidak ngantuk juga," kata Sarni kepada Liputan6.com, Selasa, 10 Oktober 2017.
Terhitung sembilan tahun lamanya Sarni menjadi penyanyi pantura jalanan. Banyak kendala yang dihadapi, mulai dari berdesakan hingga tidak mendapat uang sepeser pun dari hasil menyanyinya.
Dalam sehari, dia mampu memasuki 10 mobil bus yang ada di sepanjang Pantura Cirebon hingga Brebes. Penghasilan dari mengamen Sarni pun tidak menentu.
"Tidak tentu dapatnya tergantung bagaimana penumpang kasih saja. Saya mah ikhlas nyari rejeki seperti ini. Apalagi untuk biaya keempat anak saya yang masih sekolah," kata dia.
Kegiatan mengamen yang digeluti Sarni juga mendapat restu dari keluarganya. Selain itu, Sarni juga memang hobi menyanyi dangdut, terutama ciri khas Pantura.
Namun demikian, Sarni mengaku enggan bergabung dengan kelompok dangdut yang ada di Pantura Cirebon ini.
"Malu, saya tidak punya tampang dan bakat jadi penyanyi panggung. Mending kayak begini saja ngamen di bus dapat uang pulang," ujar dia.
Beragam pengalaman pun sudah dialami Sarni. Dia mengaku, dangdut Pantura memiliki ciri khas yang tidak ada pada musik dangdut lain di Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
"Mungkin karena ada suara gitar dan sulingnya itu ya, Mas, yang bikin saya tidak mau bawakan lagu dangdut lain selain panturaan. Tapi beberapa lagu dangdut yang sudah terkenal biasanya saya bawain dan penumpang senang. Meski kadang ujungnya tidak kasih uang," aku dia.
Salah seorang sopir bus pantura jurusan Cirebon Purwokerto, Jenggo mengaku, kehadiran penyanyi pantura jalanan menjadi penting. Sebab, selain sudah mengakar, para penyanyi juga bisa mencairkan suasana di tengah perjalanan bus sepanjang pantura.
"Hampir semua bus itu ada penyanyi pantura jalanan dan untuk menghibur. Saya sendiri terhibur. Kalau tidak ada musik, saya bawa kopi karena pantura kan jalannya lurus terus bikin ngantuk," kata dia.
Salah seorang penumpang bus jurusan Cirebon - Purwokerto, Yati Mundiroh, mengaku sejak tahun 2007 selalu naik bus dari Cirebon ke Tegal maupun sebaliknya.
"Enak, Mas, ada hiburannya. Musiknya pantura banget," ujar dia.