Takmir di Malang Sepakat Lawan Paham Radikalisme Masuk Masjid

Masjid di wilayah Malang punya riwayat jadi tempat deklarasi kelompok yang terhubung ISIS.

oleh Zainul Arifin diperbarui 01 Des 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2017, 05:00 WIB
Takmir di Malang Sepakat Lawan Paham Radikalisme Masuk Masjid
Dialog antara takmir masjid dan BNPT di Malang, Jawa Timur (Zainul Arifin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Malang - Sedikitnya 150 takmir masjid di wilayah Malang, Jawa Timur, berkumpul di sebuah hotel. Mereka diskusi bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) guna menangkal pengaruh radikalisme dan terorisme yang berpotensi masuk ke masjid.

Ketua Dewan Masjid Kabupaten Malang, Imam Sibaweh mengatakan, masjid patut diramaikan dengan segala kegiatan seperti pengajian, tapi tak boleh diisi dengan kegiatan yang dipengaruhi oleh paham radikalisme dan terorisme.

“Takmir masjid punya wewenang mengatur kegiatan. Sepanjang tak melanggar aturan, silakan saja,” kata Imam di sela Dialog Pelibatan Takmir Masjid dalam Pencegahan Terorisme di Malang, Kamis (30/11/2017).

Wilayah Malang Raya punya pengalaman masjid digunakan kelompok radikalisme. Pada 2014 silam, sebuah masjid di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Dau, Kabupaten Malang, dijadikan tempat deklarasi kelompok Ansharul Khilafah yang dicurigai terhubung ke kelompok ISIS.

Meski awalnya membantah, deklarator kelompok itu yakni M Romli ditangkap oleh Densus 88 Antiteror pada 2016 bersama beberapa orang lainnya. Pantauan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), ada lima masjid lain yang terindikasi jadi tempat penyemaian paham radikal.

Kelima masjid itu berada di lingkungan dekat kampus dan kos mahasiswa di wilayah Kecamatan Lowokwaru, yakni dua masjid di Tlogomas, satu masjid di Jalan Veteran, satu masjid di Jalan Bendungan Sigura-gura dan satu masjid di Dinoyo.

"Sejak ada peristiwa di tahun 2014 itu, kami kirim edaran yang berisi agar masjid tidak boleh digunakan untuk gerakan radikalisme," ucap Imam.

Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Polisi Hamli mengatakan, pertemuan dengan takmir masjid merupakan koordinasi sekaligus sebagai langkah menangkal paham radikal masuk masyarakat melalui masjid.

"Takmir masjid berperan memberikan informasi pada masyarakat yang sifatnya positif. Kalau ada khatib yang ajarannya melenceng ya harus diingatkan," ujar Hamli.

Ia menambahkan, takmir masjid diimbau tak membiarkan masjid sepi dari kegiatan. Sebab, hal itu berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok radikal masuk dan menyebarkan pahamnya. Memakmurkan masjid dengan membuat kegiatan positif adalah satu cara menangkal radikalisme.

"Malang jadi salah satu daerah prioritas pencegahan gerakan radikalisme. Tapi sejauh ini kondisi di wilayah ini kami nilai aman," kata Hamli.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Riwayat Kelompok Radikal dan Terorisme di Malang

Takmir di Malang Sepakat Lawan Paham Radikalisme Masuk Masjid
Terduga teroris saat akan diberangkatkan dari Malang ke Jakarta, Minggu (21/2/2016). (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Wilayah Malang Raya memiliki catatan panjang dengan berbagai kelompok radikal sampai aksi terorisme. Malam Natal, 24 Desember 1984, bom meledak di Gedung Seminari Alkitab Asia Tenggara dan Gereja Sasana Budaya Katolik, Kota Malang.

Otak peristiwa Bom Bali 2002, Dr Azahari tewas di tempat persembunyiannya di Kota Batu pada 2005.

Di Januari 2014, sebuah mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Karangploso, Kabupaten Malang, meledak yang diduga terkait aksi terorisme.

Kurun Maret 2015 sampai Februari 2016, tercatat ada 14 terduga jaringan ISIS ditangkap di tiga tempat berbeda di Malang. Gereja Katolik di Kota Batu diteror bom pada November 2016.

Pada 22 Juni 2017, seorang warga Pagentan, Singosari, Kabupaten Malang, juga ditangkap dengan dugaan terkait ISIS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya