Perjuangan Difabel Makassar Taklukkan Gunung Keramat Toraja

Cerita Seru Difabel Makassar Taklukkan Gunung Keramat Toraja

oleh Eka HakimFauzan diperbarui 04 Des 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2017, 07:00 WIB
Difabel Makassar Mendaki Gunung Keramat Sesean (Liputan6.com/ Fauzan)
Difabel Makassar Mendaki Gunung Keramat Sesean

Liputan6.com, Makassar - Tim pendakian para difabel Makassar berhasil menaklukkan Gunung Sesean yang dikenal sebagai salah satu gunung keramat di Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu 2 Desember 2017 sekitar pukul 17.30 Wita.

Pendakian yang bertemakan Menembus Batas Part II itu dilakukan para difabel Makassar dalam rangka memperingati hari penyandang disabilitas internasional 2017 yang ditetapkan tiap 3 Desember.

Agus Salim, salah seorang atlet difabel tunadaksa yang ikut dalam rombongan pendakian tersebut, mengatakan pendakian dimulai dari kaki Gunung Sesean Sabtu 2 Desember 2017 sekitar pukul 15.00 Wita. Mereka ditemani 70 orang pecinta alam bebas lainnya.

"Sebelum pendakian, gabungan penggiat outdoor dan difabel ini dibagi ke dalam tim kecil yang terdiri atasĀ enam orang dan satu orang penyandang disabilitas ," katanya kepada Liputan6.com, Minggu (3/12/2017).

Tim yang tiba pertama di puncak gunungĀ adalahĀ tim yang beranggotakan difabel tunanetra dan tunadaksa kinetik.

"Tim tiba petang karena cuaca relatif cerah ,"tuturnya.

Pendakian di Gunung Sesean diakui Agus penuh dengan sensasi jika dibandingkan dengan tidur di hotel selama dua malam. "Kita ingin perlihatkan kalau difabel juga bisa mendaki gunung,"ujarnya.

Ia berharap dengan kegiatan pendakian ini, ke depannya bisa mendapat perhatian publik lebih luas serta dukungan pemerintah yang tak hanya materi tapi juga dorongan moril

Hal yang sama diungkapkan difabel tunanetra, Abdul Rahman. Ia mengaku sangat bersyukur bisa menembus puncak gunung sesean dengan waktu singkat atau tiba sebelum malam tiba.

Selama perjalanan, kata dia, tentunya bergerak mengikuti instruksi dari pendaki normal yang bertindak sebagai pendampingnya yang berada di belakang, depan dan sampingnya. Jika pendamping mengatakan kanan maka dia pun akan berjalan ke arah kanan.

"Saya sempat tergelincir karena lambat terima instruksi, " akuinya.

Rahman yang hanya memiliki sekitar 30 persen daya penglihatan itu diketahui sebelumnya pernah menaklukkan gunung tertinggi di Sulsel yakni Gunung Latimojong yang terdapat di Kabupaten Enrekang. Saat itu pendakian yang sama ia lakukan juga dalam rangka memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional tahun 2016.

"Tidak ada kesulitan kali ini karena intruksinya tepat. Beda sebelumnya selain intruksi tak tepat juga peralatan seadanya," terang Rahman.

Selama pendakian di gunung sesean berlangsung, ia mengaku hanya menggunakan pengikat pinggang (hernes) sebagai fasilitas dan turut membawa beban tas besar di punggungnya.

"Jadi pendakian di Gunung Latimojong tahun lalu menjadi pembelajaran berharga. Sehingga pendakian kali ini di Sesean kami kaum difabel juga bisa lakukan ," Rahman menandaskan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini :

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya