Banjir Rob Datang, Stok Garam Probolinggo Menghilang Perlahan

Dinas Perikanan Kota Probolinggo mencatat stok garam yang menghilang akibat banjir rob mencapai 21 ton.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Des 2017, 13:03 WIB
Diterbitkan 11 Des 2017, 13:03 WIB
Hujan Datang, Senyum Petani Garam Lenyap
Harga garam saat ini mencapai Rp 3,4 juta per ton. (Liputan6.com/Mohamad Fahrul)

Liputan6.com, Probolinggo - Penyusutan garam di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencapai puluhan ton akibat banjir pasang air laut (rob) yang menerjang kawasan pesisir utara wilayah setempat pada awal Desember 2017.

"Banjir rob yang terjadi di pesisir utara Kabupaten Probolinggo berdampak buruk bagi petani garam di Kota Kraksaan," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, Dedy Isfandi, di Probolinggo, Senin (11/12/2017), dilansir Antara.

Ia mengatakan, air laut yang masuk hingga ke gudang penyimpanan garam milik petani membuat persediaan garam berkurang. Berdasarkan catatan petugas penyuluh lapangan (PPL) Dinas Perikanan di Kota Kraksaan, usai rob, penyusutan garam di dua desa mencapai 21 ton.

"Berdasarkan catatan petugas di lapangan, gudang penyimpanan garam yang paling terdampak banjir pasang air laut ada di Desa Kebonagung yang menyusut sebanyak 15 ton dan Desa Sidopekso penyusutannya sebanyak 6 ton," tuturnya.

Ia mengatakan, dua desa itu terdampak cukup parah setelah jebolnya tanggul di sisi timur dan barat wilayah pertambakan garam antara Desa Sidopekso dan Kalibuntu. Kondisi berbeda terjadi di Desa Kalibuntu. Walaupun air laut masuk ke gudang, tidak terjadi penyusutan signifikan.

"Saat banjir rob perdana, petani garam Desa Kalibuntu lebih cepat mengevakuasi garamnya dari gudang ke tempat yang lebih tinggi, sehingga penyusutan garam akibat gerusan air tidak terlalu banyak," ujarnya.

 

 

Perhitungan Petani Garam Berbeda

Mereka yang Rasakan Pahitnya Harga Garam
Petani garam Madura. (Liputan6.com/Mohamad Fahrul)

Untuk mengantisipasi terjadinya rob susulan di masa yang akan datang, kata dia, pihaknya mengimbau agar petani meninggikan gudang penyimpanan garam. Dengan begitu, gudang penyimpanan garam tetap aman ketika air meninggi.

Sementara, petani memiliki hitungan berbeda terkait penyusutan garam tersebut. Mursyid, petani garam Desa Kalibuntu, mengatakan rembesan air laut membuat stok garam di gudang miliknya menyusut antara 30-50 persen.

"Kapasitas gudang saya masing-masing 15 dan 30 ton. Dengan penyusutan itu, saya juga rugi lumayan banyak," katanya.

Ia mengatakan penyusutan garam akibat banjir pasang air laut itu merugikan petani. Dengan harga jual garam krosok tingkat petani mencapai Rp 2.500 per kilogram, potensi kerugian petani mencapai puluhan juta rupiah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya