Sapa Pagi dengan Wangi Bunga-Bunga Tanaman Santri

Embun pagi masih menempel di kelopak bunga-bungaan jenis tanaman refugia yang berjejer rapi di kebun pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap ketika santri memulai aktifitas paginya.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 19 Apr 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2018, 06:00 WIB
Tanaman Refugia yang berfungsi untuk menarik pemangsa alami dan mengusir hama di Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Tanaman Refugia yang berfungsi untuk menarik pemangsa alami dan mengusir hama di Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Subuh baru saja beranjak ketika puluhan santri Pondok Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Tambaksari Kedungreja, Cilacap, bersiap mengaji. Sebagian santri mengaji Alquran kepada kakang, sebutan untuk santri senior.

Lainnya tampak asyik menyimak kitab klasik kuning. Usai mengaji, sejumlah santri memulai aktifitas hari ini. Salah satunya adalah Fathoni Hanifah, remaja berusia 18 tahun yang juga pelajar sebuah SMK, jurusan pertanian.

Embun pagi masih menempel di kelopak bunga-bungaan jenis refugia yang berjejer rapi di kebun pesantren. Berbagai bunga itu sengaja ditanam untuk menarik serangga pemangsa hama.

Dibantu dua orang santri lainnya, Fathoni menyiram tanaman sayuran yang terdiri dari berbagai jenis dan rentang umur, mulai benih hingga tanaman yang sudah berproduksi. Di antaranya adalah timun, cesin, sawi, kacang panjang, bayam dan bawang putih.

Santri lelaki ini tampak sigap dan terampil memasukkan biji sawi ke dalam polibag-polibag kecil pembibitan. Teori yang didapatnya saat belajar di sekolah, dipraktekkan di kebun pesantren.

Sistim Pertanian Terpadu ala Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus

Santri di Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap menyirami benih sayuran. Panennya untuk mencukupi kebutuhan sayuran santri. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Santri di Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap menyirami benih sayuran. Panennya untuk mencukupi kebutuhan sayuran santri. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Fathoni adalah salah satu pimpinan divisi dalam jaringan besar sistim pertanian terpadu yang kini dikembangkan oleh Ponpes Rubat Mbalong.

Setidaknya ada lima divisi dalam pertanian terpadu ini. Yakni, Divisi Pertanian, Peternakan Sapi, Peternakan Unggas, Perikanan, dan budidaya cacing.

Tanaman refugia seperti bunga kenikir, jengger ayam, tapak dara, bunga matahari, bayam dan kembang kertas bukan hanya tampak indah dipandang.

Lebih dari itu, bunga-bungaan yang berjejer rapi di perkebunan dan sawah pesantren ini adalah salah satu bagian penting dari sistim pertanian terpadu secara organik.

Refugia menarik pemangsa alami yang bakal menghabisi ulat atau serangga perusak tanaman. Dengan tanaman refugia, santri tak direpotkan oleh serangan hama.

“Bunga menarik pemangsa alami sehingga tidak usah menyemprot pestisida untuk membunuh hama,” Fathoni, menjelaskan, Senin, 16 April 2018.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pertanian untuk Mencukupi Kebutuhan Santri

Ikan peliharaan santri Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ikan peliharaan santri Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Dari lahan seluas 150 meter persegi, hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan sayur mayur santri. Mereka, makan dari hasil kebun sendiri.

Juru Bicara Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Samsul Wibowo mengemukakan, pesantren mengembangkan peternakan, perikanan dan pertanian untuk mengaplikasikan konsep pertanian terpadu. Keahlian ini dipraktekkan oleh santri sebagai bekalnya kelak ketika kembali ke masyarakat.

Dari sekitar 200 santri Ell Firdaus, sekitar 40 santri di antaranya terlibat dalam pertanian organik ini, terutama, santri yang berumur remaja, mulai 16-20-an tahun. Adapun santri yang kanak-kanak, masih dalam tahap pengenalan.

Dalam pertanian terpadu ini, pesantren membagi menjadi beberapa divisi, yakni divisi peternakan kambing, sapi dan unggas. Kemudian divisi pengembangan hortikultura, mulai dari sayur mayur hingga buah-buahan.

Adapun di sektor perikanan, santri memelihara ikan dengan pakan yang berasal dari cacing (Lumbricus) yang diberi pakan dengan kotoran sapi.

Kotoran Sapi Diubah Menjadi Gas Metana dan Pupuk

Santri merawat sapi dalam pertanian terpadu yang dikembangkan di Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Santri merawat sapi dalam pertanian terpadu yang dikembangkan di Pesantren rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Bentuknya kalau perikanan, terpadunya yaitu dengan budidaya tanaman Azolla, sebagai pakan ternak, mulai dari unggas, kambing hingga sapi. Kemudian, dari kotoran kambing dan sapi, digunakan untuk pupuk tanaman holtikultura yang ditanam di lahan pondok,” Samsul menerangkan.

Kotoran sapi juga diubah menjadi sumber energi. Kotoran sapi itu dimasukkan ke instalasi gas metana yang digunakan untuk memasak santri.

Sementara ini, dari enam ekor sapi, mampu menghasilkan gas metana untuk dua tungku. Bulan Juni mendatang, rencananya 20 ekor sapi akan tiba di peternakan pesantren sehingga jumlah tungku yang bersumber dari gas metana bisa bertambah.

Di luar pertanian, pesantren juga mengajari berbagai ketrampilan kepada santrinya. Antara lain dengan memproduksi sandal kulit dengan merek “Kenthir”, budidaya jamur tiram, dan koperasi pesantren.

“Yang tertarik pertanian bisa terjun untuk berpraktek bertani. Kalau yang wirausaha juga bisa berlatih di koperasi pesantren atau memproduksi sendal,” dia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya