Serunya Liputan Pilkada Jawa Barat ala Jurnalis Garut

Dalam sebuah hajatan besar, selalu terselip cerita di dalamnya, tak terkecuali dalam Pilkada Garut, Jawa Barat.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 30 Jun 2018, 23:01 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2018, 23:01 WIB
Jalan bebatuan menauju lokasi TPS terpencil di Garut
Jalan bebatuan menauju lokasi TPS terpencil di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Dalam sebuah hajatan besar, selalu terselip cerita menarik di dalamnya, tak terkecuali Pilkada Garut 2018, Jawa Barat. Pesta demokrasi rakyat yang dilakukan secara serentak lima tahunan ini, menyuguhkan momen yang sayang dilewatkan.

Liputan6.com merangkum sejumlah cerita unik seputar Pilkada di Garut. Cerita pertama dimulai dengan perjuangan Ary Karang, koresponden salah satu media online nasional, dalam misi pencarian responden untuk data quick count litbang medianya dalam perhitungan Pilkada Jabar.

Ia mesti melalui perjalanan panjang nan melelahkan di kampung Pangrumasan, Kecamatan Peundeuy, Garut, yang berada di ujung desa, ratusan kilo meter dari kota Garut, menyebabkan akses sinyal pun hilang.

"Sama dengan nama tempatnya pangrumasan (ngarumas atau merasa belum biasa)," ujar dia, saat berbagi cerita dengan rekan-rekan wartawan di kantor PWI Garut, beberapa waktu lalu.

Ary yang ditemani Firman Wicaksana, wartawan rekanan media dalam grup yang sama dengan Ary, juga mesti rela merasakan beratnya perjalanan bebatuan tajam tanpa 'baluran' aspal, hingga menghabiskan setengah hari perjalanan.

"Untung saja motornya dia (Firman) bagus, kalau tidak (fit), enggak bakal naik," ujar dia, disambut gelak tawa wartawan yang hadir menyimak.

Lewati gunung, lewati lembah, bahkan sungai, terpaksa dilalui dua rekan wartawan itu, hanya untuk mendapatkan data mentah tersebut.

Beruntung akhirnya, segudang basah keluh keringat tergantikan saat pertama kali menginjak kaki di TPS yang dimaksud, hingga akhirnya kembali dengan selamat. "Tiba barusan setelah magrib," kata dia, dengan wajah masih tersirat keletihan luar biasa di kantor PWI Garut.

Bahkan, Firman, saat tiba di kantor tempat wartawan Garut berkumpul, langsung tumbang merebahkan badannya hingga akhirnya tidur terlelap di kursi panjang, ruang utama Ketua PWI Garut.

 

Piala Dunia Nyaris Terlupakan

Calon patahana Rudy Gunawan saat melakukan pencoblosan
Calon patahana Rudy Gunawan saat melakukan pencoblosan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Lain ladang lain ilalang, para wartawan yang berada di kota Garut, yang juga memantau isu perkotaan saat Pilkada Garut berlangsung, justru terlihat lebih kompak dan bergairah menikmati sesi pencoblosan.

Setelah mengawal pencoblosan Bupati Garut Rudy Gunawan di jalan Kabupaten, kalangan wartawan Garut baik cetak, online, hingga televisi, langsung mengarahkan jarinya mengamati survei data lapangan. 

Janur M Bagus atau yang biasa dipanggil Abah Janur di kalangan wartawan Garut, bahkan tampak asyik berswafoto dengan wartawan di sela-sela pencoblosan Bupati Garut Rudy Gunawan, yang juga merupakan calon petahana.

"Biar kompak kita foto dulu," pinta dia mengajak rekan wartawan lainnya. 

Memang tidak berlebih, pilkada Garut tahun ini terasa istimewa buat 1,8 juta pemilih warga kota Dodol tersebut. Selain diramaikan kontestan yang mayoritas mantan bupati plus satu pejabat sekda, juga ada sejarah yang ingin dibuat calon patahana untuk memutus mitos kutukan patahana gagal menang.

Waktu terus berputar hingga akhirnya sampai pada pukul 13.00 WIB siang, batas akhir pencoblosan berlangsung, perhitungan manual pun dimulai.

Berbagai survei data langsung menghiasi pemandangan hampir seluruh siaran televisi nasional, sebanyak 171 provinsi, kota, dan kabupaten yang menggelar pilkada serentak tahun ini.

Tak ayal kondisi itu, menjadi magnet tontonan warga, bahkan acara piala dunia pun yang saat ini tengah berangsung di negeri Beruang Kutub Rusia, nyaris terlupakan.

"Perhatian sementara kami arahkan ke hasilnya, siapa ya yang menang," tanya Ahmad Sahid, pemilih di desa Jayaraga, Tarogong Garut.

Menurutnya pemilihan saat ini terasa istimewa, selain baru pertama kali digelar, juga menunggu sejarah baru bagi Garut, lahirnya pemimpin baru untuk lima tahun ke depan. "Tapi sebenarnya buat kami mau incumbent ataupun yang baru, yang penting amanah bagi masyarakat," pinta dia.

Tradisi Gaple Berlanjut

Aktivitas hiburan gaple di saat menunggu perhitungan KPUD Garut dimulai
Aktivitas hiburan gaple di saat menunggu perhitungan KPUD Garut dimulai (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Di Sekretariat PWI Garut, terlihat Aef Hendy, Ketua PWI Garut yang mengamati serius hasil survei di televisi. "Jabar siapa nih yang unggul," tanya dia ringan pada semua wartawan yang hadir.

Namun, bukan wartawan namanya jika tidak pandai memanfaatkan waktu. Sambil menunggu hasil real count (hitung nyata) yang digelar KPUD Garut malam harinya, mereka sengaja menggelar lomba gaple, permainan menyambungkan kode angka tertentu, khas masyarakat tradisional Indonesia.

Tidak hanya di kantor PWI, bahkan hiburan permainan rakyat itu ikut dibawa ke kantor KPUD Garut, Jalan Suherman, saat pengumuman real count batal digelar akibat masalah teknis.

"Daripada balik lagi (ke PWI) mending kita gelar (gaple)," ujar Yana, menyebut istilah baru untuk memulai kode permainan gaple, sambil mengajak kawannya.

Akhirnya lomba gaple pun digelar, sebanyak delapan orang yang terbagi dalam dua kelompok kecil kembali beradu strategi. "Siap-siap menjadi RT baru di KPU," kata Abah Janur, mengingatkan kawannya yang kalah akan mendapat gelar RT dan menjadi pengocok kartu sampai terpilih RT baru. 

Simak video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya