Cara Pegiat Batik Cirebon Pertahankan Warisan Leluhur

Dalam perkembangannya, industri batik masih merasakan pasang surut usaha, geliat masyarakat mencintai batik mulai menurun

oleh Panji Prayitno diperbarui 02 Okt 2018, 22:05 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2018, 22:05 WIB
Cara Pengusaha Batik Cirebon Pertahankan Warisan Leluhur
Parade hari batik nasional di salah satu showroom batik BT Batik Trusmi Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Ratusan warga mengunjungi salah satu sentra batik di Desa Trusmi, Cirebon. Mereka nampak bersemangat menunjukkan hasil kreasinya bernuansa batik Cirebon.

Beragam hasil kreasi tersebut dipamerkan dalam sebuah parade kepada masyarakat umum maupun pengunjung sentra batik Cirebon.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya meningkatkan kembali rasa cinta terhadap warisan leluhur Cirebon. Hingga saat ini Desa Trusmi salah satu kampung batik Cirebon tak pernah sepi dari kunjungan.

"Ada lomba topeng, melukis topeng, fashion show batik, dan membatik diatas kain dengan peserta anak sekolah," kata Ibnu dalam kegiatan BT Mask Painting Festival 2018, Senin (1/10/2018).

Dalam menyambut hari batik nasional 2018, Ibnu terus berupaya berinovasi mengikuti perkembangan busana kekinian. Hanya saja, dalam perkembangannya, industri batik masih merasakan pasang surut usaha.

Ibnu mengatakan, geliat masyarakat mengekplorasi rasa cintanya terhadap batik mulai menurun.

"Berbeda ketika pada tahun 2006 sampai 2008 apalagi saat Malaysia mengklaim batik Indonesia merupakan warisan negaranya. Di Momen hari batik nasional ini saya ajak masyarakat agar lebih aware terhadap batik Indonesia," kata Ibnu kepada wartawan, Senin (1/10/2018).

Ibnu mengaku, geliat masyarakat menggunakan batik terasa sejak Unesco menetapkan batik merupakan warisan budaya Indonesia. Saat itu, hampir seluruh sentra industri batik di Cirebon banjir pesanan.

 

 

Kain Bekas

Cara Pengusaha Batik Cirebon Pertahankan Warisan Leluhur
Simbolis pemberian penghargaan kepada 100 pengrajin batik Cirebon oleh disela peringatan hari batik nasional. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Tidak sedikit pengusaha batik Cirebon kehabisan bahan kain untuk melayani pesanan. Dia mengaku pernah menjual batik dari kain bekas dipakai emak-emak.

"Kain bekas emak-emak saya beli saya batik lagi dan laku juga disitu kami merasa hidup karena pengrajin juga ikut kecipratan. Saya sering melayani waiting list," kata dia.

Namun demikian, dia mengaku belakangan industri batik miliknya mengalami pasang surut. Terutama toko batik BT yang berada di luar Cirebon.

Menurutnya, jika semakin banyak masyarakat memakai batik, semakin besar peluang para pengrajin batik dapat bertahan hidup. Dia menyebutkan, satu helai kain batik rata-rata dikerjakan oleh 10 sampai 15 pengrajin.

"Kalau tiap satu helainya banyak yang beli maka dampaknya juga ke pengrajin. Geliat cinta batik tidak seheboh seperti tahun 2008 lalu," kata dia.

Sekretaris Provinsi Cirebon Iwa Karniwa mengatakan, sudah membuat regulasi para pegawai baik PNS maupun honorer untuk wajib memakai batik. Dalam satu minggu, ada dua hari yang wajib menggunakan batik.

"Total pegawai PNS maupun honorer di Jawa Barat sekitar 70 ribu dan setiap hari Kamis dan Jumat kami wajibkan pegawai baik honor maupun PNS pakai batik," sebut Iwa.

Selain mewajibkan pegawai mengenakan batik, dia juga mengaku terus berusaha mengembangkan motif batik di kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Dia berharap, kedepan motif batik menjadi pakaian wajib dalam setiap acara kenegaraan.

"Saat ini ada 27 motif baru dibuat dari tiap kota dan kabupaten dan kami terus kembangkan," ujar dia.

Dalam momentum hari batik nasional ini, BT Batik Trusmi Cirebon memberikan penghargaan kepada 100 pebatik Cirebon. Dia berharap, pada geliat masyarakat mencintai batik Indonesia dapat kembali seperti tahun 2008 lalu.

 

 

Saksikan vidio pilihan berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya