Filosofi di Balik Keindahan Batik Khas Banyumas

Di momentum Hari Batik Nasional 2018 ini, SMPN 5 Purwokerto secara resmi memperkenalkan kelas membatik

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Okt 2018, 07:29 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 07:29 WIB
21 karya desain dan poster dengan tema cinta batik dipamerkan oleh siswa SMP Negeri 5 Purwokerto untuk memperingati hari batik nasional. (Foto: Liputan6.com/Cipto Pratomo untuk Muhamad Ridlo)
21 karya desain dan poster dengan tema cinta batik dipamerkan oleh siswa SMP Negeri 5 Purwokerto untuk memperingati hari batik nasional. (Foto: Liputan6.com/Cipto Pratomo untuk Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Hari Batik Nasional dirayakan dengan beragam cara. Pedagang di Karanglewas, Kabupaten Banyumas, misalnya, mengenakan kain batik selama dua hari, antara Senin dan Selasa, 1-2 Oktober 2018.

Seperti tahun sebelumnya, Pemkab Banyumas menggelar parade batik. Ratusan orang dari berbagai kelompok turut serta dalam parade batik khas Banyumas ini.

Pun dengan siswa SMP Negeri 5 Purwokerto. Pada Hari Batik Nasional ini, mereka menggelar pemeran desain dan poster bertema cinta batik, selama sepekan sejak Sabtu, 29 September 2018 lalu hingga Sabtu, 6 Oktober 2018.

Di Hari Batik Nasional ini, secara resmi SMP Negeri 5 Purwokerto juga memperkenalkan atau meluncurkan jam pelajaran membatik.

Pengampu seni rupa SMP Negeri 5 Purwokerto, Cipto Pratomo, mengatakan dalam pameran ini, SMP Negeri 5 memajang 21 desain batik khas Banyumasan dan 21 poster bertema cinta batik. Yang dipajang merupakan karya siswa mulai kelas 8 dan 9.

"SMPN 5 Purwokerto dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional 2018, menggelar pameran desain batik, sebanyak 21 karya, dan juga poster dengan tema cinta batik, juga 21 karya," kata Cipto Pratomo, Selasa, 2 September 2018.

Cipto mengemukakan, dari sejumlah motif khas Banyumasan, yang paling populer di tingkat siswa adalah motif jahe dan lumbon. Motif jahe misalnya, gambaran rimpang disukai siswa lantaran memudahkan siswa berkreasi.

Sentuhan-sentuhan kreasi siswa pun lebih leluasa. Adapun batik Banyumasan motif lumbon populer karena bentuknya yang khas dan mudah dikenali.

Sosok Bawor dan Bima Berpadu di Seragam Siswa

Siswa belajar motif dan teknik membatik dari pengrajin batik Limbasari. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Siswa belajar motif dan teknik membatik dari pengrajin batik Limbasari. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Secara filosofi, jahe adalah tanaman yang kaya manfaat. Di dalamnya terkandung zat-zat yang menyehatkan. Jahe juga merupakan obat tradisional yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang.

Adapun lumbon atau lumbu adalah tanaman khas di Banyumas yang bisa dimanfaatkan dari batang hingga daunnya. Batang lumbu dimanfaatkan sebagai sayur yang bergizi tinggi dan dikonsumsi sebagai masakan khas Banyumas.

Adapun daunnya, selain bisa dimasak, juga dimanfaatkan untuk pakan ikan gurami. Sebagaimana diketahui, Banyumas dikenal sebagai sentra gurami dengan benih berkualitas tinggi.

"Semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Dan ini adalah kearifan lokal yang diangkat menjadi karya seni," katanya.

Di momentum Hari Batik Nasional ini, SMPN 5 Purwokerto secara resmi memperkenalkan kelas membatik. Pelajarannya adalah desain dan praktek membatik. Tiap pekan, siswa akan diberi pelajaran selama 3 jam pelajaran, melalui pelajaran seni rupa.

"Untuk momentum tahun ini, SMP Negeri 5 juga meresmikan pelajaran membatik, yakni dari desain batik dan teknik membatik," ujarnya.

Selain memiliki kelas membatik, SMP Negeri 5 Purwokerto juga sudah memiliki seragam batik yang merupakan karya siswa. Dalam batik ini, tergambar sosok Bawor dan Bima. Bawor adalah tokoh pewayangan khas Banyumasan yang mewakili sikap “cablaka” atau sifat berterus terang warga Banyumas.

Adapun Bima, mewakili sosok yang jujur, taat kepada guru, dan berdaya juang tinggi. Diharapkan sosok yang berada di batik seragam ini akan menginspirasi siswa agar memiliki sikap yang sama seperti Bawor dan Bima.

Dia menambahkan, membatik mesti diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini. Dengan begitu, siswa akan mengenal seni batik, sekaligus makna filosofi yang terkandung di dalamnya.

"Tujuannya memperkenalkan batik agar siswa lebih mengenal khazanah seni rupa dari daerahnya," jelasnya.

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya