Saat Liuk 1.200 Penari Gandrung Hipnotis Warga di Banyuwangi

Gerak rampak 1.200 penari Gandrung berkostum merah menyala dengan latar belakang Selat Bali mampu menghipnotis ribuan wisatawan yang hadir.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 21 Okt 2018, 18:01 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2018, 18:01 WIB
1.000 Patung Penari Ikut Mewarnai Festival Gandrung Sewu 2018
Festival Gandrung Sewu 2018 akan dilaksanakan 20 Oktober mendatang akan diwarnai dengan kehadiran ribuan patung penari.

Liputan6.com, Banyuwangi - Festival Gandrung Sewu di Kabupaten Banyuwangi yang digelar untuk kedelapan kalinya, Sabtu (20/10/2018), kembali memukau ribuan wisatawan yang memadati bibir Pantai Boom.

Gerak rampak 1.200 penari Gandrung berkostum merah menyala dengan latar belakang Selat Bali mampu menghipnotis ribuan wisatawan yang hadir.

"Saya salut dengan Banyuwangi. Lagi-lagi Banyuwangi menunjukkan kelasnya sebagai destinasi dengan kreativitas luar biasa," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka acara.

Selain Arief Yahya, atraksi wisata budaya itu dihadiri Wakil Gubernur BI Saifullah Yusuf, Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi, Guru Besar UI Prof Rhenald Kasali, dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Tahun ini, tema yang diusung Festival Gandrung Sewu adalah “Layar Kumendung”, sebuah kisah kepahlawanan dari Bupati Banyuwangi pertama, Raden Mas Alit.

Raden Mas Alit adalah sosok yang diangkat menjadi bupati kala berusia 18 tahun. Saat itu Raden Mas Alit harus mengambil sikap di antara dua pilihan sulit, yaitu terdesak mengikuti perintah penjajah yang menindas atau melakukan perlawanan bersama rakyat yang semakin tak berdaya pascaperang penghabisan.

Di tengah konflik batin itulah, tari Gandrung digambarkan sebagai media konsolidasi kekuatan rakyat Banyuwangi.

Tak hanya berkamuflase dengan memanfaatkan pertunjukkan seni, tetapi juga menjadi sarana menghibur dan memperkuat batin rakyat yang terkungkung penjajah. Semua fragmen cerita disajikan dengan koreografi yang memukau. Warga Banyuwangi dan pengunjung lainnya pun tak henti-henti memuji.

Tradisi Rakyat

Atraksi Kolosal Seribu Penari Gandrung di Banyuwangi
Festival Gandrung Sewu kembali digelar di Banyuwangi dengan atraksi kolosal seribu penari gandrung yang mencuri perhatian. (Liputan6.com /Dian Kurniawan)

Menteri Arief mengatakan, Gandrung Sewu memenuhi tiga nilai sebuah pertunjukan yang baik, yaitu cultural atau creative velue, communication value, hingga commercial value.

"Nilai kultur dan kreativitasnya sangat terasa. Tingkat komunikasinya tinggi.m, terbukti selalu viral di media sosial. Dan yang terakhir, dari sisi komersil tidak perlu diperdebatkan lagi. Pesawat penuh, penginapan penuh, kuliner ramai. Rakyat Banyuwangi yang menikmati," terangnya.

Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berharap, festival seni-budaya terus menjadi bagian dari pengembangan daerah.

"Jawa Timur adalah daerah kaya seni-budaya, dan Banyuwangi telah terbukti mampu mengolahnya untuk memajukan daerah serta memberi manfaat ekonomi untuk warga," ujar Gus Ipul.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof Renald Kasali mengatakan, atraksi wisata budaya itu telah mengerek pemasaran daerah. "Banyuwangi berhasil mengubah dirinya dengan inovasi berkelanjutan," ujarnya.

Bupati Azwar Anas menambahkan, Festival Gandrung Sewu adalah bagian dari konsolidasi kebudayaan dengan kemasan pariwisata.

"Penonton dapat menyaksikan unsur pendidikan tentang cinta bangsa yang begitu kuat. Jadi tidak semata-mata atraksi wisata," ungkapnya.

"Festival ini juga menjadi sarana regenerasi pelaku seni-budaya berbasis tradisi rakyat. Peminatnya tiap tahun ribuan anak muda. Insya Allah Banyuwangi tidak akan kekurangan generasi pencinta seni-budaya, sekaligus ini ikhtiar memajukan kebudayaan daerah sebagai pilar kebudayaan nasional," imbuh Anas.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya