Mayday, Buruh di Bandung Akan Turun ke Jalan Tanpa Joget-Joget

Ratusan buruh bersama aliansi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Kapitalis (Gerak) menyatakan siap melakukan aksi turun ke jalan pada peringatan Hari Buruh Internasional, 1 Mei mendatang.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 30 Apr 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2019, 16:00 WIB
Jumpa pers hari buruh
Perwakilan buruh dan aliansi masyarakat dari Gerak menggelar jumpa pers di Kaka Cafe, Kota Bandung, Senin (29/4/2019). Ratusan buruh menyatakan siap kembali turun ke jalan peringati May Day. (Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung Ratusan buruh bersama aliansi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Kapitalis (Gerak) menyatakan siap melakukan aksi turun ke jalan pada peringatan Hari Buruh Internasional, 1 Mei mendatang. Dalam memperingati hari buruh, mereka bersepakat tidak akan menggelar aksi joget.

Perwakilan buruh dari Konfederasi Serikat Nasional (KSN) Supinah mengatakan, dalam menyampaikan tuntutan terkait permasalahan buruh, aksi turun ke jalan akan dipusatkan di depan Gedung Sate Bandung. Supinah menjelaskan, aksi tersebut diperkirakan bakal diikuti sebanyak 500 orang lebih.

"Setiap tahun pemerintah terus berusaha menggiring dan mengembosi perjuangan buruh. Oleh karena itu, untuk peringatan Hari Buruh nanti, kita dari KSN bersama organisasi buruh lain tetap turun ke jalan untuk menyampaikan tuntutan kita," ujar Supinah dalam jumpa pers di Bandung, Senin, 29 April 2019.

Dia menyebut, kaum buruh di seluruh dunia memperingati Hari Buruh Internasional sebagai momentum peringatan atas perlawanan para pejuang buruh pada masa lampau.

"Tahun ini kita mengangkat tema Kita Semua Buruh. Sebab sektor buruh tidak hanya pekerja pabrik dan masih banyak yang tidak menganggap dirinya buruh padahal menurut UU Ketengakerjaan No. 13 2003 bahwa siapa pun yang menjual jasa dan pikiran dan menerima upah adalah buruh," paparnya.

Peringatan Hari Buruh tahun ini berdekatan dengan momen pemilu yang proses pemungutan suaranya baru saja usai. Akan tetapi, menurutnya, pemilu yang hadir dari tahun ke tahun belum mengubah nasib kelas buruh menjadi lebih baik.

"Kaum buruh akan tetap diisap tenaganya, dan dibayar murah hanya sekadar untuk mereproduksi tenaganya untuk kembali ke tempat kerja dan kembali diisap tenaganya. Kaum buruh akan tetap menjadi kelas yang paling keras menanggung beban penindasan. Karena itu kita lawan," ujarnya.

Dalam peringatan Hari Buruh, pihaknya juga menolak acara mereka diisi dengan kegiatan hura-hura, joget-joget, dan iming-iming pembagian hadiah. "Hari Buruh diperingati untuk menyuarakan perjuangan hak-hak buruh," tegasnya.

Sementara itu, perwakilan Gerak, Toya menyatakan, buruh perempuan juga akan turut menyuarakannya dalam peringatan Hari Buruh Internasional.

Toya yang berasal dari kolektif feminis Angin Malam mengungkapkan, buruh perempuan begitu rentan mengalami pelecehan seksual di ruang kerja. Selain itu, kata dia, tidak dipenuhinya hak-hak maternitas dan juga diskriminasi upah masih terjadi pada buruh perempuan.

"Kita akan turun ke jalan dalam Hari Buruh Internasional untuk menyampaikan tuntutan buruh perempuan," kata Toya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya