Memburu Jejak Manusia Purba di Taniwel

Penelitian dilakukan selama 14 hari dengan survei di goa purba dan lingkungan purba pada ketinggian 75 hingga 100 meter permukaan laut, sambil menunggu proses eksevasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2019, 03:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2019, 03:00 WIB
Ilustrasi manusia purba
Ilustrasi manusia purba (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Ambon - Center Of Exelencess Of Australian Biodiversity and Haritages (CABAH) bersama University Of Wollinggong Australia, Pusat penelitian arkeologi nasional dan Balai Arkeologi Maluku akan meneliti hunian dan lingkungan manusia purba di Taniwel kabupaten Seram Bagian Barat.

Peneliti Balai Arkeologi Maluku Lukas Wattimena mengatakan, penelitian dilakukan April 2018 untuk melihat hunian dan lingkungan manusia purba di desa Niwilehu Taniwel.

Hasil survei yang dilakukan tim Australia, Pusat penelitian arkeologi nasional dan Balai Arkeologi Maluku di desa Niwelehu Taniwel ditemukan hunian goa. Dan direncanakan dalam tahun ini akan dilakukan eksavasi atau penggalian di tempat yang mengandung benda purbakala.

"Proses eksavasi dilakukan tergantung tim yang akan datang sesuai rencana bulan September hingga November 2019," tambahnya, Ambon, Rabu (12/6/2019), dilansir Antara.

Ia menyebutkan, survei dilakukan di sejumlah kampung yakni Paa, Niwilehu, Taniwel, Sawai, dan Manusela level bawah, karena butuh ijin masuk.

Penelitian dilakukan selama 14 hari dengan survei di goa purba dan lingkungan manusia purba pada ketinggian 75 hingga 100 meter permukaan laut, sambil menunggu proses eksavasi.

"Kita sudah jalan kumpul sampel di masyarakat, karena hasil penelitian terjadi penurunan level air laut sekitar 100 meter sehingga masyarakat migrasi ke lokasi lain," ujarnya.

Temuan Selanjutnya

Great Plague (0)
Gigi-gigi dicopot dan dikirim untuk analisis DNA purba di Lembaga Max Planck untuk Sejarah llmu Manusia di Jena, Jerman. (Sumber Crossrail)

Tim lanjutnya, menemukan Kima (Tridacna) yakni genus kerang-kerangan berukuran besar penghuni perairan laut yang sudah mengeras.

Tridacna yang di gunung pernah berada di laut terjadi karena proses pulau terangkat sehingga ada di gunung, ini yang diteliti.

"Tridacna yang sudah mengeras tersebut dicari tahu usianya, karena semakin keras maka usianya semakin tua," katanya.

Menurutnya, penelitian kerjasama dengan sejumlah negara seperti Australian dan Amerika telah dimulai dari 2015 hingga saat ini.

Tahun 2015 dimulai dengan Australia dan UGM yang menemukan gambar cadas pra sejarah di pulau Kisar Maluku Barat Daya.

Tahun 2017 juga ditemukan gambar cadas di pulau Babar dan Wetang Maluku Barat Daya.

"Prosesnya kita hanya mendampingi karena sesuai wilayah kerja, tetapi secara teknis dilakukan pusat arkeologi nasional," tambah Lukas.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya