Cerita Pedagang Minang Diselamatkan Warga Masuk Gereja Saat Kerusuhan Wamena

Ia menyebut seperti disandera, lantaran dilepaskan setelah demonstran membarternya dengan lima orang mahasiswa yang ditangkap aparat keamanan Wamena.

oleh Dewi Divianta diperbarui 05 Okt 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2019, 00:00 WIB
Cerita Pedagang Minang Diselamatkan Pelanggan Saat Kerusuhan Wamena
Pedagang Minang itu menceritakan peristiwa mencekam yang hampir saja merenggut nyawanya saat kerusuhan di Wamena. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar - Situasi di Wamena, Papua benar-benar kacau. Bangunan dan kendaraan habis dibakar. Ribuan pendatang eksodus imbas peristiwa kerusuhan selama beberapa hari itu. Salah satu warga yang terjebak dalam situasi itu adalah Irmandani Saputra.

Ia menceritakan peristiwa mencekam yang hampir saja merenggut nyawanya. Saat transit di Bandara Ngurah Rai, pria yang karib disapa Irman itu berkisah, toko tempat usahanya dibumihanguskan saat kerusuhan di Wamena itu.

Awalnya, aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan itu terjadi di pusat kota. Namun, lantaran pusat kota dijaga ketat aparat keamanan, demonstran yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum itu bergeser ke pinggiran kota.

Petaka bagi Irman, sebab lokasi tempat usahanya berada di pinggiran kota Wamena yang menjadi konsentrasi kerusuhan massa.

"Semua habis terbakar. Kebakaran itu baru pulang dari kota mengarah ke tepi perkotaan. Jadi, karena kota terlalu ketat, aparat banyak, mereka pergi ke pinggir kota. Kami di pinggir kota. Di pinggir kota habis terbakar," katanya ditemui di Bandara Ngurah Rai, Kamis (3/10/2019).

Setelah kerusuhan pecah, Irman dan ratusan warga pendatang lari untuk menyelamatkan diri. "Ada suatu tanah dipagari, kami ke sana. Tapi ternyata mereka masuk dan bakar juga lokasi itu. Terpaksa kami panjat pagar untuk menyelamatkan diri," tuturnya.

Ratusan orang itu seperti kalap. Mereka membakar apa saja yang ditemui. Pelarian Irman buntu. Ia bersama ratusan orang lainnya terjebak dalam kerumunan massa yang mengamuk. Ia menyebut seperti disandera, lantaran dilepaskan setelah demonstran membarternya dengan lima orang mahasiswa yang ditangkap aparat keamanan.

"Jadi kami disandera. Kami dilepaskan setelah aparat kepolisian melepaskan lima orang mahasiswa sesuai permintaan mereka," ucapnya.

Usai dilepaskan, Irman dan ratusan orang lainnya diselamatkan warga sekitar ke dalam gereja. "Kami diselamatkan oleh warga sekitar yang sering bergaul dengan kami dan belanja di warung kami. Kami dimasukkan ke dalam gereja sebelum akhirnya kami bisa selamat hingga ke Kodim," kenangnya.

Irman bersama 19 orang saudaranya beruntung selamat. Kini ia telah melanjutkan perjalanan menuju Halim Perdanakusuma dari Bandara Ngurah Rai, untuk selanjutnya pulang ke kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat.

64 Pengungsi dari Wamena Tiba di Bali

Pengungsi dari Wamena
Pengungsi Wamena tiba di Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Sebanyak 64 orang pengungsi imbas kerusuhan Wamena, Papua tiba di Bali. Mereka tiba di Bandara Kamis 3 Oktober 2019 sekitar pukul 11.37 WITA. Dari puluhan warga pendatang yang memilih eksodus tersebut 16 orang di antaranya adalah anak-anak.

"Ture pesawat ini dari Wamena, Timika, Ambon dan transit di Makassar untuk menurunkan sebagian penumpang di sana. Selanjutnya dari Makassar terbang ke Bali untuk transit," kata Kapentak Lanud Ngurah Rai, Kapten Sus Kusdani, Kamis (3/10/2019).

Dari 64 yang tiba di Bandara Ngurah Rai, lima orang di antaranya turun di Bali untuk melanjutkan perjalanan menuju Situbondo dan Lumajang, Jawa Timur. "Selebihnya akan kembali diterbangkan menuju Halim Perdanakusuma. Nanti dari Halim diterbangkan kembali sesuai tujuan masing-masing," tuturnya.

Dari total pengungsi, mayoritas berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera Barat. "Kebanyakan dari Semarang dan Padang. Kondisi mereka sehat dan baik. Kami menyiapkan segala kebutuhan mereka selama transit di Bali," tuturnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya