Pagi Keren dengan Menjaga Bukit Keramat Latorang Soppeng

Meski diwarnai dengan cerita mistis, Bukit Latorang yang terletak di Desa Patampanua, Kecamatan Marioriawa mampu manjakan mata pengunjungnya dengan panorama alam yang dimilikinya

oleh Eka Hakim diperbarui 02 Nov 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2019, 06:00 WIB
Eksotika alam Bukit Latorang di Kabupaten Soppeng, Sulsel yang diselimuti cerita mistis (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Eksotika alam Bukit Latorang di Kabupaten Soppeng, Sulsel yang diselimuti cerita mistis (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Liputan6.com, Soppeng - Hampir sama dengan daerah pegunungan lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Kabupaten Soppeng juga memiliki banyak destinasi wisata yang patut dikunjungi.

Selain pesona air terjun dan keunikan kolam air panas alaminya, di Kabupaten yang terkenal dengan nama kota kalong (kelelawar) itu, ternyata juga memiliki objek wisata yang tepat bagi mereka yang gemar dengan dunia pendakian.

"Iya. Di Soppeng ada namanya Bukit Larotang yang letaknya tepat di Desa Patampanua, Kecamatan Marioriawa. Asyik bersama keluarga berkemah di puncaknya," kata Sulaiman (35) pemuda asal Kabupaten Soppeng yang berdomisili di Jalan Adipura, Makassar, Jumat 1 November 2019.

Ia mengatakan, keindahan alam yang ada di puncak Bukit Latorang dijamin dapat memanjakan mata bagi pengunjungnya. Apalagi, kata Sulaiman, di waktu jelang matahari terbit.

"Saya sudah dua kali ke sana. Dan rasanya ingin kembali lagi bersama teman-teman berkunjung sambil bermalam dengan membangun kemah di atas puncak Bukit Keramat Latorang tersebut. Pemandangannya sangat indah," ungkap Sulaiman.

Ia menyarankan bagi mereka yang ingin ke puncak Bukit Latorang, sebaiknya jangan di waktu musim hujan. Selain jalur pendakian yang licin, juga kerap bermunculan hewan lintah yang menempel di dedaunan.

"Bagi yang baru mencoba ke sana, sebaiknya ditemani oleh yang sudah tahu jalur alias sudah berpengalaman. Agar perjalanan hingga puncak bukit keramat di Soppeng itu lancar tanpa kendala sedikit pun," jelas Sulaiman.

 

Kisah Keramat Bukit Latorang

Menikmati sunrise dari puncak Bukit Latorang, Kabupaten Soppeng (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Menikmati sunrise dari puncak Bukit Latorang, Kabupaten Soppeng (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Dibalik keindahan alam yang dimilikinya, Bukit Latorang ternyata juga menyimpan cerita mistis. Meski cerita tersebut tak sepenuhnya dapat diyakini.

Warga sekitar bukit misalnya, menyebut Bukit Latorang dengan sebutan Bulu Assokkoreng. Hal itu dikaitkan dari bentuk Bukit Latorang yang jika dilihat dari kejauhan, puncak bukitnya tampak menyerupai beras ketan hitam yang akrab disebut masyarakat dengan nama Sokko.

Sokko bagi masyarakat Bugis pada umumnya dikategorikan sebagai salah satu makanan sakral yang wajib ada di setiap hajatan adat. Termasuk masyarakat Bugis Soppeng yang juga masih melestarikan kesakralan makanan yang bernama Sokko itu.

"Selama berada dalam kawasan pendakian ke puncak Bukit Latorang, kita disarankan jangan membuang sampah sembarang dan menegur hal-hal aneh yang dijumpai selama perjalanan," terang Sulaiman.

Warga setempat, lanjut dia, hingga saat ini masih meyakini Bukit Latorang merupakan tempat yang dikeramatkan. Sehingga tak seorang pun warga setempat yang mencoba melanggar pantangan atau larangan yang sejak dahulu ada ketika memasuki kawasan Bukit Latorang itu.

"Hutan alamnya sangat terpelihara karena masyarakat setempat memang sejak awal menjaga kelestariannya. Bagi mereka yang berkunjung diminta jaga tata krama dan tidak sombong selama perjalanan ke puncak bukit," Sulaiman menandaskan.

Namun, terlepas dari cerita kekeramatannya, Bukit Latorang yang ketinggiannya mencapai 521 Mdpl itu, tentunya memberikan pengalaman pendakian yang cukup luar biasa.

"Dari puncak bukitnya kita juga dapat melihat langsung keindahan Danau Tempe yang merupakan objek wisata Kabupaten tetangga yakni Kabupaten Wajo," Sulaiman menandaskan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya