Liputan6.com, Bandung Kehidupan modern saat ini hampir tidak bisa dilepaskan dari dunia maya. Tak terkecuali generasi muda. Namun dunia maya acap kali digunakan untuk menyebar pesan kebencian, ajakan intoleransi, dan tindakan radikal.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Ketua Yayasan Welas Asih Indonesia, Ali Bin Zeid, fenomena kemajuan zaman dan teknologi mulai mengikis nilai-nilai welas asih yang sebetulnya sudah ada secara turun temurun.
Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak generasi muda yang kurang peduli dengan nilai-nilai welas asih ini. Tak hanya di Jawa Barat, fenomena ini terjadi secara umum di Indonesia.
"Hari ini, yang menjadi tantangan keberagaman di Indonesia atau Jawa Barat pada umumnya adalah bagaimana anak-anak muda rentan terpapar konten-konten yang sedang mendominasi dunia maya saat ini," kata Ali dalam sesi jumpa pers acara Festival Jawa Barat Welas Asih 2019 di kantor Kesbangpol Jabar, Rabu (18/12/2019).
Menurutnya, ada beberapa kalangan muda saat ini yang mengirimkan pesan bernada kebencian terhadap kelompok tertentu di media sosial. Hal itu dikhawatirkan akan mengurangi rasa toleransi.
"Tidak bisa kita pungkiri bahwa ada satu dua orang oknum yang terang-terangan menyatakan keberatan pada kehadiran kelompok tertentu secara agama atau etnis. Itu yang kita khawatirkan akan memengaruhi anak-anak muda kita," ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) membuat gagasan secara konkret melalui Festival Jawa Barat Welas Asih. Acara ini akan diselenggarakan di GOR Saparua, Jalan Banda, Kota Bandung pada Kamis, 19 Desember 2019.
Sejumlah konten kreator yang kerap menyampaikan pesan-pesan positif kerukunan akan mengisi salah satu sesi dari acara ini. Yakni Husen Jafar Hadar dan Martin Anugerah.
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga dipastikan akan menghadiri acara ini. Selain itu, ada beberapa acara diskusi yang disiapkan panitia dengan berbagai narasumber kompeten. Salah satunya penyintas ekstremisme kekerasan Syarafina Nailah.
Dalam bentuk kegiatan lainnya, panitia acara juga sudah menyiapkan lomba menggambar dan mewarnai untuk tingkat TK dan SD, lomba membaca puisi audio tingkat SMA/SMK, musik akustik, booth berbagai komunitas serta bazaar.
Ali menyebutkan, Festival Welas Asih melibatkan sekurangnya 60 relawan dari berbagai golongan, agama dan etnis yang ada di Indonesia. Hal itu penting karena berbagai suku dan golongan masyarakat Indonesia terdapat di Jabar.
"Harapan yang ingin kita capai dari acara ini adalah bagaimana pesan perdamaian yang disampaikan narasumber dengan berbagai latar belakang beragam akan menjadikan pelajaran yang baik. Kita ingin melawan stigma Jawa Barat intoleran," ujar Ali.
Sebelum festival digelar, Ali mengatakan pihaknya sudah menggelar pelatihan di tiga kabupaten yaitu Purwakarta, Sumedang dan Bandung. Sebanyak 30 orang yang terdiri dari 12 pelajar, ibu-ibu PKK, Karang Taruna, mengikuti program Compassionate Village.
"Sekarang mereka menjadi duta welas asih. Kita harapkan mereka menjadi agen perubahan dan mengimplementasikan materi yang kita berikan tentang nilai-nilai welas asih seperti kepedulian dan rasa saling mengasihi antar sesama," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Bakesbangpol Jabar, Herri Hudaya mengatakan, dengan adanya acara ini bisa menciptakan keharmonisan masyarakat Jabar. Selain itu ia berharap masyarakat Jabar bisa menjadi masyarakat yang toleran dan mencintai sesama.
"Dengan adanya welas asih ini masyarakat bisa lebih membumi. Melalui program ini diharapkan bisa memberikan nilai lebih bagi masyarakat Jawa Barat terutama nilai-nilai pancasila dalam menjaga negara ini," kata Herri.
Simak video pilihan di bawah ini: