Secangkir Kopi Hangatkan Pagi Dieng pada Penghujung Tahun

Dieng dikaruniai banyaknya area penghasil kopi. Untuk kopi Arabika, Banjarnegara memiliki Kalibening, Senggani, dan Balun.

oleh Fadjriah NurdiarsihMuhamad Ridlo diperbarui 28 Des 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2019, 06:00 WIB
Kompleks candi Arjuna, Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Kompleks candi Arjuna, Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Libur Natal disambung tahun baru 2020 membawa berkah untuk pengelola wisata di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Pagi yang menggigil akan menyambut wisatan di tanah para dewa.

Memang, Desember bukanlah waktu keluarnya embun es Dieng. Namun, tetap saja, dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, hawa dingin bak negara empat musim menyergap para pengunjung.

Sensasinya sungguh luar biasa. Terlebih, masyarakat Indonesia terbiasa tinggal di daerah hangat. Dieng akan menyajikan sensasi pagi yang begitu berbeda.

Menjelajah alam dan destinasi wisata Dieng di pagi hari menjanjikan sensasi berbeda. Suhu dingin berbalut kabut bakal menemani pengunjung. Embun yang masih menggelantung di kanopi memendarkan cahaya tatkala matahari pagi terbangun di ufuk timur.

Pengelola wisata Dieng pun paham dengan kebiasaan masyarakat Indonesia. Kopi panas dan cemilan khas Dieng akan menemani pagi para wisatawan usai menjelajah.

Dan memang, cemilan makanan khas Dieng adalah layanan standar para pengelola penginapan alias homestay. Misalnya, kentang Dieng. Kentang bongsor berwarna kuning cerah itu disajikan dengan cara digoreng, rebus atau bakar.

Kentang Dieng hangat dipadu dengan secangkir kopi panas akan mengembalikan stamina wisatawan yang tergerus usai jelajah pagi hari.

Simak video pilihan berikut ini:

 

Ragam Kopi Dieng

Kentang Dieng bertekstur lembut, warna yang lebih kuning cerah dan rasa yang legit. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kentang Dieng bertekstur lembut, warna yang lebih kuning cerah dan rasa yang legit. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Ya standarnya, ada sarapan, ada makanan khas Dieng juga. Kopi, teh dan sebagainya,” ucap Ketua Paguyuban Pengelola Homestay Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Fortunda Dyah Setyowati, Rabu, 25 Desember 2019.

Dieng dikaruniai banyaknya area penghasil kopi. Untuk Kopi Arabika, Banjarnegara memiliki Kalibening, Senggani, Balun. Kopi Robusta dipasok dari Pesangkalan, Karangkobar, Punggelan, dan lain sebagainya.

Kualitas kopi-kopi ini sudah diakui. Kopi Arabika Kalibening, misalnya. Kopi ini menjadi yang terbaik di Festival Kopi Nusantara 2017. Kopi Arabika Kalibening memiliki karakter unik. Fragrance, flavor, body, acidity, hingga aftertaste kopi ini kerap dipuji.

Ragam kopi Dieng juga ditopang oleh kopi-kopi unggulan asal Wonosobo. Ada enam jenis kopi asal Wonosobo yang memikat. Sebut saja Kopi Arabika Slukatan, Mlandi, Tambi, Bowongso, Sontonayan, dan Butuh.

Zonasi tumbuhnya tersebar di wilayah Kalikajar, Sepuran, Wonosobo, Kertek, Watumalang, Kejajar, dan Garung. Dengan total luas 625,5 hektare. Produksinya 230 ton per panen.

Ada pula carica. Buah sejenis pepaya yang sering dibuat minuman segar. Carica hanya bisa tumbuh di wilayah bersuhu dingin. Konon, buah ini berasal dari Dataran Tinggi Andes, Amerika Selatan.

Lainnya, tentu saja ada purwaceng. Tumbuhan khas Dieng yang diyakini menambah stamina. Lagi-lagi, purwaceng juga hanya tumbuh baik di daerah yang bersuhu ekstra dingin, di bukit-bukit tinggi Dieng.

 

Okupansi Homestay Dieng

Pengunjung penginapan Dieng menikmati sarapan. (Foto: Liputan6.com/Fortuna Dyah untuk Muhamad Ridlo)
Pengunjung penginapan Dieng menikmati sarapan. (Foto: Liputan6.com/Fortuna Dyah untuk Muhamad Ridlo)

Dyah mengemukakan, pada liburan Natal dan tahun baru 2020 ini, terjadi peningkatan okupansi atau tingkat hunian penginapan sebesar 50 persen.

Pada liburan panjang ini, pengelola penginapan menaikkan tarif kamarnya kisaran 25 persen. Harga kamar yang biasanya Rp200 ribu naik menjadi Rp250 ribu, Rp300 ribu naik menjadi Rp375 ribu, dan seterusnya.

“Ya tapi tidak semua penginapan menaikkan harga, tapi kebanyakan ya karena libur ada kenaikan, rata-rata 25 persen,” ucapnya.

Dia memperkirakan, tingkat hunian penginapan di Dieng akan semakin tinggi menjelang tahun baru. Sebab, banyak wisatawan yang hendak merayakan malam pergantian tahun di Dieng.

Beberapa hari sebelumnya, mereka sudah memesan kamar dan tinggal beberapa hari di Dieng. Mereka hendak menghabiskan akhir tahun di salah satu permukiman tertinggi di dunia ini. Pada masa liburan akhir tahun ini, kebanyakan wisatawan berasal dari dalam negeri. Namun, ada pula wisatawan mancanegara, meski jumlahnya terbatas.

Pekan ini, homestay yang dikelolanya kedatangan tamu dari Malaysia dan Singapura. Biasanya, kata dia, wisatawan mancanegara datang ke Dieng pada Maret dan April.

“Desember kebanyakan lokal. Kalau luar negeri itu sekitar Maret-April, begitu,” dia menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya