Aceh Bersiap Tangkal Covid-19

Dinkes Aceh mengimbau masyarakat agar tidak panik usai dua WNI di Depok dinyatakan positif virus corona.

oleh Rino Abonita diperbarui 05 Mar 2020, 00:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2020, 00:00 WIB
Thermal Scanner di Bandara SIM (Ist)
Thermal Scanner di Bandara SIM (Ist)

Liputan6.com, Aceh - Dinas Kesehatan Aceh via Kasi Penyakit Menular, dr. Irman, mengimbau masyarakat agar tidak menanggapi kabar dua warga Depok positif terjangkiti virus corona secara berlebihan. Hal itu hanya akan menyebabkan masyarakat terjerat di dalam jaring kepanikan massal.

Kata Irman, permintaan masker di sejumlah kabupaten/kota di Serambi Makkah saat ini mulai tinggi. Seiring itu, beredar pula kabar bahwa sejumlah apotek mulai mengalami kelangkaan masker karena alat penutup mulut dan hidung itu ludes setelah diburu pembeli.

Menurutnya, kendati menggunakan masker bisa menjadi langkah antisipatif, ia tak berarti menjadi alat yang mumpuni untuk mencegah penyakit terlebih jika dipakai dalam waktu lama tanpa diganti (maksimal 4-8 jam pemakaian). Yang paling utama sebenarnya ialah perilaku hidup sehat individu itu sendiri.

"Masker itu untuk orang yang sakit. Orang yang sakit, yang jangan sampai keluar penyakitnya dari dirinya sendiri. Untuk orang yang sehat itu, lebih diutamakan perilaku hidup bersih dan sehat ketimbang memakai masker setiap saat," jawab Irman, ditanyai Liputan6.com via sambungan telepon, Rabu (4/2/2020).

Beberapa contohnya, tidak terlalu sering memegang bagian wajah, seperti mata dan hidung. Itu karena tangan yang digunakan boleh jadi baru saja menyentuh benda-benda yang bisa jadi perantara penyakit, seperti gagang pintu, tiang, dan sebagainya.

Pemerintah Aceh melalui otoritas terkait katanya belum berniat untuk membagi-bagikan masker saat ini. Langkah membagi-bagikan masker dinilai Irman hanya akan memicu kepanikan di tengah masyarakat.

"Pada saat nanti stoknya di Pemerintah Aceh itu habis, maka, itu akan kemudian mengejar-ngejar kembali. Kami, kok, enggak dapat, kami, kok, enggak dapat. Itu, tidak akan bisa kita hadapi nantinya," kata dia.

Berdasarkan data dari otoritas terkait, jumlah korban yang terkonfirmasi terjangkit Covid-19 di sejumlah negara pada pukul 11.50 WIB, Rabu siang, sebanyak 93.158 jiwa. Dari total angka tersebut, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 3.198 jiwa, sementara yang dinyatakan sembuh sebanyak 50.690 jiwa.

"Angkanya itu hanya 3,4 persen yang meninggal, dan kalau kita lihat, yang meninggalnya adalah memang di atas umur 60 tahun, jadi, tingkat kematiannya ini, yang perlu, kita sebenarnya tidak perlu panik," imbuhnya.

Menurut Irman, kasus orang yang meninggal karena terjangkiti virus corona sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kasus seseorang yang berumur di atas 60 tahun terkena influenza. Penyakit yang tergolong ringan seperti itu bisa menjadi pencetus munculnya penyakit lain.

"Seperti penyakit jantung, dan lain-lainnya, maka dia akan meninggal. Jadi meninggalnya itu di rumah sakit bukan karena khusus virus corona atau tapi karena penyakit lain," katanya.

Inilah yang menurut Irman penting diberitahukan kepada masyarakat. Menurutnya, kepanikan masyarakat akan menjadi ladang manfaat bagi oknum-oknum tertentu yang mencari keuntungan pribadi, misal, menimbun lalu menjual masker dengan harga tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Masker Berkualitas

Ilustrasi dengan model (Liputan6.com/Rino Abonita)
Ilustrasi dengan model (Liputan6.com/Rino Abonita)

Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Taqwaddin Husin, sepakat jika penggunaan masker bukan jadi tolok ukur bahwa seseorang itu tercegah dari penyakit sekalipun ia bisa jadi langkah proteksi dini.

"Saya percaya pada pernyataan menkes bahwa tidak perlu pakai masker yg tidak sakit. Saya juga sudah cek hal ini ke teman saya yang sedang di Jerman. Di sana pun para warganya tidak pakai masker," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu siang.

Ia menyarankan agar masyarakat memakai masker yang terbuat dari bahan berkualitas kendati harganya jauh lebih mahal. Menurutnya, itu lebih terjamin daripada mengenakan masker yang lazim dikenakan oleh dokter di rumah sakit, yang banyak dijual di apotek-apotek.

"Jika pun merasa harus pakai masker, pakai saja kain saputangan atau sejenisnya, yang bisa dijahit oleh para penjahit di Aceh," sarannya.


Pastikan Siaga

Penumpang di dekat thermal scanner Bandara SIM (Ist)
Penumpang di dekat thermal scanner Bandara SIM (Ist)

Ombudsman RI Perwakilan Aceh belum lama ini melakukan inspeksi mendadak (sidak) di bandar udara setempat untuk memastikan kesiapsiagaan pihak bandara dalam mencegah masuknya virus tersebut ke Serambi Makkah. Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) dipastikan Taqwaddin telah siap sedia dengan segala langkah antisipatifnya.

"Hasil temuan kami di Bandara SIM, sudah terdapat alat yang dapat mengecek suhu tubuh penumpang. Kalau suhu tubuhnya normal, maka kotak-otak dalam monitor akan berwarna hijau. Jika ada penumpang dengan suhu tinggi, di atas 38 derajat celsius maka kotak orang tersebut akan berwarna merah” terang.

Selain thermal scanner, pihak bandara juga telah menyiapkan bilik isolasi serta ambulans. Semuanya dipastikan dalam kondisi yang siap sedia digunakan kapan saja.

"Saya sudah tanyakan pada Dinkes Aceh mewakili Pemerintah Aceh. Mereka sudah siapkan dua rumah sakit untuk menangani kasus ini jika ada yang perlu dirawat," sebut Taqwaddin.

Kedua rumah sakit tersebut, yakni, RS Zainoel Abidin di Kota Banda Aceh, dan Cut Mutia di Kota Lhokseumawe. Persiapan lainnya yaitu melatih paramedis serta melakukan simulasi.

"Sedangkan untuk sosialisasi dan edukasi masyarakat sudah disiapkan buku saku," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya