Melestarikan Tradisi Manobur Bonih yang Sempat Hilang di Desa Sigapiton Toba

Suara musik gondang khas Batak mulai beradu. Sejak pagi masyarakat berkumpul di pelataran dekat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut).

oleh Reza Efendi diperbarui 08 Mar 2020, 08:02 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2020, 08:02 WIB
Tradisi Manobur Bonih
Para Inang atau kaum ibu tampak memakai kebaya warna-warni mulai berdatangan. Mereka membawa tandok atau kerangjang anyam di atas kepala

Liputan6.com, Toba - Suara musik gondang khas Batak mulai beradu. Masyarakat berkumpul di pelataran dekat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut).

Para Inang atau kaum ibu tampak memakai kebaya warna-warni mulai berdatangan. Mereka membawa tandok atau keranjang anyam di atas kepala. Tandok berisi benih padi. Rangkaian adat Manobur Bonih (Menabur Benih) dimulai.

Acara adat dibuka dengan petuah dari pemimpin adat, Bius Siopat Marga, yang selama ini bermukim di Sigapiton. Di antar lantunan musik khas Batak, kaum Inang berjalan menuju sawah yang letaknya tak jauh dari lokasi acara.

Sebelum menaburkan benih, para Raja Bius memberikan petuah. Intinya, berharap benih yang ditabur bisa tumbuh dan memberikan manfaat bagi warga desa. Demikianlah prosesi adat menabur benih di Desa Sigapiton, Toba.

Kepala Desa Sigapiton, Hisar Butarbutar mengatakan, acara seperti ini hampir tidak pernah dilakukan lagi. Dengan dilaksanakannya kembali, menjadi suatu kebanggaan buat mereka.

"Dengan dukungan berbagai pihak, Manabur Bonih bisa mulai kita lestarikan lagi," kata Hisar, Sabtu (7/3/2020).

Menurut Hisar, acara adat menabur benih menjadi ajang silaturahmi warga kampung. Selain itu, juga kembali melestarikan tradisi leluhur yang sudah lama hilang.

"Hampir 40 tahun tradisi menabur benih ini tidak diadakan, baru ini kembali digelar," ungkapnya.

Acara menabur benih dihadiri sejumlah pejabat pusat, Deputi Kemenko Maritim dan Investasi, Odo Manuhutu, Perwakilan Kementerian Luar Negeri, Agung Kurniadi, Ketua Tim Percepatan Pengembangan 10 Destinasi Prioritas, Hiramsyah S Thaib.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Desa Wisata

Danau Toba
Foto udara yang diambil 4 April 2019 ini menunjukkan Danau Toba dari kawasan Sigapitan, Sumatera Utara. Danau terbesar di Asia Tenggara yang dikelilingi tujuh kabupaten di Sumatera Utara tersebut luasnya hampir dua kali ukuran Negara Singapura. (GOH CHAI HIN / AFP)

Hisar menyebut, saat ini Desa Sigapiton diproyeksikan menjadi desa wisata. Karena letaknya yang strategis, menjadi potensi tersendiri untuk pariwisata.

Sesuai namanya, Desa Sigapiton memang diapit di antara bukit. Sigapiton begitu menarik jika dipandang dari The Kaldera Toba Nomadic Escape, destinasi wisata kembara yang tengah dikembangkan pemerintah.

"Saya harap pemerintah bisa membangun akses jalan lebih baik ke Sigapiton. Potensi wisata kami cukup besar, khususnya bidang agrowisata. Jika aksesnya dibangun, wisatawan akan datang," ungkapnya.

Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) Arie Prasetyo menyatakan  siap membantu masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata.

"Sigapiton harus menjadi pilot project pembangunan desa wisata. Sejumlah menteri sudah datang ke sini dan melihat ada potensi yang besar untuk pariwisata," sebutnya.

Setelah acara menabur benih, rangkaian acara dilanjut dengan pembagian Jambar atau daging kerbau kepada para raja-raja adat dan perwakilan pemerintah.

Pemberian Jambar menjadi bentuk apresiasi warga kepada para pihak yang sudah menyukseskan acara menabur benih. Tarian tortor juga menandai selesainya acara adat menabur benih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya