Bandel Tetap Mudik ke Sragen Saat Pandemi Bakal Dijebloskan ke Rumah Angker

Perantau bandel yang tetap mudik ke Sragen di saat pandemi virus corona (Covid-19) harus menjalani isolasi mandiri di sebuah rumah kosong yang konon berhantu.

diperbarui 21 Apr 2020, 12:15 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 08:50 WIB
Ilustrasi rumah hantu
Ilustrasi rumah hantu (Dok.Pixabay)

Sragen - Perantau bandel yang tetap mudik ke Sragen di saat pandemi virus corona (Covid-19) bakal kena batunya. Mereka akan dipaksa masuk ke rumah hantu untuk menjalani isolasi mandiri. Terbaru, ada 5 orang yang dijebloskan ke rumah angker yang disiapkan kepala desa setempat untuk mengisolasi pemudik bandel. 

Sebelumnya ada dua warga dari Desa Jabung, Kecamatan Plupuh yang menjalani karantina di rumah angker tersebut. Kini, pemudik yang menjalani karantina di rumah angker itu bertambah tiga orang dari Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, Jawa Tengah.

Kepala Desa Sepat, Masaran, Sragen, Mulyono, seperti dikutip Solopos mengatakan, Satgas Lawan Covid-19 Sepat memang menyediakan rumah kosong berhantu sebagai tempat karantina untuk warga yang membandel. "Sekarang tiga orang warga itu masih menghuni rumah kosong itu," ujar Mulyono.

Sebelumnya, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mendapat laporan ada dua orang warga di Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Sragen, yang enggan karantina mandiri di rumah. Mereka lantas dimasukan ke dalam rumah angker tersebut.

"Salah satu desa di Plupuh tadi padi melapor. Ada dua warga di Plupuh yang sepakat dan mau karantina mandiri tetapi di tengah jalan melanggar komitmen itu. Akhirnya, dua warga itu dimasukan ke rumah kosong dan berhantu lalu dikunci dari luar. Kalau mereka itu bisa patuh mestinya tidak sampau dimasukkan ke rumah kosong dan dikunci dari luar," ujarnya.

Yuni, sapaan akrab Bupati Sragen, juga memerintahkan Camat Miri, untuk membersihkan rumah angker di tengah sawah sebagai tempat karantina warga yang menolak karantina mandiri di rumah selama14 hari.

Pemudik Wajib Karantina MandiriDia mengatakan pemudik yang pulang harus datang ke posko Lawan Covid-19 di desa dan mendatangani perjanjian melaksanakan isolasi atau karantina mandiri selama 14 hari. Kalau pemudik di Sragen menolak karantina mandiri, desa bisa mengambil tindakan tegas, salah satunya memasukkan mereka ke rumah angker.

"Bagi pemudik yang tidak bisa ditahan untuk pulang dan harus tetap pulang tidak apa-apa tetapi harus taat aturan. Kalau tidak mau ikut aturan untuk karantina mandiri ya masukin ke rumah kosong berhantu saja. Di Miri ada rumah yang sangat menyeramkan. Saya minta camat untuk membersihkan rumah itu untuk karantina orang-orang yang bandel. Ya, di tengah sawah Desa Jeruk," ujarnya.

Dia mengatakan komitmen karantina mandiri harus disadari semua pihak untuk menekan kasus penularan Covid-19. Di sisi lain, Yuni juga mengingatkan warga Sragen agar wajib memakai masker saat keluar rumah.

Baca juga berita Solopos lainnya di sini.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya