Jurus Rahasia Emak-emak Minangkabau Tetap Bisa Marandang di Masa Sulit

Pandemi virus Corona memukul ekonomi masyarakat, tidak sedikit yang mengharapkan bantuan pemerintah untuk menyambung hidup. Lalu, bagaimana rahasia sejumlah warga Minangkabau ini tetap suka cita menyambut Lebaran dengan marandang?

oleh Novia Harlina diperbarui 24 Mei 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2020, 06:00 WIB
resep rendang dengan susu/cookpad
resep rendang dengan susu/cookpad

Liputan6.com, Padang - Wabah virus corona Covid-19 membuat ekonomi masyarakat terpukul, apalagi menjelang Lebaran saat kebutuhan meningkat berlipat.

Meski ekonomi sedang 'tidak baik-baik saja', aroma rendang tetap semerbak di sebuah kampung bernama Tanjung Jati di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Bahkan sejak H-2 Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, emak-emak di sana sudah sibuk marandang. Marandang atau memasak rendang adalah tradisi masyarakat Minangkabau menyambut Lebaran.

Dalam kondisi pandemi saat ini, emak-emak di kampung tersebut tetap suka cita menyambut hari raya. Pasalnya mereka tak lagi memikirkan uang pembeli daging sapi, yang menjadi bahan utama memasak makanan terlezat di dunia ini.

Kebiasaan ibu-ibu di sana setiap tahun menggelar julo-julo daging. Julo-julo daging sebetulnya merupakan langkah antisipasi terhadap mahalnya harga daging menjelang Lebaran.

"Masyarakat yang ikut julo-julo mengumpulkan sejumlah uang, selama satu tahun penuh untuk menebus beberapa kilogram daging saat Lebaran," kata salah seorang peserta julo-julo daging di Jorong Tanjung Jati, Sofita Yeniris (50) kepada Liputan6.com, Sabtu (23/5/2020).

Konsep julo-julo daging, menurutnya cukup sederhana, yakni setelah Lebaran julo-julo langsung dibuka dengan kesepakatan berapa jumlah uang yang akan dikumpulkan.

Untuk Lebaran kali ini misalnya, Sofita dan peserta julo-julo lainnya hampir satu tahun terakhir mengumpulkan Rp270 ribu per orang, batasnya 15 hari jelang Lebaran.

"Uang julo-julo bisa dicicil per minggu dengan begitu tidak terasa berat," ujar Sofita.

Setelah terkumpul, panitia akan membeli seekor sapi atau kerbau lalu memotongnya pada H-3 Lebaran. Satu ekor sapi itu nantinya dibagi ke peserta julo-julo.

"Dengan uang Rp270 ribu yang dikumpulkan hampir satu tahun itu, kami dapat sekitar tiga kilogram daging untuk rendang, kemudian ada tambahan daging yang bisa dimasak sup," jelasnya.

Menurutnya konsep julo-julo ini cukup meringankan masyarakat, agar tidak membeli daging dengan harga yang naik setiap lebaran.

Pada tahun ini misalnya, harga daging sapi di pasar tradisional mencapai Rp130 ribu per kilogram.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya