Liputan6.com, Gunungkidul - Tri Novi Rahmadani (13) remaja yang tinggal di Padukuhan Prau, Kelurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Gunungkidul itu harus tinggal berdua dengan ibunya lantaran ditinggalkan ayahnya sejak 11 tahun silam.
Keduanya tinggal di rumah berukuran 3x5 meter, hasil program bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH). Hanya ada satu ruangan dan seluruh aktivitas dilakukan di situ.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan untuk buang air pun mereka harus menumpang ke tetangga. Pasalnya hanya ada tempat mandi di rumah itu, dengan pembatas anyaman bambu. Baru-baru ini mereka dibuatkan kamar mandi dan WC, hasil donasi relawan.
Mukiyem, ibu Novi menjelaskan bahwa anaknya masih kelas 2 SMP. Novi harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer untuk berangkat menuju sekolahnya yaitu SMPN 1 Panggang, Gunungkidul, sebelum pandemi.
”Sebagai buruh tani upah saya kecil, itu pun kalau ada yang membutuhkan jasa saya. Dan Novi juga menginginkan sekolah hingga perguruan tinggi,” ungkap Mukiyem.
Terlebih ketika musim kemarau seperti saat ini, kebutuhan Mukiyem juga membengkak lantaran harus membeli air bersih untuk kebutuhan masak, mencuci dan mandi. Daerahnya di Gunungkidul itu adalah wilayah rawan air bersih.
Meskipun dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan dan tidak pernah diberikan uang saku ketika pergi sekolah, namun Novi mampu meraih prestasi yang sangat membanggakan. Dia selalu menempati rangking pertama sejak SD.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Minder Pinjam Ponsel dan Hendak Berhenti Sekolah
Sejak pandemi Covid-19, seluruh pelajar di Gunungkidul terpaksa harus mengikuti aturan Belajar Dari Rumah (BDR). Pembelajaran dan komunikasi dengan guru dilakukan secara daring.
Sayangnya Novi tak memiliki ponsel. Novi hanya bisa meminjam ponsel milik seorang warga di Kalurahan Girimulyo, Panggang.
"Kebetulan yang meminjamkan punya toko aksesoris ponsel atau konter, jadi saya mengerjakan tugas sekolah di situ," tutur Novi.
Beruntungnya, pemilik ponsel tersebut juga mengizinkan Novi menggunakan kuota internet yang ada. Ia mengaku sudah empat bulan ini melakukan hal tersebut.
Novi mengaku sempat minder dengan kondisinya tersebut. Bahkan ia sempat berpikir untuk berhenti sekolah karena tak punya ponsel untuk BDR.
Ia ingin membantu ibunya bekerja, seperti yang dilakuan setiap hari.
"Kalau memang harus berhenti karena tidak mengerjakan tugas, tidak apa-apa. Demi ibu, saya ikhlas," Novi menuturkan.
Advertisement
Kejutan untuk Novi dari Polres Gunungkidul
Kisah Novi terdengar hingga Polres Gunungkidul, yang kemudian memberikan bantuan berupa satu unit ponsel untuk Novi. Kasubbag Humas Polres Gunungkidul Iptu Enny Widhiastuti memberikan ponsel tersebut usai apel, Jumat pagi (14/08/2020).
Enny mengatakan Novi layak mendapat bantuan tersebut. Sebab, menurut informasi dari pihak sekolah, ia selalu meraih ranking 1. Menurutnya, sangat disayangkan jika ia harus berhenti hanya karena tidak memiliki ponsel.
"Novi ini pelajar berprestasi, namun kondisi ekonominya tidak mendukung," kata Enny.
Pemberian ponsel ini sekaligus dalam rangka peringatan HUT RI ke-75 dan HUT Polwan RI ke-72. Enny mengatakan pihaknya juga menggelar Bakti Sosial (Baksos) dengan membagikan 1.000 paket sembako.
Novi pun tak kuasa menahan haru setelah menerima bantuan tersebut. Ia berterima kasih kepada pihak yang sudah membantunya, termasuk pihak sekolah. Para guru selama ini juga memberinya uang sekadar untuk jajan, agar Novi bisa seperti remaja pada umumnya.
"Belum lama ini pihak sekolah juga memberikan meja belajar untuk saya," kata Novi yang bercita-cita jadi polwan.