Liputan6.com, Bandung - Tiga mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan gagasan plastik ramah lingkungan (biodegradable) dari bahan pati singkong untuk membungkus jenazah pasien Covid-19.
Baca Juga
Advertisement
Ketiga mahasiswa yaitu, Adira Rahmawaty, Muhammad Ilfadry Rifasta, dan Salsa Sagitasa, mengungkapkan, pati singkong terbukti sebagai bahan plastik yang paling bagus dan mudah terurai. Hal ini diperoleh berdasarkan tinjauan dari sejumlah literatur dari jurnal penelitian yang telah ada.
Salah seorang mahasiswa, Adira menjelaskan, proses pemulasaran jenazah pasien Covid-19 yang menerapkan protokol kesehatan yang ketat, salah satunya adalah membungkusnya dengan plastik untuk mencegah tidak adanya cairan yang keluar dari jenazah. Sayangnya, kata dia, hal itu menjadi persoalan tersendiri bagi kelestarian lingkungan.
"Pembungkusan jenazah menggunakan plastik menjadi masalah mengingat plastik merupakan komponen yang sulit diurai dalam tanah. Butuh waktu paling cepat 100 tahun agar plastik bisa terurai. Jika kematian Covid-19 terus bertambah, ini berpotensi meningkatkan pencemaran lingkungan," ujar Adira dalam keterangan resmi Unpad, Rabu (14/10/2020).
Ia menerangkan, plastik pati singkong akan terurai dalam waktu 12 hari untuk ukuran satu milimeter. Jika asumsi penggunaan plastik untuk membungkus jenazah adalah sebesar dua meter persegi, waktu yang diperlukan untuk terurai di tanah hanya enam bulan.
Berdasarkan gagasan Adira dan tim, pembuatan plastik pati singkong untuk bungkus jenazah Covid-19 hampir sama dengan pembuatan plastik ramah lingkungan pada umumnya. Pati singkong dicampur dengan sejumlah komposisi kitosan sebagai plasticizer.
"Campuran kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi sehingga menjadi tercampur dan cair. Cairan ini dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam," tutur Adira.
Kemudian, material didinginkan oleh desikator dan dibiarkan sampai terbentuk film plastiknya.
Menurut Adira, Indonesia sendiri sudah ada produk plastik ramah lingkungan berbahan pati singkong dan sudah digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, kata dia, plastik tersebut rata-rata rapuh dan mudah sobek.
"Karena itu, tim menambahkan zat tambahan untuk menutupi kelemahan plastik ramah lingkungan tersebut. Zat tambahan yang digunakan dalam komposisi kitosan antara lain gliserol, sorbitol, aloe vera, dan minyak kayu manis," ujarnya.
Gagasan ilmiah Adira dan tim ini berhasil menyabet juara III pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Online Tingkat Nasional (LKTI OTN) 2020 yang digelar Universitas Brawijaya dari 6 Mei hingga 8 September lalu. Dengan dosen pembimbing Aliya Nur Hasanah, Adira dan tim berhasil meraih juara III pada kategori LKTI Agrokompleks.
Meski masih berupa gagasan ilmiah, Adira berharap dapat dilakukan pengujian lebih jauh di laboratorium.
"Harapan kami tentunya bisa dilakukan penelitian lebih lanjut dan bisa diimplementasikan untuk mengurangi kerusakan lingkungan," katanya.
Wacana terkait penggunaan plastik pada pemulasaran jenazah pasien Covid-19 juga pernah disoroti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).
Manager Kampanye Energi dan Perkotaan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung mengatakan, pemerintah harus mulai memikirkan penggunaan plastik organik untuk membungkus tubuh jenazah pasien Covid-19. Langkah ini penting untuk menyelamatkan bumi dari sampah plastik.
Menurut Sawung, kantong plastik sulit terurai di tanah karena rantai karbonnya yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikroorganisme. Kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian.