Larangan Mudik Lebaran Jadi Pukulan Berat Pengusaha Transportasi Umum

Larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat melalui Menko PMK, Muhajjir Effendi membuat kalangan pengusaha transportasi di daerah kecewa, termasuk pengusaha transportasi di Gunungkidul.

oleh Hendro diperbarui 30 Mar 2021, 04:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2021, 04:00 WIB
Larangan Mudik Pukul Pengusaha Transportasi Gunungkidul
Larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat melalui Menko PMK, Muhajjir Effendi membuat kalangan pengusaha transportasi di daerah kecewa. Sebab, mudik adalah harapan besar dari para pengusaha transportasi menghidupkan kembali usaha mereka yang hampir mati

Liputan6.com, Gunungkidul Larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat melalui Menko PMK, Muhajjir Effendi membuat kalangan pengusaha transportasi di daerah kecewa. Pasalnya, mereka telah melakukan berbagai persiapan menyambut arus mudik setelah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperbolehkan mudik, tetapi dengan pembatasan.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Gunungkidul, Henry Ardyanto mengaku jika kalangan pengusaha transportasi darat sangat kecewa dengan keputusan pemerintah yang melarang mudik pada libur lebaran nanti. Sebab, datangnya musim mudik merupakan harapan besar para pengusaha transportasi menghidupkan kembali usaha mereka yang hampir mati.

Di Gunungkidul, jumlah armada angkutan umum terutama Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kini tinggal 20 persen yang beroperasi. Ketiadaan penumpang membuat para pengusaha otobus memilih mengistirahatkan sebagian armada mereka. 

"Kalau terus beroperasi tentu kami akan merugi semakin besar," terangnya, Minggu (28/3/2021).

Menurut Henry, biaya maintenance seluruh armada memang cukup menguras anggaran yang tidak sedikit. Bahkan, dengan terpaksa mereka mengoplos ataupun kanibal onderdil satu armada untuk armada yang lain agar mereka tetap beroperasi meskipun dalam kondisi sulit.

Untuk itu, dia menilai, larangan mudik dari pemerintah tersebut tentu memudarkan harapan para pengusaha transportasi umum ini. Apalagi, Gunungkidul selama ini dikenal sebagai kantong pemudik di Indonesia. Hampir setiap tahun ratusan ribu warga Gunungkidul pulang dari perantauan di kota lain.

Terkait larangan mudik dari pemerintah, Henry menyebut kebijakan ini bukan hal baru karena juga terjadi saat awal Lebaran tahun lalu. Pemerintah melarang kegiatan mudik bagi warganya, tetapi di satu sisi muncul pernyataan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat pulang kampung.

Pemilik Perusahaan Otobus terbesar di Gunungkidul ini mengaku sebenarnya para pengusaha transportasi angkutan darat sudah merasa bahagia sebelumnya. Karena Menteri Perhubungan sudah mengungkapkan jika masyarakat boleh mudik, tetapi dalam pembatasan.

"Karena ungkapan Menteri Perhubungan tersebut, kami sudah melakukan persiapan," dia menambahkan.

Tentu, pernyataan Budi Karya tersebut seolah menjadi angin segar bagi perusahaan transportasi umum. Hal itu membuat para pengusaha transportasi mulai mempersiapkan diri untuk menyambut arus rombongan pemudik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. 

"Kalau kami dari transportasi ini kan sebenarnya dari Kementerian Perhubungan yang kita pegang, ya statement-nya Menhub, tapi dengan ada statement dari Menko PMK kemudian melarang. Ya ini yang harus kita hadapi sama-sama," dia berujar.

Menurutnya, pemerintah pasti memiliki alasan melarang kembali mudik. Tentunya karena kondisi seperti sekarang yang belum sesuai anjuran WHO.

Simak video pilihan berikut ini:

Pengusaha Pasrah

Bagi mereka para pengusaha, kondisi sekarang ini merupakan ujian untuk mempertahankan eksistensi di dunia transportasi dan tentunya memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, kalau melihat semua proses, pelayanan penumpang saat ini sudah sesuai ketentuan protokol kesehatan.

"Semua SOP layanan transportasi sudah dijalankan dengan baik tetapi tidak ada mudik pasti berdampak sekali terhadap kelangsungan hidup para pengusaha transportasi," dia menjelaskan.

Kendati demikian, para pengusaha transportasi tidak bisa protes secara keras karena memang pandemi Covid-19 masih mengancam.

Organda Gunungkidul berharap agar pemerintah juga memikirkan agar industri transportasi ini tetap hidup. Pasalnya, banyak pihak yang menggantungkan hidupnya pada bisnis ini.

"Yang terlibat di situ banyak orang. Di situ karyawan yang banyak kalau disuruh untuk bertahan sendiri dengan suruh menyelesaikan sendiri urusannya, itu juga sangat berat," dia menambahkan.

Kepala Bidang Angkutan Dan Terminal Dinas Perhubungan Gunungkidul, Ikrar Subarna mengatakan, untuk angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sampai saat ini masih landai belum ada paningkatan. Dengan adanya pelarangan mudik, pihaknya tetap mengantisipasi kenaikan penumpang menjelang lebaran.

"Tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 baik sebelum pengangkutan perjalanan maupun nanti sampai tujuan nanti akan dilaksanakan imbauan pengawasan dalam pelaksanaan mudik," dia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya