Semarang - Kabar duka nan mengagetkan datang dari Pekanbaru, Riau. Ustaz Tengku Zulkarnain meninggal dunia saat azan Magrib atau berbuka puasa, Senin (10/5/2021), di RS Tabrani, Jalan Sudirman, Pekanbaru.
Ustaz Tengku Zulkarnain dirawat di RS tersebut usai terpapar Covid-19. Ia juga komorbid penyakit gula darah alias diabetes.
Meninggalnya Ustaz Tengku Zulkarnain menambah deretan ulama Indonesia yang meninggal dunia akibat Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Solopos.com, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Tengah (Jateng), Musta’in Ahmad, menyebut sudah ada sekitar 300 ulama di Indonesia yang meninggal akibat terpapar virus corona atau Covid-19.
“Itu data dari Kementerian Agama pusat. 300 ulama yang meninggal [akibat Covid-19] itu se-Indonesia. Kalau khusus Jateng, kita belum menghitung secara pasti. Soalnya, kita sendiri tidak dapat data dari Kemenkes,” ujar Musta’in saat dihubungi Solopos.com, Minggu (9/5/2021) malam.
Kepala Kanwil Kemenag Jateng Musta’in pun mengimbau kepada masyarakat, baik dari kalangan ulama maupun umat untuk selalu menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Jaga Prokes
Prokes pencegahan Covid-19 harus diterapkan secara disiplin baik saat menjalankan kegiatan kegamaan maupun aktivitas sehari-hari. Apalagi saat ini di wilayah Jateng tengah dikabarkan muncul klaster penularan Covid-19 dari kegiatan salat tarawih.
“Total sudah ada lima kabupaten yang melaporkan munculnya klaster tarawih. Kelima kabupaten itu yakni Brebes, Sukoharjo, Sragen, Pati, dan terbaru, Purbalingga,” tutur Kepala Kanwil Kemenag Jateng, Musta’in.
Musta’in mengaku sebenarnya kurang setuju jika kasus penularan Covid-19 dari warga yang menjalankan ibadah salat tarawih itu disebut klaster tarawih. Menurutnya belum tentu kasus penularan Covid-19 itu berasal dari kegiatan tarawih.
“Bisa jadi si pasien yang positif itu tertular bukan dari salat tarawih. Apakah yang bersangkutan terpapar virus di masjid kita kan enggak tahu. Bandingkan saja dengan hiruk pikuk yang ada di mal, rumah makan. Kan penerapan prokes [protokol kesehatan] jauh lebih longgar dibanding dengan yang ada di masjid. Masa tempat-tempat itu [mal dan rumah makan] jauh lebih aman dibanding masjid,” tutur Kepala Kanwil Kemenag Jateng Musta’in.
Menurutnya, apakah klaster penularan Covid-19 itu muncul dari masjid atau tidak, masyarakat wajib menjalankan prokes pencegahan Covid-19. “Gunakan masker saat di masjid, terapkan jaga jarak, dan sering cuci tangan. Itu upaya kita mencegah penularan Covid-19,” imbau mantan Kepala Kanwil Kemenag Kota Solo itu.
Dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:
Advertisement