Liputan6.com, Cirebon - Mi yamin merupakan salah satu warisan kuliner nusantara asal Cirebon. Mi tersebut banyak digemari sejumlah masyarakat baik dari dalam maupun luar Cirebon.
Satu mangkok mi olahan berisi bakso, siomai, tahu ikan, pangsit goreng, sayur sawi, daun bawang, bawang goreng, tongcay, dan daun seledri.
"Ada yang pakai gerobak kecil kemudian keliling ada juga yang sudah menetap buka warung," kata Suwandi salah seorang pedagang Mie Yamien Cirebon tertua, Minggu (13/6/2021).
Advertisement
Baca Juga
Suwandi merupakan seorang pedagang mi yamin yang cukup dikenal. Diketahui, dia sudah berjualan mi yamin sejak tahun 60-an di kawasan jalan Pandesan Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan.
Kepada Liputan6.com, Suwandi mengaku sejak kelas 4 SD ikut orangtuanya berjualan Mie Yamien Cirebon. Suwandi kecil berjualan menggunakan gerobak kecil berkeliling Cirebon.
"Usaha keluarga juga, jadi saya ikut bapak yang bantu usaha kakaknya yang nikah sama keluarga peranakan Tionghoa. Sampai akhirnya usaha itu diteruskan ke saya karena anak uwak saya tidak mau neruskan tapi jadi pengusaha sukses di Jakarta," kata Suwandi.
Semula, kata dia, Mie Yamien Cirebon dijual kepada masyarakat pada tahun 50-an. Saat itu, Suwandi kecil ikut sang bapak bernama Sada jualan keliling.
Dia mengatakan, awal dijual, Mie Yamien dijajakan dengan cara dipikul. Pedagang berkeliling hingga ke Palimanan dan Arjawinangun.
"Pagi-pagi berangkat diantar delman turun di Palimanan keliling sampai Arjawinangun. Setelah diteruskan ke saya konsep jualan mie yamin berubah," ujar dia.
Wandi mengaku, seluruh proses produksi mie yamien dibuat manual. Bahkan, mi terbuat dari beras yang ditumbuk halus bernama mi sua.
Setelah ditumbuk halus beras kemudian dirajang hingga jadi mii. Demikian juga bakso dibuat manual.
"Dulu belum ada terigu dan bakso juga belum banyak pakai aci atau bahan lain yang rasanya bikin enak. Komposisi daging yang dipukul-pukul pakai alat terus siomai juga isinya ikan dibungkus sayur kol. Pokoknya semua dibuat manual tanpa mesin," kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini
Warisan Keluarga
Suwandi menekuni usaha tersebut pada tahun 65. Saat itu, Suwandi masih berkeliling menggunakan gerobak kecil.
Pada tahun 80 an, Suwandi kemudian meneruskan usaha warisan keluarganya itu. Suwandi pun perlahan mengubah konsep jualan.
"Tahun 87 an sudah sewa tempat menetap dan pakai gerobak besar sampai sekarang," ujar dia.
Usaha yang dikelola keluarga Suwandi pun mulai berkembang. Hingga akhirnya Suwandi memiliki lima gerobak kecil untuk dijual keliling oleh karyawannya.
Bahkan, tidak sedikit mantan karyawan Suwandi keluar dan mendirikan usaha mie yamien sendiri. Baik yang membuka warung maupun masih menggunakan gerobak kecil.
"Kalau dulu dijual 12 perak sampai naik 15 perak, sehari 35 porsi laku hanya cukup makan sisanya ditabung untuk buka warung," ujar Suwandi.
Pada tahun 90 an sampai sekarang, Suwandi memutuskan tidak keliling dan tidak menggunakan gerobak kecil. Usaha mi yamin yang dikelola Suwandi perlahan mulai dikelola oleh anak-anaknya.
"Sekarang warungan saja cukup dan rata-rata 90 porsi hari biasa. Kalau weekend bisa sampai 200 porsi," kata dia.
Â
Advertisement
Perubahan Rasa
Mie Yamin yang dijual Suwandi Rp20 ribu per porsi. Meski demikian, dia mengaku ada perubahan rasa dari mi yamin yang dijual dulu dan sekarang.
Dahulu rasa mi asin dan tidak terlalu manis karena dibuat dengan tumbukan beras. Mi yamin dulu dimasak menggunakan arang.
"Jadi resep rahasia mi yamin ada di olahan mi-nya kemudian padanannya seperti bakso siomai dan pangsit basah yang dioleh dengan takaran aci atau tepung kanjinya sedikit," kata dia.
Sementara itu, Murni anak bungsu Suwandi mengatakan, cita rasa mi yamin berubah seiring perkembangan zaman. Banyak karyawan yang memilih buka usaha mie yamin sendiri setelah lama bekerja dan belajar kepada pelopor.
Namun demikian, dia memastikan cita rasa mi yamin Suwandi tidak berubah. Saat ini, komposisi pada Mie Yamin Cirebon Suwandi adalah mi, bakso, siomai, tahu ikan, pangsit goreng, sayur sawi, daun bawang, bawang goreng, tongcay, dan daun seledri.
"Sekarang olahannya pakai ebi, ikan dan daging jadi tetap tidak mengubah cita rasa," kata dia.