Misteri Sosok Jayengrana di Situs Plosorejo Diduga Peninggalan Majapahit di Sragen

Situs itu diduga merupakan situs candi di era Majapahit, tepatnya sekitar abad XIV

diperbarui 04 Okt 2021, 03:00 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2021, 03:00 WIB
Situs Pabahan Gunung Padang
Situs Pabahan Gunung Padang, Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Aris Andrianto)

Sragen - Sebuah pohon beringin putih berumur ratusan tahun berdiri berdampingan dengan pohon nagasari di pinggiran Dukuh Bangunsari RT 16, Desa Plosorejo, Kecamatan Gondang, Sragen. Kedua pohon itu dipagari bambu keliling membentuk persegi.

Di bawah pohon terdapat situs kuno berupa tumpukan batu bata berukuran besar. Beberapa batu bata ada semacam relief hiasan membentuk seperti makara candi.

Selain itu, masih ada batu bata berelief yang terpendam di antara akar beringin putih itu. Lokasi itu cukup luas. Di sebelah utara pohon itu ada bangunan rumah kecil terbuat dari tembok dengan pagar besi. Di bangunan itu terdapat sebuah yoni dari batu andesit dengan sisi berukuran sekitar 40 cm. Yoni itu memiliki lubang bundar di bagian atas tetapi ke dalamnya berbentuk segi empat.

Juru kunci situs tersebut, Katiman, 60, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (1/10/2021), menyebut lokasi itu diyakini ditunggui sosok yang bernama Jayengrana. Katiman mengaku pernah ditemui sosok itu tetapi tidak berdialog.

Jayengrana, menurut dia, adalah seorang laki-laki cukup tinggi dengan pakaian serba hitam. Rambutnya digelung ke belakang dan jenggotnya panjang hitam hampir sedada.

“Dulu ada beberapa yoni di lokasi ini tetapi tinggal satu unit. Yang lainnya tidak tahu ke mana. Situs ini tidak ada perhatian dari pemerintah desa tetapi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ada yang pernah melihat ke sini yang katanya didaftar. Ada semacam plakat bertuliskan C30,” ujarnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tradisi

Katiman merupakan generasi keempat juru kunci di lokasi itu. Awalnya juru kunci itu bernama Surodongso. Kemudian diganti Sodikormo, lalu Somito, dan Katiman.

Dia mengatakan dulu ada tradisi Sadranan habis panen atau habis tandur namun sekarang tidak dilakukan lagi. Atas inisiatif sendiri Katiman menggali sumur di sebelah baratnya.

Lokasi sumur sedalam tiga meter itu sekitar 10 meter dari pohon itu. Sumur itu sekarang tak ada airnya. Katiman percaya bila air sumur itu ternyata bisa menyembuhkan gatal-gatal di kulit.

“Dulu pernah ada Mbah Kromo yang tinggal tak jauh dari situs itu. Ia menemukan sebuah cincin emas di dekat pohon dan diberi tanda dan ditunggu semalam. Bila dalam semalam masih ada maka cincin itu diambilnya. Ternyata dalam semalam cincin itu sudah tidak ada,” ujarnya.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sragen Andjarwati Sri Sajekti saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (2/10/2021), mengakui bila tim TACB pernah datang ke situs itu dan meregistrasi situs itu. Dia menduga situs itu merupakan situs candi di era Majapahit, tepatnya sekitar abad XIV.

“Itu situs candi Hindu. Dulu tempat sembahyang. Ya, yoninya tinggal satu. Dulu katanya ada arcanya. Situs itu sudah teregistrasi pada 2020,” katanya.

Pemerhati cagar budaya dari Yayasan Palapa Mendira Harja Cabang Sragen, Lilik Mardiyanto, menyampaikan tokoh Jayengrana itu dulunya merupakan Bupati Ponorogo pada masa Raja Majapahit Brawijaya V.

dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:

 

Dampingi Brawijaya V Saat Dikejar Musuh

Peran Jayengrana ini mendampingi Brawijaya dari kejaran musuh. Dia mengatakan Jayengrana inilah yang menyembunyikan Brawijaya V saat dikejar-kejar pasukan Demak.

“Pada era Mangkubumi, Jayengrana ini mendapat tanah perdikan di sebelah timur Ponorogo dan berganti nama Syech Muhammad Nur. Makamnya di puncak bukit sekitar 20 meter arah timur dari Ponorogo. Lokasinya arah Gunung Wilis sebelum Hutan Kayu Putih,” ujarnya.

Lilik menerangkan adanya pohon nagasari itu merupakan simbol dari Majapahit di era Brawijaya V sedangkan pohon beringin putih itu simbol tokoh dari Prambanan.

Dia menduga situs candi di Plosorejo itu merupakan petilasan Jayengrana atau tempat pertemuan antara tokoh dari Majapahit dengan tokoh dari Pengging (Prambanan).

Seorang pemerhati sejarah Sukowati, Widodo, melihat situs candi itu sebagai situs tua, bahkan lebih tua dari Majapahit. Dia mengatakan sosok Jayengrana itu merupakan sosok yang ada sebelum Majapahit tetapi berkaitan dengan masa Kerajaan Pohan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya