Pakar dari UGM Sebut Flu Burung Tak Menular Antar-Manusia

Flu burung kembali merebak di China. Pakar dari UGM menjelaskan skema penularan varian virus terbaru jenis ini.

oleh Yanuar H diperbarui 09 Nov 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2021, 14:00 WIB
Flu Burung
Virus Flu Burung (Foto: Fox News)

Liputan6.com, Yogyakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM R Wasito berkomentar soal 21 kasus Avian Influenza (AI) atau flu burung pada manusia yang dikeluarkan Otoritas kesehatan China melaporkan dengan kasus 6 orang meninggal dunia.

Menurutnya, potensi varian baru virus flu burung tipe H5N6 menjadi sumber wabah baru layaknya Covid-19 sangat kecil. Pasalnya, virus flu burung ini tidak dapat ditularkan langsung dari unggas ke manusia, tetapi harus melalui hewan perantara. Selain itu, virus ini tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia. 

"Avian Influenza (flu burung) tidak dapat ditularkan langsung dari unggas ke manusia. Harus ada hewan perantara, terutama babi. Virus ini juga tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia," kata Wasito menanggapi maraknya kasus flu burung di China, Jumat 5 November 2021.

Menurut pakar penyakit ini, flu burung tidak memiliki ancaman serius. Namun demikian, tingkat virulensi atau kemampuan suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit virus ini pada hewan unggas berbeda-beda tergantung dengan tingkat variannya. "Virulensi AIV dapat berbeda-beda tergantung antigenisitasnya," katanya.

Sepengetahuan Wasito, virus ini mudah mati saat terkena panas. Untuk menekan tingkat penyebaran flu burung agar tidak terinfeksi ke manusia lewat hewan perantara, yaitu dengan cara menekan jumlah unggas yang tertular atau mengisolasinya. 

Wasito mengaku memang ada kemungkinan besar flu burung bisa menyebabkan kematian pada manusia. Namun, hal itu perlu pemeriksaan dan penelitian lebih lanjut dengan menentukan hasil biotipe baru AI yang terbentuk akibat faktor sifat pergeseran genetik dari virus tersebut.

"Dapat (menyebabkan kematian), ditentukan hasil biotipe baru AI yang terbentuk akibat faktor sifat genetic shift atau genetic reassortment AI," katanya.

Dari penelitian Wasito, flu burung juga dapat menular dari udara, tetapi virus tersebut mati bila terkena panas. Meski flu burung saat ini tidak menjadi wabah baru, menurutnya, pemerintah RI perlu mengadakan alat deteksi flu burung melalui PCR untuk manusia sebagai langkah mitigasi.  

"Pada riset saya, semua kit import," dia menandaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya