Liputan6.com, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani mengatakan, pihaknya tidak meningkatkan status Gunung Semeru ke level selanjutnya. Hal ini didasari aktivitas Gunung Semeru yang tidak terlalu meningkat secara signifikan, meski masih mengeluarkan guguran awan panas.
Baca Juga
Advertisement
Diketahui, status waspada atau level II Gunung Semeru sudah ditetapkan sejak 12 Mei 2012. Menurut Andiani, pihaknya belum perlu meningkatkan status Gunung Semeru, tetapi tidak juga menurunkan status waspada.
"Dan status ini kami rasa belum perlu untuk ditingkatkan. Namun demikian, kami rasa juga belum waktunya untuk diturunkan. Karena kejadian guguran awan panas juga sebelum-sebelumnya sudah terjadi, tapi mungkin (dahulu) luncurannya tak sejauh seperti pada tanggal 4 Desember," katanya dalam jumpa pers daring, Senin (6/12/2021).
Sejak Mei 2012 atau sembilan tahun silam, Andiani mengakui memang kerap terpantau guguran awan panas dari Gunung Semeru, tapi tak sejauh dan sebesar yang terjadi pada 4 Desember 2021.
Adapun pada erupsi Sabtu kemarin, Andiani mengatakan bahwa jarak luncuran awan panas tercatat mencapai 11 kilometer. Namun setelah itu, PVMBG merekam jarak luncuran awan panas Gunung Semeru hanya berkisar 2,5 hingga 4 kilometer.
"Namun demikian, kami tetap mewaspadai. Kami tetap melakukan monitoring dan tetap memberikan hasil-hasil monitoring ini kepada masyarakat," ujarnya.
Ā
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Hujan Tak Sebabkan Erupsi
Sementara itu, terkait hujan yang terjadi di sekitaran Gunung Semeru tidak memicu terjadinya erupsi. Andiani mengatakan, erupsi gunung api terjadi karena pergerakan aliran magma dari perut gunung api menuju permukaan.
"Sebetulnya potensi erupsi itu terjadi karena pergerakan energi di dalam gunung. Ada pergerakan magma, gas, bisa material, sehingga keluarnya magma itu dari dalam bumi yang dipengaruhi kandungan dalam bumi itu sendiri," katanya.
Namun demikian, pihak PVMBG tetap mengimbau adanya potensi banjir lahar dari Gunung Semeru karena curah hujan yang masih tinggi dalam beberapa waktu ke depan.
"Kejadian erupsi gunung berapi itu tidak ada hubungannya dengan curah hujan tapi memengaruhi kejadian lahar. Lahar itu semacam banjir tapi di dalam banjir itu mengangkut material yang cukup besar. Material itu berasal dari gunung api itu sendiri, airnya dari mana? Itu dari curah hujan," tutur Andiani.
Andiani mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengantisipasi curah hujan yang diprediksi akan cukup tinggi dalam satu hingga dua bulan ke depan.
Oleh karenanya, dia meminta warga khususnya yang berada di jalur lahar di sekitar selatan dan tenggara seperti Besuk Kobokan, untuk waspadai aliran lahar. "Potensi lahar masih ada," katanya.
Andiani mengatakan, timnya saat ini sengaja membawa sejumlah peralatan untuk menghitung volume kubah lava yang masih tersisa di kawah Gunung Semeru. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa.
āTim dari Bandung ke sini membawa alat-alat, salah satunya kita mengukur volume guguran itu sendiri. Mudah-mudahan kegiatan kami di sini berjalan dengan lancar, dan kita berharap paling tidak kita memiliki data-data terkait dengan kubah lava,ā ujarnya.
Advertisement