BMKG Ungkap Pemicu Fenomena Hujan Es di Banyumas

Hujan es disertai hujan lebat dan angin kencang di Banyumas bikin heboh masyarakat

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 30 Des 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 30 Des 2021, 16:30 WIB
Hujan Es Batu
ilustrasi Foto Hujan Es (iStockphoto)

Liputan6.com, Banyumas - Hujan es disertai angin kencang dan hujan lebat di sejumlah wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada Senin (27/12) lalu sempat bikin heboh masyarakat.

Tak urung fenomena langka ini pun membuat warga bertanya-tanya, apa yang menyebabkan bisa sampai turun hujan es.

Soal ini, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Rendi Krisnawan mengatakan, dari pantauan foto satelit cuaca Himawari, pada pukul 08.00 UTC atau sekitar pukul 15.00 WIB, wilayah Banyumas dan Purbalingga sudah diselimuti awan CB yang ditandai dengan warna oranye keputihan dan warna merah. Warna merah inilah yang patut diwaspadai karena merupakan inti awan CB di mana suhu sangat dingin.

“Wilayah Kabupaten Banyumas dan Purbalingga sudah diselimuti awan Cumulonimbus atau awan CB, yang ditandai di foto satelit berwarna oranye keputihan dan juga berwarna merah. Yang berwarna merah itu, inti selnya itu yang lebih matang,” kata Rendi, Rabu (29/12/2021).

Dia menjelaskan, proses pembentukan es pada awan tersebut dipengaruhi oleh pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat atau dikenal dengan strong updraft and downdraft di dalam awan CB.

Pergerakan massa udara naik (updraft) yang cukup kuat dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian di mana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.

“Jadi yang berwarna merah itu yang sangat cukup diwaspadai. Hujan es terjadi karena awan Cumulonimbus,” Rendi menjelaskan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Titik Beku

Citra satelit cuaca Himawari saat terjadi hujan es dan angin kencang di Banyumas, sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (27/12/2021). (Dok. BMKG/Liputan6.com)
Citra satelit cuaca Himawari saat terjadi hujan es dan angin kencang di Banyumas, sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (27/12/2021). (Dok. BMKG/Liputan6.com)

Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar. Saat butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail atau hujan es.

Rendi menambahkan, strong updraft di suatu daerah dapat terbentuk akibat adanya pemanasan matahari yang intens, pemanasannya sangat optimal dan kuat, antara pagi hingga siang hari, serta dapat dipengaruhi oleh topografi suatu daerah.

Pada fenomena hujan es/hail, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya. Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna.

Lapisan tingkat pembekuan (freezing level) merupakan lapisan pada tinggian tertentu di atas permukaan bumi di mana suhu udara bernilai nol derajat Celsius.

Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es. Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan (freezing level) berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km diatas permukaan laut.

“Adanya lapisan yang tingkat pembekuan yang lebih rendah, dikenal dengan istilah Lower Freezing Level,” ucap dia.

Diketahui, hujan es terjadi di dua kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas pada Senin sore. Hujan es disertai angin kencang dan hujan lebat itu merusak puluhan rumah. Dari jumlah itu, sedikitnya 14 rumah di antaranya rusak berat. Dilaporkan tiga orang terluka dalam insiden ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya