Liputan6.com, Jakarta - Ginjal adalah organ tubuh yang penting dan memiliki banyak fungsi, di antaranya:
- Filtrasi toksin;
- kontrol tekanan darah;
- produksi sel darah merah;
- menjaga kesehatan tulang;
- menjaga kadar mineral dan garam; serta
- mengatur keasaman darah.
Sayangnya, banyak pasien yang tak menyadari bahwa ginjalnya bermasalah. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) pada tahap awal umumnya memang tidak terdeteksi hingga 90 persen fungsi ginjal hilang dan berkembang menjadi gagal ginjal.
Advertisement
Baca Juga
PGK diperkirakan akan menduduki peringkat ke-5 penyakit terbanyak pada tahun 2040. Penyebab gagal ginjal terbanyak di Indonesia adalah hipertensi dan diabetes, jika kedua penyakit ini ditangani dengan baik maka PGK dapat dicegah.
Advertisement
Maka dari itu, skrining ginjal sangat penting dilakukan. Ini sejalan dengan tema Hari Ginjal Sedunia yang jatuh pada Kamis, 13 Maret 2025 yakni Are Your Kidneys Ok? Detect Early, Protect Kidney Health.
Secara spesifik tema ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan skrining dan deteksi dini kesehatan ginjal. Tujuannya, mencegah dan/atau menghambat progresivitas penyakit ginjal sehingga dapat melindungi kesehatan ginjal.
Tahun ini, kampanye akan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya skirining dan deteksi dini penyakit ginjal untuk melindungi kesehatan ginjal.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Pringgodigdo Nugroho, dalam temu media peringatan Hari Ginjal Sedunia di Jakarta Pusat, Rabu, 12 Maret 2025.
Skrining Tertarget Bisa Turunkan Biaya PGK
Pringgo menyampaikan, skrining PGK menjadi sangat penting karena penyakit ini telah menjadi beban global.
“Beban global yang besar pada PGK menyebabkan skrining terhadap PGK penting dilakukan. Skrining tertarget dapat menurunkan biaya akibat PGK. Pengobatan PGK secara dini dapat memperlama onset seorang pasien untuk jatuh ke gagal ginjal sehingga penghematan biaya untuk terapi pengganti ginjal akan lebih banyak,” kata Pringgo.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum National Kidney Foundation (NKF) Indonesia, Komjen Pol (Purn.) Suhardi Alius, MH menjelaskan, pihaknya turut serta dalam menjaga ginjal sehat di Indonesia.
“Satu tujuan dari NKF Indonesia adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ginjal dalam rangka mencegah dan mengobati penyakit ginjal,” ujarnya.
Advertisement
Jaga Ginjal dengan Gaya Hidup Sehat
Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, mengajak masyarakat menjaga ginjal dengan gaya hidup sehat.
“Perilaku yang kurang baik, seperti kurangnya konsumsi cairan serta sedentary lifestyle menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menimbulkan terjadinya penurunan fungsi ginjal. Sehingga perbaikan pola hidup menjadi penting untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal kronik,” kata Nadia di acara yang sama.
Deteksi dini kesehatan ginjal juga tidak boleh luput untuk dilakukan. Cek kesehatan gratis merupakan program yang saat ini telah diimplementasi di mana salah satunya melakukan skrining kesehatan ginjal, tambahnya.
“Pasien dengan diabetes, hipertensi, obesitas dan dislipidemia merupakan target untuk dilakukan skrining kesehatan ginjal ini,” ucapnya.
Biaya Penanganan Penyakit Ginjal Capai Rp11 Triliun per Tahun
Kebijakan deteksi dini untuk individu yang berisiko harus diterapkan secara nasional untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan terkait gagal ginjal dan meningkatkan kualitas hidup.
Klinisi pada layanan primer dan petugas kesehatan garis depan harus dilatih untuk mengintegrasikan beberapa pemeriksaan untuk PGK ke dalam perawatan rutin. Terutama bagi populasi berisiko tinggi, bahkan ketika waktu dan sumber daya terbatas.
Deteksi dini diyakini dapat menekan biaya penanganan pasien ginjal yang nominalnya terus bertambah setiap tahun.
“Biaya pelayanan kesehatan gagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya, bahkan mencapai Rp. 11 triliun. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) perlu dimarakkan agar semakin banyak pasien yang dilakukan skrining penyakit ginjal,” kata Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat - BPJS Kesehatan, Ari Dwi Aryani.
Promosi kesehatan juga harus ditingkatkan, lanjutnya. Melalui skrining dan promosi kesehatan tersebut diharapkan angka kejadian penyakit ginjal kronis menurun, sehingga pengeluaran untuk gagal ginjal juga berkurang.
“Pemeriksaan terkait PGK harus diintegrasikan ke dalam intervensi komunitas yang sudah ada. Misalnya, yang menargetkan kesehatan ibu, HIV, tuberkulosis, dan penyakit tidak menular lainnya untuk menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi,” pungkasnya.
Advertisement
