Liputan6.com, Bandung - Program Petani Milenial yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mendapat sorotan tajam. Hal ini terungkap setelah salah seorang peserta Petani Milenial Jabar mengeluhkan karut marut pelaksanaan program ini.
Baca Juga
Advertisement
Rizky Anggara, peserta program tersebut menyampaikan keluh kesahnya melalui sebuah utas di media sosial Twitter. Lantas, keluhan Ketua Petani Milenial Tanaman Hias Gelombang 1 itu mendapat respons warganet hingga akhirnya viral.
Dalam sebuah utas berupa surat terbuka pada Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Rizky Anggara menguraikan kronologi keluhannya terhadap program Petani Milenial.
“Assalamualaikum, Kang @ridwankamil. Punten Kang, saya mau cerita tentang program Akang yaitu Petani Milenial Jawa Barat. Tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya mohon maaf jika saya bercerita di sini,” tulis Rizky dikutip Kamis (2/2/2023).
Dia pun membuat surat terbuka ini mengingat kacaunya program Petani Milenial yang disebabkan kurang seriusnya tanggapan bawahan sang gubernur.
“Sejauh yang saya tahu, apabila saya bercerita atau menyampaikan keluhan mengenai program ini melalui bawahan Akang, pasti isinya berubah. Alhasil tidak ada langkah penyelesaian hingga terjadilah seperti hari ini,” ujarnya.
Adapun Rizky bersama 19 rekannya selama penyelenggaraan program ini mengangkat komoditas tanaman hias Lembang. Rizky menguraikan keluhan awal terkait dana pinjaman KUR yang memakai nama masing-masing peserta Petani Milenial. Namun, pengelolaan seluruhnya berada di tangan PT Agro Jabar (AJ).
Adapun penandatanganan kerjasama (PKS) dilakukannya dengan PT Agro Jabar selaku avalist/penjamin dan CV Minaqu Indonesia selaku offtaker di saat peluncuran Petani Milenal di Lembang pada 28 Juli 2021 silam.
“Saat launching ada sejumlah agenda termasuk penandatanganan PKS antara peserta dengan PT Agro Jabar. Kami diminta menandatangani perjanjian itu padahal belum tahu isinya seperti apa. Akhirnya penandatanganan itu dilakukan secara simbolis dan ditunda sampai acara selesai. Setelah acara selesai barulah kami melakukan bedah isi dari PKS,” kata Rizky.
Persoalan sudah muncul sejak awal realisasi skema budidaya tanaman hias. Dimulai oleh pengiriman indukan tanaman yang akan dibudidayakan mengalami keterlambatan. Akibat keterlambatan masa panen pun mundur. Selain itu, indukan yang diterima pun tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Rizky dan kawan-kawan.
“Kami seharusnya dapat 300 tapi dikirim dulu separuh, dan sisanya dikirim pada November 2021. Sudah ngirim telat, indukan tanaman hiasnya juga jelek, ampas,” tuturnya.
Kemudian, saat membudidayakan indukan itu, ternyata tanaman yang ditanam Rizky terserang hama jamur. Namun, dirinya bersama rekan lainnya dengan berbagai cara berhasil panen pada Desember 2022.
“Panen pertama 9 Desember 2021, setelah 5 bulan budidaya. Tapi hasilnya hanya 1.046 tanaman yang bisa dipanen. Karena masih banyak tanaman yang dalam masa pemulihan,” ujar dia.
Dengan hasil panen pertama yang belum maksimal, Rizky pun dibuat kecewa pada panen kedua. Di mana, pada hasil panen kedua tidak dibayarkan padahal mengalami peningkatan jumlah tanaman.
“Panen kedua itu meningkat, 5.540 tanaman, per tanaman itu Rp 50 ribu, kalikan saja. Tapi kami tidak dapat uangnya,” kata Rizky.
Selanjutnya, pada 18 Maret 2022 diadakan rapat evaluasi setelah panen. Namun, pada rapat tersebut tidak menghasilkan notulensi alias nihil.
Bahkan, setelah rapat tersebut salah seorang rekannya dengan tegas ingin mengundurkan diri karena merasa frustrasi. Kekecewaan Rizky pun memuncak pada 21 Juli 2022 silam ketika CV Minaqu Indonesia menyatakan tidak melanjutkan kontrak yang berakhir pada 28 Juli 2022. Padahal, masih ada sekitar 6 ribu tanaman yang belum terjual.
“Juli 2022 itu panen keempat, tanggal 21 Juli evaluasi program sekaligus membicarakan kontrak yang akan habis. Di sini benar-benar puncak komedi. Offtaker memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak,” kata dia.
Dalam menjalankan program Petani Milenial, Rizky bersama 19 peserta lainnya menggunakan skema pinjaman dari salah satu bank. Para peserta pun mendapatkan uang senilai Rp50 juta, sementara pengembaliannya diatur oleh PT Agro Jabar selaku avalist. Sedangkan, produk tanaman hias yang dihasilkan akan ditampung oleh CV Minaqu Indonesia selaku offtaker.
Akan tetapi, sistem itu tidak berjalan sebagaimana mestinya dan malah menghasilkan polemik. “Total yang tidak dibayarkan offtaker itu Rp1,3 milliar. Kami juga dikagetkan dengan adanya surat peringatan kedua dari bank terkait utang yang diterima oleh salah satu peserta rekan,” ujarnya.
Salah seorang di CV Minaqu Indonesia telah menyatakan akan melunasi utang ke bank terkait. Namun pada kenyataannya, utang itu tak kunjung dibayarkan.
“PIC CV Minaqu Indonesia berjanji untuk melunasi utang di 31 Januari 2023, tapi sampai kini belum ada pembayaran,” tutur Rizky.
Minta Maaf
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akhirnya memberikan tanggapan mengenai cuitan utas program Petani Milenial yang dipaparkan oleh Rizky Anggara.
Pria yang akrab disapa Emil itu menyampaikan terima kasih atas informasi yang diberikan oleh Rizky. Dia juga menyampaikan permintaan maaf atas masalah yang muncul pada program petani milenial tersebut.
“Hatur nuhun Kang atas informasinya. Saya meminta maaf atas kekurangan program, dan meminta maaf atas kepada pihak yang mengalami ketidaknyamanan sebagai akibat dari permasalahan program ini. Saya sudah instruksikan masalah ini untuk segera,” tulis akun pribadi @ridwankamil pada Kamis (2/2/2023).
Advertisement
Tidak Lepas Tangan
Direktur Utama PT Agro Jabar Nurfais Almubarok menegaskan bahwa penyelesaian tunggakan Petani Milenial tanaman hias di Lembang, Bandung Barat ke bank bjb secara bertahap sudah dilakukan. Namun belum seluruhnya selesai.
“Kita tidak lepas tangan karena tunggakan itu terkait kendala di hilir. Maka kami sebagai offtaker menyelesaikan tunggakan itu secara bertahap. Namun kami akui bahwa sampai saat ini belum selesai seluruhnya,” kata Nurfais saat jumpa pers di Gedung Sate Bandung, Kamis (2/2/2023).
PT Agro Jabar selama ini telah memberikan sharing proporsi dan reward kepada 20 petani milenial tanaman hias Cikole (Lembang).
Sementara itu menurut Pimpinan Divisi Kredit bank bjb Denny Mulyadi, pihaknya tidak pernah menagih langsung tunggakan ke rumah peserta program petani milenial.
“Tapi kita akan kroscek juga di internal kami. Setahu saya tidak ada penagihan langsung ke petmil (petani milenial). Yang kami lakukan adalah berkoordinasi dengan PT Agro sebagai offtaker,” ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar Dadan Hidayat menjelaskan bahwa permasalahan Petani Milenial tanaman hias di Lembang adalah masalah hilir yang tidak diduga sebelumnya.
Menurutnya, program Petani Milenial berangkat dari kebutuhan pentingnya Jawa Barat melahirkan dan menciptakan regenerasi petani.
“Pak Gubernur memandang bahwa profesi petani sangat menjanjikan sementara SDM yang ada masih kurang untuk pengembangan ke depan, maka diinisasi program ini akhir tahun 2021,” kata dia.