Liputan6.com, Gorontalo - Puluhan hektare tanaman cabai rawit milik warga Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Provinsi Gorontalo mengering dan dan layu akibat cuaca Gorontalo yang begitu panas.
Akibatnya, para petani cabai pun merana karena mereka selalu terancam gagal panen. Dengan musim yang tidak menentu tersebut, pasokan air sulit didapatkan oleh petani cabai.
Advertisement
Baca Juga
Dengan situasi ini, batang cabai mengering, daun berubah menjadi kekuningan. Selain itu, buah mengalami pembusukan lantaran terserang hama patek.
"Biasanya kalau cuaca kadang-kadang hujan sebentar, kemudian panas sekali, hama bisa berkembang lebih cepat," kata Astama Podungge.
Meski begitu, mereka tetap berusaha agar bagaimana mengantisipasi kondisi seperti itu. Bahkan, sebagai antisipasi kerugian yang lebih besar, para petani cabai memanen cabai yang sebagian sudah mengering.
Simak juga video pilihan berikut:
Pesan Pemerintah
Menurut Astama, jika beberapa bulan terakhir ini, suhu udara dan terik matahari begitu panas. Meskipun kadang musim hujan, akan tetapi saat terik seakan membakar dedaunan tanaman cabai mereka.
"Dengan perubahan iklim ini, kami harus beradaptasi lebih lama. Sebab, kami harus mencari cara bagaimana agar cuaca panas, cabai tetap subur dan produktif," ungkapnya.
"Meski begitu, kami tetap melakukan panen, cabai kami jual kering. Padahal cabai rawit di Gorontalo lagi mahal-mahalnya," ujarnya.
Dengan kondisi ini dirinya hanya bisa pasrah dengan keadaan. Pohon cabai yang mengering menjadi pekerjaan rumah mereka kedepan apa yang harus dilakukan sebagai langkah antisipasi. Akibat gagal panen ini petani mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
"Petani berharap, pemerintah bisa memberikan solusi agar tanaman cabai yang siap panen bisa teratasi," imbuhnya
Sementara itu, Bonebol Bupati Hamim Pou menyarankan, agar para petani di bonebol lebih membuka diri berkonsultasi dengan Dinas Pertanian. Agar, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka akan mendapatkan solusi.
“Kalau ada koordinasi dengan Dinas atau penyuluh Pertanian setempat pasti ada solusi,” kata Hamim.
Selain itu, dirinya meminta agar Dinas Pertanian Bonebol lebih peka terhadap kebutuhan petani. Jemput bola merupakan salah satu solusi terbaik bagi petani yang kesusahan.
“Jangan nanti ada laporan dari masyarakat, baru Dinas akan turun. Minimal ada langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah. Agar kerugian petani tidak begitu berarti,” ia menandaskan.
Advertisement