Tradisi Mitoni dalam Budaya Jawa, Gambaran Siklus Kehidupan Manusia

Beberapa wilayah di Pulau Jawa memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut upacara adat ini.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Apr 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 12:00 WIB
Salah satu ritual yang dijalani Canti Tachril saat mitoni yaitu menginjak telor. (Foto: Instagram/@cantitachril)
Salah satu ritual yang dijalani Canti Tachril dan Adipati Dolken saat mitoni yaitu memecahkan telor. (Foto: Instagram/@cantitachril)

Liputan6.com, Yogyakarta - Selama masa kehamilan, terdapat beberapa tradisi atau upacara adat yang biasa dilakukan. Salah satu tradisi tersebut adalah mitoni.

Mitoni merupakan tradisi atau upacara adat bagi perempuan hamil dalam budaya Jawa. Masyarakat Jawa menganggap mitoni sebagai upacara adat siklus hidup.

Mengutip dari surakarta.go.id, mitoni dilaksanakan saat janin dalam kandungan berusia 7 bulan. Tradisi selamatan hamil 7 bulanan ini telah ada sejak dahulu.

Beberapa wilayah di Pulau Jawa memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menyebut upacara adat ini. Jika di Karesidenan Solo upacara ini dikenal dengan istilah mitoni', berbeda dengan di Jawa timur yang menyebutnya dengan tradisi 'tingkeban'. Sementara di Madura, upacara ini disebut dengan 'palet kandhungan' dan di Jawa Barat disebut nujuh-bulan.

Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk memohon keselamatan untuk calon ibu dan bayi. Doa-doa juga dipanjatkan agar proses persalinan dapat berjalan lancar dan bayi yang dilahirkan menjadi pribadi yang luhur di masa depan.

Mitoni memiliki beberapa prosesi, yakni dimulai dengan siraman pada siang hari. Siang hari dipercaya sebagai waktu para bidadari turun dari kayangan untuk mandi.

Selanjutnya, ada prosesi brojolan, yaitu memasukkan telur ke dalam jarik calon ibu. Prosesi tersebut diikuti dengan pemotongan tali letrek sebagai simbol membuka jalan lahir.

Prosesi dilanjutkan dengan memasukkan sepasang kelapa gading muda (cengkir gading) ke dalam sarung dari atas perut calon ibu. Setelah itu, akan ada prosesi mengganti pakaian sebanyak tujuh kali.

Pada prosesi ini, calon ibu akan dipakaikan kemben atau kain jarik dengan tujuh motif yang berbeda oleh para sesepuh. Setelah semua prosesi selesai, acara mitoni pun ditutup dengan berjualan rujak dan makan bersama. Hingga saat ini, tradisi turun-temurun ini masih dilakukan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Pulau Jawa.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya