Liputan6.com, Batam - Cuaca panas melanda hampir semua daerah suhu udara bisa mencapai 35 derajat atau bahkan lebih. Oleh sebagian masyarakat nelayan di Pulau Pasir cuaca panas ini dinilai menguntungkan.
Warga memilih mengumpulkan rengkam atau rumput laut di pinggir pantai maupun ke tengah laut untuk nantinya mereka jual setelah kering ke pengepul.
Baca Juga
Rengkam adalah jenis rumput laut yang termasuk dalam famillia (keluarga) sargassum, yang juga merupakan jenis rumput laut yang banyak tumbuh di Perairan Kepulauan Riau. Jenis ini biasa tumbuh di batu-batu karang dan bisa menjadi sampah laut ketika sudah mati.
Advertisement
Rengkam yang mati akan terus mengapung sampai kemudian dibawa hanyut gelombang sehingga menumpuk di bibir pantai.
Rumput laut jenis Sargasum ini bernilai ekonomis cukup tinggi. Rengkam kering bisa diolah menjadi tepung bisa menjadi pakan ternak, Pupuk dan lain lain.
Rio, salah satu warga Pasir Panjang, Pulau Rempang mengatakan, rengkam ini setelah kering nantinya akan dijual ke pengepul yang biasa mangkal di daerah Jembatan 2 Barelang, Batam.
"Dengan cuaca sangat panas ini rengkam kami cepat keting dari biasanya," kata Rio.
Warga biasanya akan mengumpulkan rengkam terlebih dahulu hingga beratnya mencapai 500 kilogram hingga 1 ton dalam keadaan kering, baru nantinya mereka jual.
"Lumayanlah buat nambah pemasukan, apalagi cuaca kayak begini kita susah mau ke laut," katanya.
Warga pulau Rempang masih menggunakan cara konvensional dalam pengumpulan rumput laut ini. Mereka hanya memanen tanpa menanam.
"Tidak ada budi daya. Ada kita ambil tak ada ya kita tunggu besar, kadang hanyut juga pas angin kencang," kata Rio.
Cuaca panas ini dinilai menguntungkan karena rumput laut menjadi cepat kering dan bisa segera dijual . Sesungguhnya jika laut lebih tenang, mereka akan sibuk sebagai nelayan yang mencari ikan di laut lepas.
"Kalau cuaca lagi baik, kami tetap mengumpulkan rengkam sebagai kerja sampingan," kata Rio.
Rumput laut atau rengkam ini adalah tumbuhan yang mudah tumbuh dengan sendirinya, yakni dua sampai tiga bulan setelah dipanen, rumput laut ini akan tumbuh kembali untuk dipanen.
Nisah, warga lain menyebutkan bahwa dalam seminggu ia bisa mengumpulkan rengkam hingga 500 kilogram.
"Kalau lagi banyak pernah sampai 800 kilo," kata perempuan itu..
Nisah menekuni pekerjaan ini kurang lebih 7 tahun, saat itu harga rengkam masih Rp1.200 per kilo. Harga rekam menurutnya pernah mencapai Rp2.000 per kilo, namun sekarang turun menjadi Rp1.700 per kilo.
Ia mengerjakan pekerjaan ini untuk membatu suaminya di tengah hasil tangkap laut yang tak menentu.
Warga lainnya, Sarmi (65), tengah membukuk merapikan rengkam yang tengah ia jemur di halaman rumahnya. Bersyukur cuaca hari ini tak hujan, rengkam miliknya akan kering dan siap ia bungkus untuk kemudian dijual.
"Dulu awal-awal sendiri, masih berenang ke tengah laut ngambil. Sekarang sudah ada yang bantu," katanya.
Dalam sekali jual, biasa dia mampu menjual hingga 500 kilogram dengan keuntungan kurang lebih 850 ribu. Ia berharap rengkam terus selalu ada agar ia terus bisa menyambung hidup dari menjualnya. B
adan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam melaui Staf Data dan Informasi Suratman mengatakan bahwa saat ini Kepri sedang dilanda suhu ekstrim sejak Maret lalu.
"Suhu puncak mencapai 35 derajat Celsius lebih, mudah mudahan di bulan mei curah hujan dan mulai tinggi sehingga bisa menurunkan suhu panas, " terang Suratman Kepda Liputan6.com. (27/4/23).