Suhu Panas Ekstrem, Warga Gorontalo Was-was Kebakaran Hutan

Suhu yang mencapai 36 derajat Celcius tersebut dikhawatirkan bisa memicu kebakaran lahan dan hutan.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 26 Mei 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2023, 10:00 WIB
Kebakaran
Ilustrasi Kebakaran Lahan (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Cuaca panas yang saat ini menerjang wilayah Provinsi Gorontalo membuat sejumlah warga merasa was-was. Suhu yang mencapai 36 derajat Celcius tersebut dikhawatirkan bisa memicu kebakaran lahan dan hutan.

Dahan dan dedaunan yang mengering sangat berpotensi membuat api cepat merambat. Angin yang bertiup kencang, bisa membuat api yang menyala cepat menyebar ke berbagai arah jika kebekaran benar-benar terjadi.

Tidak hanya kebakaran hutan, kebakaran rumah yang berada di pemukiman padat penduduk juga ditakutkan terjadi. Sebab, suhu panas di Gorontalo begitu terasa diakibatkan  Gorontalo berada tepat di garis Khatulistiwa.

"Jadi yang kami khawatirkan jika terjadi kebakaran hutan lalu merambat ke pemukiman, maka itu akan fatal sekali," kata Ratna warga Gorontalo.

Menurutnya, sejak bulan ramadan lalu, Provinsi Gorontalo sudah dilanda dengan panas ekstrim. Sementara hujan sangat jarang sekali turun di wilayah Gorontalo.

"Lebih banyak panasnya, hujan hanya sekali-kali turun. kalau tidak salah kondisi ini sejak akhir ramadan," ungkapnya.

"Mudah-mudahan panas ekstrim ini segera berlalu, dan selama musim panas kita dijauhkan dari bencana kebakaran," imbuhnya.

BMKG memprediksi curah hujan tahun ini mengalami penurunan akibat kondisi La Nina yang semakin melemah dan masuk netral.

Menurutnya, kondisi netral itu hampir berhimpit dengan kondisi El Nino lemah. BMKG juga memprediksi bahwa curah hujan pada tahun ini mengalami penurunan, meskipun saat ini masih puncak musim hujan.

"Pada Mei, kami memprediksi mulai terdeteksi terjadinya penurunan curah hujan, yaitu ada yang mendekati sampai di bawah 150 milimeter," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati beberapa waktu lalu.

Intensitas hujan yang terus menurun itu berlanjut sampai Juni 2023. Daerah yang mengalami zona kering kian meluas, curah hujan semakin rendah, terutama di Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, serta Kalimantan.

"Jadi meluasnya itu Juni-Juli, hampir di seluruh wilayah Sumatera, hampir seluruh Jawa, Nusa Tenggara, seluruh Sumatera, sebagian wilayah Kalimantan, sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan akan kita antisipasi sebaiknya mulai April," ia menandaskan.

Simak juga video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya