Liputan6.com, Yogyakarta - Indonesia masuk peringkat tiga fatherless country di dunia yang menurut Psikolog UGM, Diana Setiyawati fatherless country bermakna suatu negara dengan masyarakatnya minim peran dan keterlibatan ayah dalam kehidupan anak.
“Fatherless ini menjadi fenomena yang sudah dirasakan bersama dimana peran ayah bisa dikatakan minim,” tuturnya saat dihubungi Senin 22 Mei 2023.
Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua yaitu ayah dan ibu secara berimbang, dimana banyak ayah tidak terlibat dalam pengasuhan. Ia menyebutkan budaya patriarki yang masih melekat pada masyarakat Indonesia, selain itu juga karena orang tua yang terlalu sibuk bekerja.
Advertisement
Baca Juga
6 Manfaat Keterlibatan Ayah Bermain dengan Anak
Ayah David Kantongi Dugaan Keterlibatan AG Pacar Mario Dandy dalam Penganiayaan
- Ini Dia Manfaat Menakjubkan Keterlibatan Ayah Dalam Merawat Si Kecil
“Faktor orang tua yang fly in fly out, terlalu sibuk, misal berapa hari sekali baru bisa pulang menjadikan secara teknis lebih dulit terlibat dalam pengasuhan. Sementara saat sudah pulang tidak ada komitmen untuk mengganti hari-hari yang hilang,”paparnya.
Hal ini yang menurutnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan kurang. Sehingga ayah tidak mengerti bagaimana mengasuh anak yang baik.
“Fatherless karena tidak tahu cara mengasuh anak, tidak ada model yang bisa ditiru dan tidak ada ilmunya,” ucapnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Peran Ayah Dalam Tumbuh Kembang Anak
Diana menyatakan keterlibatan ayah dalam aktivitas bersama anak dapat menjadi kegiatan yang menstimulasi perkembangan kognitif dan mempengaruhi perkembangan emosi. Relasi positif antara ayah dan anak akan membantu anak mengembangkan emosi yang matang.
Perkembangan emosi yang terhambat dapat menyebabkan anak memiliki emosi yang tidak matang sehingga tidak mampu meregulasi emosi baik mengekspresikan maupun mengendalikan emosi. Ketidakmampuan anak mengendalikan emosi ini akan mendorong cemas dan depresi (perilaku internalisasi) dan kontrol diri rendah, berperilaku berlebihan serta agresif (eksternalisasi).
“Keterlibatan ayah juga berpengaruh pada kelekatan anak yang akan mempengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak. Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan dan kehangatan dari sosok ayah akan mudah mengalami kecemasan, kompetensi sosial lemah, dan self esteem rendah,” imbuhnya.
Dalam perkembangan moral, Diana menyebutkan bahwa banyak penelitian yang menunjukkan hilangnya peran ayah menyebabkan anak tidak memiliki moral yang baik dan terlibat dalam kenakalan remaja. Sikap hangat dan positif ayah terhadap anak terutama laki-laki dapat membentuk maskulinitas.
“Banyak anak yang menjadi korban kekerasan seksual merupakan anak yang kehilangan figur ayah,” tuturnya.
Advertisement
Peran Sama dengan Ibu
Diana kembali menegaskan bahwa ayah memiliki peran penting sama halnya dengan ibu dalam perkembangan anak baik kognitif, sosial, maupun emosional. Keterlibatan ayah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti melakukan kegiatan bersama, komunikasi dengan anak, saling berbagi hal yang disukai, mengasuh anak, memberikan pengarahan, selalu ada untuk anak dan lainnya.
Diana menyebutkan ketiadaan peran atau kurang terlibatnya ayah dalam keluarga dapat memunculkan hambatan dalam proses perkembangan anak. Beberapa persoalan yang bisa muncul antara lain hambatan dalam pembentukan identitas gender dan peran seksual, penurunan performa akademis, kesulitan penyesuaian psikologis, kontrol diri rendah, dan self esteem rendah.
Selain itu, kurangnya keterlibatan ayah dapat menjadi faktor risiko munculnya psikopatologi pada anak. Salah satunya kecanduan terhadap zat ataupun aktivitas yang menimbulkan kesenangan seperti kecanduan gadget, game online, napza, rokok dan lainnya.
“Bisa juga memunculkan gangguan perilaku menyimpang, perilaku seksual dan gangguan mood serta bunuh diri,” terangnya.