Liputan6.com, Bandung - Pemda Jabar menyiapkan dana belanja tidak terduga (BTT) senilai Rp400 miliar untuk mengatasi peristiwa bencana alam.
Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Bey Machmudin, tingginya dana yang disediakan itu akibat seluruh daerah yakni 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat rawan terjadinya bencana alam saat memasuki musim hujan.
Baca Juga
"Yang penting respons cepat artinya kita apresiasi semuanya sudah bergerak cepat seperti kemarin yang di (longsor) di Purwakarta," kata Bey di Markas Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi, Bandung, Jumat (8/12/2023).
Advertisement
Bey juga mengatakan, pemkab, kepolisian dan TNI, sudah bergerak cepat itu dalam satu hari jalan sudah terbuka lagi, termasuk yang di Cililin (Kabupaten Bandung Barat).
Bey mengimbau kepada masyarakat ikut serta mengurangi risiko bencana alam dengan mengetahui segala aturan mitigasi yang telah ditetapkan.
Masyarakat juga disarankan agar secara berkelanjutan memantau perkembangan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Kalau akan hujan lebat sebaiknya kurangi kegiatan di luar rumah. Ancaman utama status siaga bencana saat ini yaitu hujan, longsor, gerakan tanah yang paling utama itu," kata Bey.
Bey meminta kepada masyarakat agar memilah kembali informasi soal kejadian bencana dari sumber yang terpercaya dan tidak terpancing dengan isu tidak benar.
Provinsi Jawa Barat Siaga Darurat Bencana
Sebelumnya pada awal pekan ini, Bey Machmudin menyebutkan Provinsi Jawa Barat menyandang status siaga darurat bencana hingga 31 Maret 2024 nanti.
Menurut Bey, status kebencanaan ini diterbitkan guna mengingatkan kembali 27 kepala daerah untuk bersiaga mengantisipasi terjadinya kejadian alam.
"Jawa Barat itu termasuk provinsi yang sangat rentan terhadap bencana dan diharapkan meningkatkan kesiagaan tapi jangan juga panik gitu. Tetap beraktivitas seperti biasa, tapi tetap waspada karena puncak hujannya itu diperkirakan pada bulan Februari 2024," ujar Bey, Bandung, Senin, 4 Desember 2023.
Bey mengatakan kesiapan anggaran untuk antisipasi dan penanganan bencana alam akan menggunakan dana belanja tidak terduga (BTT).
Bey menegaskan dana BTT tersebut akan digunakan apabila kondisinya sudah berubah dari siaga darurat bencana menjadi tanggap darurat.
"Kalau sekarang hanya sesuai dengan yang disiapkan sebelumnya anggaran masing - masing dinas. Ini hanya baru peningkatan status belum sampai penggunaan anggaran," kata Bey.
Bey menerangkan kejadian bencana alam berat yang diterima informasinya yaitu tanah longsor di Sukabumi, Ciamis, dan Cililin Kabupaten Bandung Barat.
Sebelumnya pada Sabtu, 2 Desember 2023, Bey meninjau lokasi longsor di Desa Buninagara, Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat. Peninjauan dilakukan untuk memastikan penanganan longsor berjalan optimal.
Bey meminta semua pihak bergerak cepat menangani bencana tersebut, mulai dari memastikan masyarakat terdampak dalam kondisi aman dan aktivitas ekonomi tetap berjalan.
"Karena ini memang daerahnya tidak aman di kondisi sekarang, jadi masyarakat diungsikan ke kerabatnya. Tapi bila tidak ada, nanti Pemda Provinsi Jabar dan Pak Bupati akan mencari solusi secepatnya," ucap Bey.
"Termasuk aktivitas ekonomi juga nanti diberikan transportasinya untuk menuju Pasar Ciwidey. Intinya, kita tidak mau aktivitas ekonomi masyarakat terganggu," tambahnya.
Bey menyampaikan, BPBD dan aparat gabungan sudah diterjunkan untuk mengevakuasi material longsor menggunakan alat berat. BPBD Jabar juga sudah mengirim bantuan alat berat dan sembako.
"Kami sudah respons cepat, langsung dikirim bantuan berupa alat berat dan pangan," tuturnya.
Selain itu, Bey juga mengimbau kepada masyarakat Jabar untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi berupa angin kencang, longsor, dan banjir, terutama sepanjang musim hujan.
"Jadi imbauan saya untuk yang tinggal di daerah rawan bencana koordinasi dengan petugas. Jangan sampai tidak mengindahkan arahan-arahan dari petugas. Intinya adalah pertama ikuti arahan petugas di lapangan karena BPBD stand by 24 jam," ucap Bey.
Advertisement
Antisipasi Bencana Tanah Longsor
Selain bencana banjir, tanah longsor menjadi salah satu kejadian alam yang kerap terjadi di Provinsi Jawa Barat. Hal itu dikarenakan kontur tanah yang berbukit dana banyak lereng degan kemiringan yang curam.
Mengutip dari laman Hello Sehat, longsor adalah kejadian pergerakan tanah, batuan, atau material lainnya dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau secara berangsur-angsur, yang umumnya terjadi pada daerah terjal dan tidak stabil. Penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi, tetapi besarnya volume dipengaruhi oleh berbagai faktor alam dan manusia.
Faktor alam yang memicu kejadian tanah longsor meliputi:
1. Kondisi geologi yaitu batuan lapuk, kemiringan tanah, unsur atau jenis lapisan tanah, gempa bumi, gunung berapi, dan lain-lain.
2. Kondisi iklim, yaitu curah hujan yang tinggi.
3. Kondisi topografi, yaitu kemiringan permukaan tanah seperti lembah, lereng, dan bukit.
4. Kondisi tata air, yaitu akumulasi volume atau massa air, pelarutan dan tekanan hidrostatika, dan lain-lain.
Faktor manusia antara lain berbagai kegiatan yang dapat memengaruhi terjadinya tanah longsor misalnya pemotongan tebing pada penambangan di lereng yang terjal.
Selain itu, kegagalan struktur dinding penahan tanah, penggundulan hutan, budi daya kolam ikan di atas lereng, sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman, pengembangan wilayah yang melanggar aturan tata ruang, sistem drainase yang buruk, dan lain-lain dapat memicu tanah longsor.
Apa yang harus kita lakukan saat longsor terjadi?
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai bencana longsor pada umumnya yang sering menimpa Indonesia dengan berbagai informasi dari Palang Merah Indonesia (PMI).
1. Sebelum longsor terjadi
Jika daerah di tempat tinggal Anda pernah terjadi longsor, kemungkinan besar daerah Anda berpotensi kembali terlintasi longsoran. Inilah yang harus dilakukan sebelum terjadi longsor:
- Lakukan pemetaan daerah tempat tinggal Anda dan sekitarnya. Lalu tandai daerah mana saja yang sering terjadi longsor atau berpotensi longsor. Peta atau denah ini akan membantu kita menentukan di mana titik yang aman dan yang berbahaya. Informasikan peta ini pada keluarga dan penduduk daerah tempat tinggal Anda.
- Lakukan langkah-langkah pengurangan risiko longsor, misalnya melakukan gerakan penanaman pohon di lereng yang rawan longsor.
- Pelajari tanda-tanda terjadinya longsor. Biasanya longsor terjadi setelah hujan lebat turun terus menerus. Waspadai warna air sungai yang berubah menjadi keruh. Demikian juga jika muncul rembesan, mata air, atau retakan yang memanjang di tanah. Sebelum longsor kadang terjadi runtuhan tanah, batu, atau ranting.
- Masyarakat yang berada di daerah rawan longsor harus melakukan patroli secara bergantian. Longsor yang terjadi di malam hari lebih banyak menelan korban jiwa, karena orang-orang tidak sempat untuk menyelamatkan diri saat mereka tertidur.
- Jika tanda-tanda longsor sudah terlihat, maka pertimbangkan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
2. Saat longsoran terjadi
Tidak banyak yang dapat dilakukan saat terjadi longsor. Yang terpenting adalah tetap tenang dan segeralah bergerak ke tempat yang aman dari jalur longsoran.
Bila memungkinkan, bantu orang lain yang lemah, seperti orang yang sakit, balita, dan lansia. Bertahanlah di tempat yang terlindungi hingga situasi benar-benar aman.
Hubungi pihak-pihak yang terkait dengan penanganan bencana, misalnya PMI, Satlak PB (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana), polisi, dan lain-lain.
3. Setelah terjadi longsor
Jika Anda selamat dari bencana longsor, inilah beberapa tindakan yang harus Anda lakukan:
- Hubungi pemerintah setempat, PMI, polisi, atau organisasi lain jika belum ada pertolongan.
- Tetaplah bertahan di daerah yang aman. Ikuti imbauan dari pemerintah atau petugas untuk bertahan di tempat yang aman. Jangan kembali ke rumah jika keadaan belum ditetapkan aman.
- Jika mampu, bantulah keluarga, manula, orang dengan disabilitas, dan anak-anak. Mintalah petugas untuk menemukan keluarga atau orang lain yang belum ditemukan. Longsoran bisa membuat mereka terjebak atau terluka sehingga tidak dapat bergerak ke tempat yang aman.
- Bencana longsor terkadang bisa mengubur seluruh desa. Pemerintah dan masyarakat biasanya merelokasi desa tersebut. Tetaplah optimis untuk bisa membangun hidup baru. Berikan semangat dan keyakinan pada keluarga dan orang sekitar Anda.
Tas Siaga Bencana
Dilansir dari laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Indonesia merupakan sebuah negara yang dikelilingi oleh banyak sekali hal-hal yang membuatnya rawan terkena bencana alam, seperti gunung–gunung aktif yang menyebabkan letusan gunung vulkanik, Laut yang dapat menyebabkan tsunami dan juga geombang pasang, hutan–hutan yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lain sebagainya.
Melihat potensi terhadap suatu bencana yang cukup tinggi, masyarakat diharapkan bisa selalu siap sedia dalam menghadapi adanya bencana alam atau fenomena alam dadakan yang menyebabkan seseorang harus pergi meninggalkan ruangan ataupun tempat tinggal.
Dengan meninggalkan tempat tinggal, makabekal dan juga persiapan merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan.
Untuk itu, tas siaga bencana merupakan solusi yang baik dan tepat bagi seluruh masyarakat untuk dipersiapkan.
Tas siaga bencana merupakan tas yang digunakan oleh masyarakat untuk pergi meninggalkan rumah ketika bencana terjadi.
Sehingga apabila bencana secara tiba-tiba terjadi, maka masyarakat bisa langsung keluar dari rumah dan langsung menggunakan tas yang telah dipersiapkan sebelumnya tersebut tanpa harus susah payah memilih dan memilah barang penting apa yang akan dibawa selama berada di pengungsian.
Tas siaga bencana ini terisi :
1. Air Minum
2. Surat–surat penting
3. Masker
4. Uang
5. Alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
6. Peluit
7. Ponsel atau radio komunikasi
8. Pakaian untuk beberapa hari
9. Perlengkapan mandi
10. Senter dan juga baterai.
11. Makanan siap santap
12. Jas hujan
Dengan masuk nya barang – barang penting tersebut, apabila datang bencana secara mendadak, masyarakat dapat mengevakuasi diri lebih cepat sehingga terhindar dari dampak yang lebih besar yang disebabkan oleh bencana tersebut. (Arie Nugraha)
Advertisement