Minat Baca Anak-Anak Indonesia Dihantui Candu Media Sosial

Kecanduan generasi muda bermain media sosial cukup menghawatirkan karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dari pada membaca buku.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 05 Sep 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 21:00 WIB
20150904-SMPN-49-Jakarta
Sejumlah siswa membaca buku dari mobil perpustakaan keliling di halaman sekolah, Jakarta, Jumat (4/9/2015). Sebelumnya sekolah SMPN 49 mengalami kebakaran dan menyebakan ruangkan perpustakaan ludes terbakar. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

 

Liputan6.com, Jakarta - Tumbuhnya manusia yang literat menjadi kunci utama kemajuan untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045. Manusia yang literat dicirikan oleh tanda-tanda, antara lain iklim pengetahuan yang ditunjukan dengan tingginya minat baca, perilaku inovatif, dan kreativitas yang terus tumbuh.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota Banjarbaru Sri Lailana mengatakan di tengah upayanya menciptakan masyarakat literat, ada tantangan yang lebih besar yakni media sosial.

"Kecanduan generasi muda bermain media sosial cukup menghawatirkan karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dari pada membaca buku," ungkap Sri ketika membuka safari literasi Duta Baca Berdaya Dengan Buku di Kota Banjarbaru, Kamis (5/8/2024).

Sri mengaku tidak masalah jika generasi muda memanfaatkan media sosial, namun perlu diimbangi dengan membaca buku-buku yang berkualitas sehingga rasa ingin tahu, berpikir dan nalar kritis seseorang tetap ada.

Sementara itu, jurnalis Rendi Tisna mengatakan, setiap daerah memiliki kekhasan yang menarik, mulai dari kekayaan sumber daya alam, kuliner, budaya, atau apa saja. Potensi daerah di Kota Banjarbaru ini bisa dikupas tuntas melalui tulisan.

Tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai. Apalagi jika ditunjang hasil riset yang mampu menguatkan tulisan. Perlu konsistensi dalam menulis. Tidak bisa setengah-setengah.

Bahkan, Pustakawan Utama Perpusnas Abdullah Sanneng menantang keaktifan menulis masyarakat Banjarbaru untuk menelurkan karya satu buku yang berisikan kekayaan alam dan budaya daerahnya. Tidak mungkin mengandalkan orang di luar Banjarbaru karena mereka belum tentu paham kondisi potensi alam dan kultur masyarakatnya.

Kegiatan Duta Baca Berdaya Dengan Buku juga diramaikan oleh narasumber Duta Baca Kota Banjarbaru Huda Nur, dan pegiat literasi dari Forum Lingkar Pena (FLP) Kota Banjarbaru Nurul Asmayani.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Minat Baca Anak Indonesia

Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan minat baca di kalangan masyarakatnya. Meskipun teknologi informasi semakin berkembang dan akses terhadap bahan bacaan semakin mudah, minat baca di Indonesia masih tergolong rendah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca di Indonesia:

- Akses Terhadap Buku

Meskipun perpustakaan dan toko buku ada di banyak kota besar, akses terhadap buku di daerah pedesaan dan terpencil masih sangat terbatas. Banyak daerah yang tidak memiliki perpustakaan yang memadai atau toko buku.

- Ekonomi

Buku seringkali dianggap sebagai barang mewah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Harga buku yang relatif mahal membuat banyak orang lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya.

- Budaya dan Kebiasaan

Budaya lisan lebih dominan di banyak daerah di Indonesia. Kebiasaan mendongeng dan bercerita secara lisan lebih populer dibandingkan dengan membaca buku.

- Pendidikan

Kualitas pendidikan yang masih bervariasi di berbagai daerah juga mempengaruhi minat baca. Di beberapa daerah, pendidikan literasi masih belum menjadi prioritas utama.

Beberapa tantangan utama dalam meningkatkan minat baca di Indonesia meliputi:

- Ketersediaan dan Kualitas Bahan Bacaan

Banyak buku yang tersedia di pasaran tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan pembaca. Selain itu, kualitas buku yang rendah juga menjadi masalah.

- Peran Keluarga dan Sekolah

Keluarga dan sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat baca. Namun, tidak semua keluarga dan sekolah memberikan perhatian yang cukup terhadap pentingnya membaca.

- Teknologi dan Gaya Hidup

Kehadiran teknologi dan media sosial seringkali mengalihkan perhatian masyarakat dari membaca buku. Banyak orang lebih memilih menghabiskan waktu dengan gadget daripada membaca.

Meskipun menghadapi banyak tantangan, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan minat baca di Indonesia:

- Peningkatan Akses Terhadap Buku

Pemerintah dan swasta perlu bekerja sama untuk meningkatkan akses terhadap buku, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Program perpustakaan keliling dan donasi buku dapat menjadi solusi.

- Penguatan Peran Keluarga dan Sekolah

Keluarga dan sekolah perlu lebih proaktif dalam menumbuhkan minat baca. Orang tua dapat membiasakan anak-anak untuk membaca sejak dini, sementara sekolah dapat memasukkan kegiatan membaca dalam kurikulum.

- Pemanfaatan Teknologi

Teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan minat baca. Aplikasi membaca digital dan e-book dapat menjadi alternatif bagi mereka yang lebih suka menggunakan gadget.

- Kampanye Literasi

Kampanye literasi perlu digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca. Program-program seperti gerakan membaca nasional, festival buku, dan kompetisi literasi dapat menjadi sarana yang efektif.

 

Infografis Journal
Infografis Journal Apa Kabar Perpustakaan Keliling? Pandai Membaca tapi Literasi Rendah (Abdillah/Liputan6.com)
Infografis Journal
Infografis Journal Apa Kabar Perpustakaan Keliling? Pandai Membaca tapi Literasi Rendah (Abdillah/Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya