Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Literasi Internasional diperingati setiap 8 September untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap literasi. Seluruh masyarakat dunia diharapkan dapat membawa budaya literasi yang lebih baik di dalam komunitas lokal maupun dalam skala global.
Mengutip dari National Today, Hari Literasi Internasional didirikan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO pada 1966. Latar belakang pendiriannya adalah untuk mengingatkan publik tentang pentingnya literasi sebagai citra diri dan hak asasi manusia.
Setelah lebih dari 50 tahun sejak Hari Literasi Internasional pertama, peringatan ini telah berhasil membuat banyak kemajuan dalam meningkatkan tingkat melek huruf. Meski demikian, buta huruf masih menjadi masalah global yang cukup serius.
Advertisement
Baca Juga
Diperkirakan ada lebih dari 750 juta orang dewasa di seluruh dunia yang tidak bisa membaca. Bahkan di Amerika, diperkirakan 32 juta orang dewasa buta huruf.
Literasi dapat diartikan sebagai kualitas atau keadaan melek huruf. Dengan melek huruf, seseorang dapat lebih berpendidikan karena mampu membaca dan menulis.
Hari Literasi Internasional hadir untuk menghapus buta huruf di setiap komunitas lokal di seluruh dunia. Peringatan ini pertama kali disusun dalam Konferensi Dunia Menteri Pendidikan tentang Pemberantasan Buta Huruf yang diadakan di Teheran, Iran, pada 1965. Tahun berikutnya, UNESCO memimpin dan menyatakan bahwa 8 September bakal diperingati sebagai Hari Literasi Internasional setiap tahunnya.
Hari Literasi Internasional memiliki tujuan utama untuk mengingatkan masyarakat internasional tentang pentingnya literasi bagi individu, komunitas, dan masyarakat. Perayaan ini juga untuk mengingatkan masyarakat tentang perlunya upaya intensif menuju masyarakat yang lebih melek huruf.
Satu tahun kemudian, komunitas global menerima tantangan untuk mengakhiri buta huruf dengan berpartisipasi dalam Hari Literasi Internasional yang pertama.
(Resla)
Â