Cerita Antara Tukang Ojek Perahu dan Nelayan di Torosiaje

Jalan sehat bersama dan senam aerobik menjadi daya tarik utama, menggugah semangat masyarakat untuk turut serta dalam ajang demokrasi.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 11 Sep 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2024, 21:00 WIB
Nelayan di Torosiaje
Marju Sairullah (38) menjalani dua profesi yang mungkin tak biasa bagi sebagian besar orang (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Di Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, Marju Sairullah (38) menjalani dua profesi yang mungkin tak biasa bagi sebagian besar orang. Selain sebagai tukang ojek perahu, dirinya juga berprofesi sebagai nelayan. Di tengah terpaan angin musiman yang sering menghantam wilayah pesisir, Marju menemukan cara untuk tetap bertahan, menyeimbangkan dua pekerjaan yang sama-sama menjadi sumber kehidupannya.

Musim angin, yang rutin datang setiap tahun, memaksa para nelayan di Torosiaje untuk berpikir ulang tentang kegiatan melaut mereka. Bagi Marju, saat itulah ia beralih dari menangkap ikan menjadi mengantar penumpang dengan perahu. "Kalau angin kencang, melaut itu biayanya besar, hasilnya tidak selalu memadai. Jadi lebih baik saya mengojek perahu," ujar Marju ketika ditemui beberapa waktu lalu.

Keputusan ini bukan tanpa alasan. Biaya operasional melaut, dari bahan bakar hingga perbekalan, semakin tinggi di musim angin. Sementara hasil tangkapan seringkali tidak sebanding dengan pengeluaran. Sebagai tukang ojek perahu, meski penghasilan tak sebesar saat melaut, Marju merasa lebih tenang. Pekerjaan ini memberinya pendapatan yang lebih stabil dan cukup untuk menutupi kebutuhan harian keluarganya. “Alhamdulillah, dari mengojek ini, saya masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak besar, tapi cukup. Dan yang terpenting, saya menikmatinya,” tutur Marju, tersenyum.

Pada akhir pekan atau ketika perayaan adat seperti Ketupat, penghasilannya bisa meningkat pesat. "Di hari-hari ramai, saya bisa dapat Rp700 ribu sehari. Tapi kalau lagi sepi, ya paling cuma Rp100 ribu," kata Marju, menjelaskan fluktuasi penghasilannya.

Meskipun penghasilan tidak selalu pasti, semangat Marju tetap terjaga. Baginya, ketekunan dan konsistensi dalam bekerja adalah kunci. Setelah lebih dari satu dekade menjadi tukang ojek perahu, Marju merasa bersyukur atas apa yang telah ia capai. Meski tantangan selalu ada, ia yakin bahwa kehidupan di Torosiaje adalah tentang kemampuan beradaptasi. “Kita harus pandai-pandai menyesuaikan diri dengan keadaan,” ungkapnya bijak.

Namun, harapan besar tetap tersimpan di hati Marju. Ia berharap Pemerintah Daerah bisa memberikan perhatian lebih kepada para pekerja seperti dirinya. "Kami butuh bantuan. Bukan hanya untuk para nelayan, tapi juga untuk tukang ojek perahu seperti saya," ujar Marju penuh harap.

Torosiaje, dengan keindahan alamnya yang eksotis dan tradisi maritimnya yang kental, memang selalu menyimpan cerita menarik. Di balik perairan biru dan langit yang membentang, kehidupan masyarakat pesisir seperti Marju terus berputar. Menghadapi tantangan alam dan ekonomi, mereka tetap tegar, bertahan dengan kerja keras dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Simak juga video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya