Makna Mendalam di Balik Upacara Ngaben Dalam Tradisi Bali

Di dalam upacara ini, keluarga dan kerabat terlibat dalam menyiapkan berbagai sarana persembahan dan dekorasi yang dianggap suci

oleh Panji Prayitno diperbarui 06 Nov 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2024, 07:00 WIB
Makna Dibalik Upacara Ngaben Tradisi Masayarakat Bali
Prosesi pembakaran peti berbentuk lembu berisi jenazah Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung saat upacara Ngaben di Denpasar, Bali, Jumat (8/10/2021). Upacara Ngaben itu merupakan upacara Ngaben berskala besar pertama di masa pandemi setelah turunnya level PPKM di Bali. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta - Upacara Ngaben merupakan salah satu tradisi penting dalam tradisi Bali yang sarat makna spiritual dan simbolis. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali untuk melepaskan roh dari tubuh duniawi menuju alam akhirat.

Upacara ini menjadi wujud pengabdian dan penghormatan kepada mereka yang telah berpulang, serta simbol kebangkitan jiwa menuju kesempurnaan. Ngaben bukan hanya sekadar acara pemakaman, namun juga proses penyucian dan pembebasan jiwa dari ikatan duniawi, sehingga jiwa dapat bersatu dengan Sang Pencipta.

Dalam pelaksanaannya, Ngaben melibatkan banyak tahapan dan prosesi yang berlangsung beberapa hari. Persiapan dimulai dengan pembuatan bade, yaitu menara yang digunakan untuk mengusung jenazah ke tempat pembakaran pada upacara ngaben.

Bade biasanya dihias dengan ukiran-ukiran khas Bali yang penuh warna, mencerminkan nilai seni dan budaya Bali yang tinggi. Di dalam upacara ini, keluarga dan kerabat terlibat dalam menyiapkan berbagai sarana persembahan dan dekorasi yang dianggap suci.

Prosesi Ngaben juga mengandung elemen-elemen tarian, nyanyian suci, dan doa, yang semuanya ditujukan untuk mempermudah roh mencapai alam lain yang disebut Swarga atau surga.

Upacara Ngaben memiliki beberapa jenis, tergantung pada tingkatan sosial dan ekonomi keluarga yang melaksanakan. Jenis Ngaben yang umum dikenal di antaranya adalah Ngaben Sawa Wedana, yaitu upacara yang dilakukan ketika jenazah masih utuh, dan Ngaben Asti Wedana, yang dilakukan ketika jenazah telah dikuburkan terlebih dahulu sebelum kemudian dikremasi.

Di samping itu, ada pula Ngaben massal atau Ngaben Ngerit yang diselenggarakan bersama-sama oleh beberapa keluarga, biasanya karena alasan biaya yang cukup tinggi jika dilakukan secara perorangan.

Walaupun jenis dan bentuk upacara Ngaben dapat bervariasi, tujuan utamanya tetap sama yaitu melepaskan jiwa agar bebas menuju alam akhirat.

Pelepasan Jiwa

Selain sebagai ritual pelepasan jiwa, Ngaben juga berfungsi sebagai ajang mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat Bali. Seluruh prosesnya dilakukan dengan gotong-royong, di mana masyarakat dan keluarga saling membantu dalam berbagai persiapan dan prosesi.

Upacara ini mencerminkan nilai sosial yang kuat dalam budaya Bali, di mana kebersamaan dan solidaritas menjadi fondasi utama. Di tengah perkembangan zaman, Ngaben juga mengalami beberapa penyesuaian.

Banyak keluarga yang melakukan Ngaben Modern dengan mengombinasikan tradisi asli dan praktik yang lebih sederhana, tanpa mengurangi esensi dari upacara tersebut. Tradisi Ngaben memiliki nilai filosofis yang mendalam bagi masyarakat Bali.

Bagi mereka, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan roh menuju kehidupan yang lebih tinggi. Dengan melaksanakan Ngaben, keluarga merasa lega karena telah menunaikan kewajiban agama dan sosial mereka.

Mereka percaya bahwa roh yang telah meninggalkan tubuhnya akan mendapatkan kedamaian di alam sana dan kembali menjadi satu dengan leluhur mereka. Inilah yang menjadikan Ngaben bukan sekadar upacara, tetapi juga perwujudan harapan bagi ketenangan jiwa di alam lain dan lambang kasih sayang yang abadi.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya