Mengenal Tongkonan, Rumah Adat Masyarakat Toraja

Pembangunan Tongkonan tidak bisa dilakukan sembarangan. Prosesnya melibatkan ritual adat yang rumit, termasuk persembahan kepada leluhur

oleh Panji Prayitno diperbarui 15 Jan 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2025, 20:00 WIB
Mengenal Rumah Tongkonan, Rumah Adat Masyarakat Toraja
Rumah Tongkonan (dok. instagram.com/toraya_maballo/https://www.instagram.com/p/ByjMqz8AyML/Novi Thedora)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Rumah Tongkonan adalah simbol budaya masyarakat Toraja yang sarat dengan nilai filosofis, tradisi, dan sejarah. Tongkonan, yang berasal dari kata tongkon yang berarti duduk bersama, mencerminkan fungsi rumah ini sebagai pusat kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Toraja.

Rumah adat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat kegiatan adat, tempat menyimpan hasil panen, hingga simbol status sosial. Tongkonan memiliki arsitektur unik dengan atap melengkung menyerupai perahu, yang konon terinspirasi dari perjalanan nenek moyang Toraja yang datang menggunakan perahu.

Struktur ini dibangun dengan bahan-bahan alami seperti kayu uru yang terkenal tahan lama, serta atap bambu yang dianyam rapi, meskipun saat ini banyak yang menggunakan seng sebagai pengganti.

Pembangunan Tongkonan tidak bisa dilakukan sembarangan. Prosesnya melibatkan ritual adat yang rumit, termasuk persembahan kepada leluhur dan doa-doa untuk memohon restu.

Tongkonan juga memiliki hierarki berdasarkan status sosial pemiliknya, yang terbagi menjadi tiga jenis Tongkonan Layuk sebagai pusat pemerintahan adat, Tongkonan Pekamberan untuk pelaksanaan fungsi tertentu dalam komunitas, dan Tongkonan Batu untuk keluarga biasa.

Setiap Tongkonan dihiasi dengan ukiran khas Toraja yang penuh makna, seperti motif kerbau yang melambangkan kekayaan, ayam sebagai simbol kehidupan, serta matahari yang mencerminkan kekuatan dan keabadian.

Ukiran-ukiran ini juga diwarnai dengan kombinasi warna hitam, merah, kuning, dan putih, yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Tongkonan tidak hanya berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memainkan peran penting dalam berbagai upacara adat, terutama dalam upacara pemakaman Rambu Solo.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nilai Historis

Upacara ini merupakan ritual besar untuk menghormati orang yang telah meninggal, dan sering melibatkan pengorbanan kerbau serta pesta adat yang berlangsung selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.

Dalam konteks ini, Tongkonan menjadi pusat pertemuan keluarga besar dan tempat penyelenggaraan berbagai ritual adat. Selain itu, Tongkonan juga merupakan simbol hubungan antara manusia, leluhur, dan alam semesta. Keberadaan Tongkonan menegaskan keyakinan masyarakat Toraja bahwa kehidupan tidak hanya terbatas pada dunia fisik, tetapi juga melibatkan dunia spiritual.

Namun, di tengah perkembangan zaman, Tongkonan menghadapi tantangan besar. Modernisasi dan urbanisasi telah menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat Toraja, sehingga banyak Tongkonan yang tidak lagi digunakan secara aktif dan mulai ditinggalkan.

Meski demikian, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat adat untuk mempertahankan keberadaan Tongkonan sebagai warisan budaya.

Salah satu cara pelestarian adalah dengan menjadikan Tongkonan sebagai objek wisata budaya, yang tidak hanya menarik wisatawan lokal dan mancanegara, tetapi juga membantu generasi muda Toraja untuk tetap mengenal dan mencintai warisan leluhurnya.

Tongkonan, dengan segala keunikan dan nilai historisnya, tetap menjadi simbol identitas yang tak tergantikan bagi masyarakat Toraja dan menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa.

Penulis: Belvana Fasya Saad

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya