Liputan6.com, Cirebon Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melarang kegiatan study tour di sejumlah sekolah berdampak kepada sektor lain yang terikan pariwisata.
Salah satunya sektor penyedia jasa layanan angkutan bus pariwisata PO Tifanha Cirebon. Pengelola mengaku kebijakan larangan study tour di Jawa Barat berdampak cukup signifikan kepada usahanya.
"Sangat berdampak sekali pada perusahaan otobus sedikitnya 50 persen konsumen kami memilih cancel," ujar Manager Marketing PO Tifanha Cirebon Irfan Firmansyah, Sabtu (8/3/2025).
Advertisement
Ia menyebutkan, beberapa hari lalu PO nua banyak menerima kabar kurang baik imbas larangan study tour di Jawa Barat. Sebagian besar banyak konsumen yang mendadak membatalkan pesanan padahal sudah booking.
Irfan menyebutkan, sebagian besar konsumen yang membatalkan pesanan dari sekolah. Rencananya, usai Lebaran 2025 di bulan April dan Mei akan ada kegiatan study tour.
"Ada juga yang ubah kota tujuan semula Jateng Jatim ganti ke dalam kota dan provinsi. Kami mau tidak mau harus mengembalikan uang ke konsumen karena kondisinya begini," ujar Irfan.
Ia menyebutkan, dari data sementara yang diterimanya pada bulan April dan Mei, PO Tifanha melayani 30 pesanan perjalanan. Dari jumlah tersebut tercatat sebanyak 10 konsumen batalkan perjalanan mereka.
Segmen Pasar Lain
Sisanya, konsumen memilih ganti rute atau menunggu kebijakan berubah. Irfan menyebutkan, secara tahunan siklus sekolah melakukan kegiatan di luar cukup rutin.
"April dan Mei study tour kemudian biasanya bulan Oktober ada kunjungan industri dan belum lagi akhir tahun Study Tour libur smesteran. Nah untuk yang Oktober dan akhir tahun belum terlihat dampaknya apakah bata atau bagaimana belum tahu," ujar Irfan.
Oleh karena itu, untuk mensiasati kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi, PO Tifanha sendiri terus mencoba ambil segmen pasar lain selain sekolah.
Ia memastikan untuk konsumen dari kalangan perkantoran hingga wisata religi atau wisata ziarah tidak terdampak oleh larangan study tour sekolah.
"Konsumen juga cancel karena terpaksa. Karena untuk dapat unit bus yang utama harus jauh-jauh hari pesannya," ujar Irfan.
Advertisement
